Seorang remaja beriniasia AB, berusia 15 tahun di Jakarta Timur melompat dari Rusun Ujung Menteng pada Senin (2/10/2023). Kasus ini mengungkap kehidupan kontroversial remaja tersebut, orang tua korban mengakui bahwa anak mereka suka mengurung diri main game dan terlalu berlebihan dalam mengidolakan Hitler, bahkan melebihi kepercayaan pada Tuhan.
Kapolsek Cakung, Kompol Panji Ali Candra, mengungkapkan bahwa remaja ini terpengaruh oleh komunikasi internasional melalui aplikasi Discord, yang membuatnya meragukan keberadaan Tuhan. Keluarga terlibat pertengkaran sebelum akhirnya remaja tersebut bunuh diri.
Sangat mengejutkan bukan? Game online, sosial media dan akses informasi global mempengaruhi anak-anak muda dengan sangat masif. Kasus remaja di Jakarta Timur itu hanyalah salah satu contoh yang mengenaskan, ketika seorang anak kehilangan iman mereka.
Presiden Jokowi pada Agustus 2023 lalu mengutip survei Ipsos Global Religion 2023. Survei ini dilakukan terhadap 19.731 orang dari 26 negara di dunia, dan hasilnya sebanyak 29% menyatakan Agnostik dan Ateis.
Menurut survei Bilangan Research menunjukkan bahwa anak-anak muda mulai meninggalkan gereja. Persentase remaja yang tidak rutin beribadah meningkat seiring dengan kelompok usia. Pada rentang usia 15-18 tahun jumlah remaja yang tidak rutin beribadah sebanyak 7.7%, meningkat menjadi 10.2% pada usia 19-22 tahun, dan mencapai 13.7% pada usia 23-25.
Apa alasan mereka untuk mulai berhenti datang ke gereja ? Sebanyak 28.2% mengatakan bahwa ada banyak kegiatan yang menarik di luar gereja.
Saat ini dunia menawarkan banyak hal menarik bagi generasi muda, seperti infomasi yang relevant dengan hidup mereka, game yang menyenangkan, musik dan hiburan dari berbagai penjuru dunia yang dapat di akses dimana saja.
Anak-anak muda yang kritis dan memiliki banyak pertanyaan tentang kehidupan, nilai-nilai, iman dan Tuhan ini seringkali tidak bisa menemukan jawaban dari orangtua mereka, guru, dan bahkan di gereja mereka. Mereka akhirnya bertanya dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang akan mengarahkan kehidupan mereka ke depan di dunia maya. Mereka melakukan diskusi di sosial mereka, mencarinya dari video-video dan bahkan bertanya pada mesin kecerdasan buatan/AI. Jadi tidak heran jika kasus remaja AB tadi bisa terjadi.
Ada 3 hal penting yang harus di sadari orangtua dan gereja di era AI saat ini :
Kasus remaja AB yang bunuh diri karena kehilangan iman adalah peringatan keras bagi orangtua dan gereja. Globalisasi informasi, media sosial, dan perkembangan teknologi telah menciptakan lingkungan yang sangat kompleks dan penuh tantangan bagi anak-anak muda.
Oleh karena itu, orangtua dan gereja perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk melindungi iman anak-anak muda. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan:
Dan untuk gereja Tuhan di Indonesia, kondisi saat ini sangat kritis dan tidak bisa dinggap remeh lagi. Ada jutaan anak-anak muda yang kehilangan iman dan mengalir keluar dari gereja karena tawaran dunia lebih menarik. Gereja harus melakukan tindakan cepat dan terarah untuk menyelamatkan mereka. Apakah kita siap membayar harga untuk menyelamatkan mereka?
Jika Anda merasakan urgensi yang sama tentang hal ini, berikan pendapat Anda di kolom komentar.
Sumber : Berbagai Sumber / Puji Astuti