Menurut data yang ditampilkan pada Badan Pusat Statistik, kasus obesitas yang dialami oleh anak di Indonesia dari tahun 2016 semakin meningkat. Berdasarkan kurva pertumbuhan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang digunakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menjelaskan berat badan anak untuk anak umur satu tahun dikatakan ideal adalah 9,7 kg. Sedangkan berat badan yang masuk ke dalam kategori obesitas adalah 13,4 kg.
Kasus obesitas pada anak baru saja ditemukan di Bekasi, bayi bernama Kenzie berusia 16 bulan memiliki berat badan hingga 27 kg. Kementerian Kesehatan RI menyebutkan kasus obesitas yang dialami oleh Kenzie termasuk kasus langka.
Baca Juga : Lima Dua Satu Nol Dapat Cegah Obesitas Anak
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Ibu Kenzie yang dijelaskan pada salah satu acara di stasiun televisi swasta, bahwa Kenzie mengalami kenaikkan berat badan sebanyak 2 kg dari umur 6 bulan. Sang ibu menjelaskan Kenzie hanya mendapatkan ASI eksklusif hanya pada usia 1 bulan, karena faktor kesehatan ibu dan hal lainnya tidak dapat memberikan ASI eksklusif dan menggantikan dengan susu formula. Bahkan sang ibu sempat memberikan susu kental manis.
Pemberian ASI Eksklusif, Susu Formula dan Susu Kental Manis
Menurut salah satu karyawan CBN yang menangani di bidang kesehatan, Violent Andary menjelaskan bahwa pemberian ASI secara eksklusif menurut program dan anjuran pemerintah yang baik di umur 6 bulan pertama. Dia menjelaskan usia 6 bulan pertama pada bayi sangat dianjurkan untuk mendapatkan ASI dari ibu saja dan tidak perlu tambahan susu dari produk lain.
Violent menjelaskan apabila kondisi ibu tidak menunjang untuk pemberian ASI eksklusif di usia ini, maka alternatifnya adalah dengan pemberian susu formula. Namun permasalahan pemberian ASI ini masih menjadi isu yang kompleks dan sampai saat ini pemerintah masih memberikan perhatian khusus mengatasi permasalahan ini.
Menurutnya, ada banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI, seperti budaya, pengetahuan yang dimiliki ibu, dan kepercayaan keluarga. Terdapat 2 faktor yang menghambat seorang ibu tidak bisa memberikan ASI eksklusif kepada anak, diantaranya:
1. Kesehatan dan tingkat stress ibu
Kesehatan dan tingkat setres adalah faktor utama yang mempengaruhi pemberian ASI kepada anak. Karena bagi seorang ibu yang baru pertama kali mengalami masa kehamilan, sangat rentan mengalami setres yang membuat menghambatnya produksi ASI tersebut. Ketika ibu sudah merasakan setres tidak mudah untuk membuat dirinya kembali rileks. Sehingga ada baiknya seorang ibu menjaga kesehatan dan tingkat setres agar produksi ASI menjadi lancar.
Baca Juga : Menyusui Cukup 10 Menit Asal Teratur
2. Edukasi yang cukup
Edukasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh para ibu dari awal masa kehamilan. Ketika sang ibu cukup menerima informasi dan edukasi untuk melewati berbagai proses setelah melahirkan, maka kesiapan yang dimiliki ibu akan baik dan produksi ASI akan lancar.
Pada saat seorang ibu tidak memperhatikan kedua faktor tersebut, maka menyebabkan sang ibu memutuskan untuk berhenti memberikan ASI dan memilih susu formula. Padahal ketika sang ibu tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif, saat ini beberapa rumah sakit, klinik atau bidan yang bekerja sama dengan produsen susu. Sehingga yang sebelumnya memberikan dengan susu formula dapat tertolong dengan adanya bantuan tersebut.
Berbeda kondisi ketika seorang ibu tidak memiliki edukasi yang cukup mengenai bagaimana pentingnya ASI, maka akan tetap untuk memberikan susu formula. Namun tanpa disadari, kandungan di dalam susu formula terlalu banyak gula dan sedikit nutrisi. Apalagi jika anak diberikan susu kental manis, pada penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa didalam susu kental manis tidak ada susunya tetapi hanya kandungan gula.
Oleh sebab itu, Vio menyarankan pemberian susu formula atau susu kental manis sebaiknya sudah melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter anak. Karena susu formula memiliki kandungan yang berbeda setiap merknya sehingga pemberiannya memiliki anjuran tertentu, seperti berapa kali sehari dan takaran yang diberikan.
Cara Mengatasi Agar Terhindar dari Obesitas Terhadap Anak
Kondisi fisik anak yang terlihat gemuk dan menggemaskan, sering kali dijadikan tolak ukur sang anak dalam kondisi sehat dan orang tua dikatakan sukses merawat sang anak. Vio menjelaskan beberapa cara untuk menghindari anak dari obesitas dari kecil.
1. Merubah Pola Pikir dan Edukasi
Ada baiknya setiap ibu memiliki pola pikir yang baik dari edukasi yang benar, mengenai tolak ukur membesarkan anak bukan dilihat dari kondisi badan yang gemuk dan menggemaskan. Karena ketika seorang ibu memiliki pola pikir yang salah, maka akan berakibat fatal bagi sang anak.
2. Rutin ke Posyandu atau Dokter Anak
Setiap ibu disarankan untuk rutin datang ke posyandu atau dokter anak sebulan sekali. Karena dari situ setiap ibu dapat mengetahui informasi perkembangan sang anak dan menambah wawasan. Terutama di 2 tahun pertama anak, karena hal ini yang disebut sebagai golden age. Masa emas dari 1000 tahun kehidupan sang anak, hal ini yang menentukan masa depan anak secara kesehatan.
Baca Juga : Anak Saya Kegemukkan ?
3. Empowerment
Empowerment setiap ibu juga sangat dibutuhkan, karena realita yang ada seorang ibu mengetahui apa yang terbaik untuk anaknya tetapi mereka tidak berdaya dalam melakukan dan memberikan hal tersebut. Faktor yang menyebabkan ketidakberdayaan ini biasanya dari suami, mertua, tetangga, hingga tuntutan sosial. Oleh karena itu, keberdayaan seorang ibu, pengetahuan, kemampuan mengambil keputusan untuk dirinya. Maka itu merupakan sebuah potensi yang baik dari seorang ibu untuk mendidik dan menjaga kesehatan anaknya.
Oleh karena itu, untuk menghindari masalah kesehatan yang akan dialami oleh anak terkhusus masalah obesitas adalah memperhatikan asupan gizi. Ketika anak menerima asupan gizi yang baik, maka kesehatan anak ketika sudah beranjak dewasa akan baik. Sehingga setiap ibu perlu memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI dan cara terhindar dari masalah kesehatan anak.