Pasanganmu Tidak Membuatmu Bahagia?
Sumber: Canva

Marriage / 25 February 2024

Kalangan Sendiri

Pasanganmu Tidak Membuatmu Bahagia?

Puji Astuti Official Writer
1271

Dalam sebuah survey dari Gallup.Inc menyatakan bahwa tingkat kepercayaan orang Amerika bahwa pernikahan dapat mendatangkan kebahagiaan semakin menurun.  Namun survey mereka juga menunjukkan bahwa mereka yang menikah atau pernah menikah baik mereka yang pasangannya meninggal atau bercerai, lebih berbahagia daripada mereka yang tidak pernah menikah.

Walau demikian fakta bahwa nilai-nilai komitmen dan pernikahan semakin terkikis tidak bisa dipungkiri lagi, bahkan di Indonesia.

Beberapa waktu lalu saya dikejutkan oleh sebuah podcast dari seorang influencer dan juga pengusaha yang mengundang seorang wanita dan pasangannya yang adalah seorang WNA menceritakan komitmen mereka membangun hubungan polyamory. Tentunya di kolom komentar Anda akan menemukan banyak pro kontra tentang hubungan ini, hal tersebut bukan hanya bertentangan dengan nilai-nilai dan adat bangsa kita, tapi juga tidak sesuai dengan kebenaran yang dianut oleh agama-agama di Indonesia yang menjunjung tinggi sakral dan kudusnya hubungan pernikahan.  

Hal tersebut membawa saya kepada sebuah pertanyaan, apakah yang dicari dari hubungan tersebut?  

Mandat Ilahi dalam Pernikahan

Bicara pernikahan, sebagai orang Kristen kita harus kembali kepada Tuhan dan Alkitab. Pernikahan adalah sebuah lembaga yang Tuhan rancang sendiri, agar melalui hubungan yang ada dalam keluarga dunia dapat mengenal pribadi Tuhan.  

Hal inilah yang dinyatakan dalam Kejadian 1:27-28, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." 

Pernikahan bukan hanya tentang mencari kebahagiaan saja, namun juga tentang menjalankan mandat yang Tuhan berikan.  Kebahagiaan adalah bagian dari proses yang akan Anda dan pasangan Anda alami ketika menjalankan mandat Allah tersebut. Jadi, kebahagiaan bukanlah tujuan akhirnya, namun efek sampingnya.  

Dimanakah Kebahagiaan Bisa Ditemukan?

Menurut saya, hal ini selaras dengan pernyataan Yesus dalam Matius 6:33, sekalipun saat itu Dia tidak sedang berbicara tentang hubungan. Yesus berkata, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Saya percaya jika pernikahan berfokus pada mencari dahuku Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka “kebahagiaan” adalah bagian dari yang akan ditambahkan kepada kita itu.  

Untuk itu, kita juga tidak bisa menuntut pasangan untuk membuat kita bahagia. Atau sebaliknya kita berusaha dengan segala cara untuk membuat pasangan kita bahagia. Sebab kebagiaan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan seringkali karena berbagai harapan kita yang tidak tercapai kita menjadi kecewa pada pasangan. Selain itu Mazmur 37:4 mengajarkan kepada kita untuk “bergembiralah karena Tuhan.” Bukan karena orang lain, atau karena apa yang kita miliki.  

Sudah berapa lama usia pernikahan Anda saat ini? Mungkin itu baru beberapa tahun, atau bahkan sudah belasan atau puluhan tahun. Syukurilah waktu yang Anda lewati bersama pasangan dan anak-anak Anda.  

Dengan berbagai masalah yang Anda hadapi, Anda mungkin merasa tidak bahagia dan kecewa. Tetapi apakah Anda sadari, bahwa Tuhan hadir dalam semua proses yang sedang terjadi dalam pernikahan Anda. Anda hanya perlu datang kepada-Nya, mintalah pertolongan Tuhan Yesus Kristus untuk memulihkan pernikahan Anda. Jika saat ini Anda ingin di doakan, Anda juga bisa menghubungi kami melalui Layanan Doa dan Konseling CBN dengan KLIK DISINI. Kami percaya bahwa selalu ada harapan di dalam Tuhan, dan pertolongan-Nya tidak pernah terlambat atas kehidupan Anda.  

Sumber : Puji Astuti | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami