Setiap orang tentu memiliki tingkat emosinya masing-masing, begitupun anak-anak yang diusianya masih memiliki kesulitan untuk mengatur emosi yang dirasakan. Pada kenyataan yang akan dihadapi para orangtua adalah ketika anak marah hingga mengamuk karena kemauannya tidak terpenuhi, merasakan kesedihan yang mendalam ketika kalah dalam kompetisi, ataupun dengan spontan melawan orang yang sedang menganggung sebagai bentuk perlindungan terhadap dirinya.
Seorang anak yang memiliki emosi tinggi hingga tak terkendali, biasanya anak mengetahui bahwa orangtua akan mengabulkan keinginannya atau memang sang anak yang tidak bisa memendam perasaannya.
Anak-anak yang menunjukkan emosi tinggi sejak dini mungkin memerlukan upaya pencegahan supaya dapat mengalihkan jalur perkembangan yang bisa memiliki kemungkinan merugikan anak dimasa depan. Berikut 5 cara meredakan dan menghadapi emosi anak.
Baca Juga : Anak Sedang Tantrum? Jangan Perburuk Keadaan Dengan Lakukan 4 Hal Ini
1. Dengarkan dan Pahami Perasaannya
Ketika anak menunjukkan perasaannya, setiap orangtua dapat memberikan waktu dan dengarkan saat anak mengeluarkan perasaannya serta pahami. Sedangkan ketika anak kesulitan untuk berbicara mengenai emosinya, para orangtua dapat menawarkan bantuan untuk membantu menemukan jawaban atas emosinya.
Sikap orangtua yang seperti ini akan menunjukkan pada mereka bahwa para orangtua dapat mendengarkan dan memahami setiap emosi yang anak rasakan. Sehingga dapat membantu setiap orangtua untuk terhindar dari ledakan emosi sang anak.
2. Konfirmasi dan Bantu Redakan Emosi Anak
Pada saat anak sedang meluapkan ledakan emosinya, para orangtua dapat membantunya dengan berbicara pelan dari hati ke hati. Ketika orangtua membantu mengkonfirmasi emosi anak, seperti mengatakan “tidak masalah jika bersedih” atau “jika kamu marah, bicarakan apa yang membuat kamu marah”, cara ini dapat membantu meredakan emosi yang meledak-ledak pada anak.
Setiap orangtua juga dapat meminta kepada sang anak untuk berbicara dengan tidak merengek ataupun berteriak. Berikan penjelasan kepada anak bahwa dengan berbicara pelan juga dapat meluapkan rasa emosi yang ada di dalam dirinya. Hal ini akan membuat anak merasakan bahwa dengan berbicara pelan tanpa emosi juga dapat menarik perhatian orang lain untuk berbicara dengannya.
3. Mengajarkan untuk Melihat Efek yang Ditimbulkan
Ketika anak diliputi oleh emosi yang meledak-ledak, pasti ada sesuatu hal yang menyinggung perasaannya atau ada sesuatu hal yang diharapkan. Para orangtua dapat mengajak anak berbicara dengan keadaan tenang, seperti tanyakan apa yang sebenarnya terjadi, meminta anak untuk berterus terang akan emosi yang muncul, mengajak anak untuk membuat strategi dalam menyelesaikan masalahnya, dan mengajak anak untuk bisa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan jika dirinya meluapkan emosi yang tinggi.
Baca Juga : Anger Issues Pada Anak? Berikut 7 Cara Mengatasinya
Dengan melakukan sebuah obrolan ringan dari hati ke hati, para orangtua dapat membicarakan bagaimana cara mengatasi jika hal itu terulang kembali atau memberikan contoh efek yang akan ditimbulkan jika anak meluapkan emosinya secara kasar. Situasi ini akan menimbulkan suatu kesepakatan anatara orangtua dan anak untuk bisa menghindari emosi anak yang tinggi.
4. Orangtua dapat Memahami Kondisi Anak
Emosi anak dapat para orangtua lihat dari hal-hal kecil yang mereka lakukan, seperti sikap anak yang tidak memperlihatkan ekspresinya, pada saat anak sedang bermain dan merasakan lapar, dan ketika berinteraksi dengan temannya.
Ketika para orangtua dapat memahami kondisi anak, ini akan mempermudah orangtua untuk mengatasi kebutuhan dan reaksi anak. Sehingga saat anak mengalami tantrum, malu, ataupun melakukan sesuatu hal yang tidak sesuai, sebaiknya orangtua tidak langsung mengeluarkan emosinya. Tetapi bicarakan dengan baik, sehingga anak akan merasa nyaman, percaya diri, dan bisa menyesuaikan diri di lingkungannya dengan baik.
5. Berikan Perhatian Positif
Hal yang paling mendasar dan kuat yang dimiliki oleh semua orangtua dalam mempengaruhi perilaku anak adalah sebuah perhatian. Dengan memberikan perhatian yang postif, akan membentuk karakter dan perilaku baik pada anak.
Pada saat orangtua menginginkan anaknya dapat berperilaku tenang, setiap orangtua dapat memberitahu dan mencontohkan pada anak bahwa dengan sikap yang tenang secara konsisten. Sehingga saat anak merasakan ledakan emosi yang tinggi, orangtua dapat menghadapinya dengan bersikap tenang. Dengan begitu, emosi anak akan berangsur turun dan orangtua dapat menghargai setiap proses yang telah anak lakukan. Orangtua juga dapat menemani sang anak untuk mengambil napas dalam agar bisa meredakan emosi di dalam dirinya.
Anak-anak yang sering meluapkan emosinya mungkin tidak memiliki kontrol diri yang baik untuk mengatasinya. Sehingga mereka membutuhkan banyak bantuan untuk mengelola emosi tersebut, dan disinilah diperlukan dukungan dan perhatian dari para orangtua.
Sumber : parentalk.id | popmama.com | orami.co.id