“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” - 1 Petrus 4 : 10
7. Pandangan ke Masa Depan
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” - Yakobus 1 : 2 – 3
Apa yang telah terjadi di dalam kehidupan kita akan menjadi sebuah pengalaman yang akan menjadi pelajaran dan mengaplikasikannya di masa depan dalam situasi dimana kita dapat melayani. Karena sebagai pelayan Tuhan yang setia akan memahami bahwa pencobaan dan kesengsaraan yang terjadi akan menumbuhkan pribadi yang sabar dan kesabaran akan mendatangkan sebuah pengalaman.
Oleh karena itu, kita akan mengerti bahwa setiap pengalaman yang terjadi di dalam hidup kita akan menghasilkan harapan. Seperti yang tertulis dalam Roma 5 : 2 – 5 “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
Baca Juga : Hati-hati Pakai 4 Alasan Ini Saat Putuskan Berhenti Ambil Bagian di Pelayanan
8. Menjadi Pribadi yang Tidak Egois
Pelayan Tuhan yang setia tidak pernah menempatkan setiap kebutuhan pribadi di atas kebutuhan orang lain. Sama seperti Yesus yang hadir tidak pernah mementingkan dirinya sendiri karena DIa datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Seperti yang tertulis di dalam Matius 20 : 28 “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Tak sekalipun Yesus menempatkan kepentingan pribadi di atas yang lain, apalagi Dia datang untuk mengorbankan dirinya yang paling pertama ketika di kayu salib. Sehingga kita yang hidup sebagai pelayan Tuhan yang setia perlu melayani dengan tidak egois dengan kepentingan kita pribadi, tetapi melayani dengan mementingkan keperluan sesama.