Yesus menyampaikan kepada murid-murid-Nya untuk mengampuni. Dia
dengan tegas menyampaikan bahwa kalau mereka tidak mengampuni orang lain, mereka juga tidak akan diampuni (Matius 6: 14-15).
Tapi pada praktiknya mengampuni itu sama sekali gak gampang. Sebagai
manusia, kita sadar bahwa melakukan kesalahan itu manusiawi, tapi mengampuni adalah tindakan ilahi.
Yesus menegaskan bahwa saat kita mengampuni musuh dan saudara
kita, maka kita pun akan diampuni oleh Tuhan. Waktu kita mengampuni orang lain
karena kesalahannya, kita menempatkan diri kita di posisi saat kita berdosa dan
kita diampuni oleh Tuhan. Karena itulah mengampuni diri kita sendiri dan orang lain adalah gambaran dari pengampunan yang Tuhan berikan untuk kita.
Untuk bisa mengampuni orang lain, kita perlu menyadari belas
kasihan dan kasih karunia yang Tuhan sudah berikan atas kita. Dia mengampuni kita karena kasih karunia-Nya dan memberi kita damai sejahtera-Nya.
Di Perjanjian Baru, waktu Yesus mengerjakan pelayan-Nya, Dia sering
bertemu dengan orang-orang yang hidupnya rusak dan dikucilkan oleh masyarakat. Tapi
alih-alih menjauhi mereka, Yesus justru menawarkan pengampunan ilahi yang akhirnya jadi awal dari pemulihan hidup mereka.
Ada 4 kisah pengampunan fenomenal yang diajarkan oleh Yesus.
1. Wanita Samaria di Sumur
Ini adalah kisah pertemuan Yesus dengan seorang wanita Samaria
di sumur. Wanita ini sendiri hidup dalam perzinahan. Lima kali menikah dan
bercerai sampai akhirnya tinggal bersama dengan pria tanpa ikatan pernikahan (baca Yohanes 4: 1-42).
Yesus tahu persoalan wanita itu. Namun Dia memilih untuk menantang
wanita tersebut dengan sebuah kalimat yang mengejutkan. ‘Pergilah, panggillah suamimu
dan datang ke sini.’ ayat 16. Mendengar hal itu, wanita ini menjawab bahwa dia sedang bermasalah dalam hal hubungan.
Yesus pun membeberkan kebenaran tentang hidup wanita tersebut.
Sampai di satu titik wanita ini keheranan dan menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi.
Hidup wanita ini sangat hancur. Tapi Yesus memilih untuk mengambil
waktu bercakap-cakap dengan dia. Dia memilih untuk membangun percakapan yang membawa
wanita tersebut kepada pertobatan. Yesus tahu wanita Samaria itu membutuhkan
pengampunan dan Dia memberikannya dengan cara yang unik dan penuh belas
kasihan. Kesaksiannya bertemu dengan Yesus bahkan membuat banyak orang ingin bertemu dengan Yesus sang Mesias.
Maka
perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata
kepada orang-orang yang di situ: "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang
mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus
itu?" Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus." – Yohanes 4: 28-30
2. Wanita yang Berbuat Zinah
Suatu kali saat Yesus berada di Bait Allah dan mengajar banyak
orang. Orang-orang Farisi datang dan menyeret seorang wanita yang kedapatan berbuat zinah (baca Yohanes 8: 1-11).
Orang Farisi sengaja membawa wanita tersebut ke bait suci, dimana Yesus berada untuk mencari-cari kesalahan-Nya.
Lalu mereka mulai mengajukan pertanyaan.
Rabi,
perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum
Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu? - Yohanes 8: 4-5
Tapi Yesus memilih diam sembari menunduk dan menulis sesuatu di
tanah dengan jariNya. Lalu karena didesak untuk menjawab, Yesus bangkit dan berkata.
"Barangsiapa di antara kamu tidak
berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” ayat 7
Satu per satu dari mereka justru pergi meninggalkan tempat itu,
kecuali Yesus dan wanita itu. Lalu Yesus berdiri dan berkata kepada dia. “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak
adakah seorang yang menghukum engkau?” Lalu Dia berkata lagi, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Wanita itu seharusnya tidak pantas menerima pengampunan dari Tuhan karena dosanya. Tapi Yesus mengampuninya dengan cara yang ilahi.
Apakah kita bisa mengampuni orang-orang terhilang dengan cara yang sama?
Baca Juga:
Tak Peduli Sesakit Apa, Ampuni Saja! Karena Pengampunan Itu Jalan Satu Arah
Bukan Perkara Mudah, Tapi Pengampunan Merupakan Salah Satu Cara Kita Memikul Salib Kristus
3. Bartimeus, Pengemis yang Buta
Bartimeus adalah seorang pria buta yang hidupnya mengenaskan secara
fisik, emosional dan spiritual. Dia sudah lama menunggu bisa mengalami mujizat yang
tak terduga. Karena itulah saat mendengar Yesus di Yerikho, dia duduk di pinggir jalan.
Dia pun mulai memanggil-manggil Yesus dan meminta belas
kasihan dari-Nya. “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
Bartimeus bertindak saat itu juga karena dia berpikir kalau bukan
sekarang maka dia tidak akan mendapatkan kesempatan yang sama lagi. Walaupun teriakannya
membuat banyak orang terganggu. Tapi hal itu justru menggerakkan Yesus untuk berhenti
dan melayani pria buta itu. “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?’ tanya Yesus. Lalu dia menjawab, “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”
Kalau kita bisa lihat, pertanyaan yang dilontarkan Yesus kepada
Bartimeus sebenarnya adalah cara untuk membawa Bartimeus percaya dalam iman bahwa Yesus adalah sumber dari semua kebutuhannya.
Bartimeus menjadi gambaran tentang orang-orang buta yang hidup
jauh dari tujuan Tuhan. Dan Yesus menawarkan kehidupan yang baru kepada orang-orang yang terhilang dari tujuan hidupnya (baca Markus 10: 46-52).
4. Perumpamaan Anak yang Hilang
Ini adalah salah satu kisah pengampunan yang paling familiar dalam Alkitab.
Seorang anak bungsu yang meninggalkan rumah dan pergi membawa semua hartanya dan hidup di jalan dunia.
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini soal pengampunan? Kalau
kita membaca keseluruhan kisahnya di Lukas 15: 11-32, kita bisa lihat kasih yang murni dari seorang ayah kepada anaknya.
Sang anak menyesali perbuatannya dan berencana untuk minta pengampunan
dari sang ayah. Kesalahannya cukup besar dan wajar kalau sang ayah mungkin akan menolak atau mengusirnya.
Uniknya, sang ayah dalam kisah ini meresponi dengan cara yang
begitu mengejutkan. Dengan perasaan haru dan penuh rindu, waktu melihat penampakan
putranya dari kejauhan, dia seolah gak percaya dia masih bisa bertemu dengan putranya.
Kasihnya sama sekali gak berkurang, malah semakin bertambah. Dia merindukan momen itu terjadi.
Sang ayah bersukacita karena anaknya telah kembali. Tak ada hukuman, penghakiman atau penolakan. Yang ada hanyalah belas kasihan.
Bagaimana kita meresponi orang-orang yang melukai kita? Apakah
kita memilih berbelas kasihan dan mengampuni? Atau kita memilih untuk
menghakimi seperti orang Farisi?
Ampunilah orang lain, supaya kamu juga diampuni oleh Tuhan.