Jadi pendeta, penatua atau pemimpin gereja adalah panggilan yang
mulia. Karena orang-orang yang mengambil langkah ini butuh kemurnian hati dan kekudusan hidup untuk melayani Tuhan.
Pekerjaan Tuhan itu kudus dan mereka yang melayani Tuhan pastilah
gak lepas dari ketidaksempurnaan. Karena pendeta, penatua dan pelayan gereja lainnya hanyalah manusia yang rentan dengan dosa.
Jadi jangan heran saat mendengar seorang pemimpin gereja atau
pendeta jatuh dalam skandal dosa, entah itu dosa keuangan (korupsi), dosa
seksual dan sebagainya. Tapi karena Tuhan adalah pribadi yang kudus dan tidak
berkompromi dengan dosa, setiap pemimpin yang berusaha menutupi dosanya harus ditindak sesuai dengan perbuatannya.
Ditindak dalam hal ini bukanlah menghakimi. Jemaat yang
mendengar pemimpin atau pendetanya berbuat dosa harus lebih dulu membuktikan kebenaran
dari kabar tersebut. Dalam hal ini, menindak pemimpin atau pendeta bisa dilakukan setelah mendengar dari dua atau tiga saksi.
"Janganlah
engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau
tiga orang saksi. Mereka yang berbuat dosa hendaklah kautegor di depan semua orang agar yang lain itupun takut." (1 Timotius 5: 19-20)
Dalam kondisi ketika seorang pemimpin gereja diserang sebuah
tuduhan, Paulus meminta Timotius untuk lebih dulu mengabaikan desas-desus dan menutup
telinga terhadap gosip atau firasat yang mencurigakan. Dia juga meminta supaya
Timotius tidak mengambil tindakan yang tergesa-gesa. Sebaliknya, Timotius diminta
untuk lebih dulu mengumpulkan bukti-bukti yang valid dan bukti itu disampaikan oleh dua atau tiga saksi (1 Timotius 5: 19).
Setelah semua bukti terkumpul, Timotius diminta untuk menyelesaikannya
dengan menegur pemimpin atau pendeta di depan semua orang (ayat 20). Alasannya sangat
jelas bahwa dengan teguran yang terang-terangan inilah pemimpin lain akan takut
melakukan tindakan yang sama. Hal ini tidak bicara tentang harga diri seorang
pemimpin, tapi Paulus memandang kepentingan yang jauh lebih luas yaitu demi kepentingan seluruh jemaat.
Hal ini disampaikan Paulus karena baginya pekerjaan Tuhan itu
kudus. Karena itulah dia mengingatkan Timotius untuk mempertahankan standar kekudusan Allah.
“Di hadapan
Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihan-Nya kupesankan dengan
sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak.” (1 Timotius 5: 21)
Dia menekankan bahwa setiap pemimpin yang menjalani kehidupan
ganda, di satu sisi sebagai pelayan Tuhan dan di sisi lain kompromi pada dosa, harus ditegur.
Wajar bagi jemaat gereja marah dan sedih saat mendengar
pemimpinnya jatuh dalam dosa. Bahkan saat Paulus mendengar tentang seseorang yang jatuh dalam dosa, dia mengaku ikut berdukacita (2 Korintus 11: 28-29).
Tapi di tengah kejatuhan pemimpin, Paulus tetap mengakui bahwa Tuhan tetap menyediakan pengampunan.
Untuk tetap mempertahankan standar kekudusan pelayanan Tuhan,
seorang pemimpin atau pendeta yang jatuh dalam dosa bisa menjalani proses pertobatan dengan tiga langkah ini:
1. Pertobatan di depan publik
Pendeta yang terbukti jatuh dalam dosa harus dengan rela
mengakui dosa tersebut di depan semua jemaat. Pendeta punya tanggung jawab atas
kepercayaan yang sudah ditaruhkan jemaat terhadapnya. Karena itulah pendeta perlu mengakui dosanya dengan penuh penyesalan dan pengampunan kepada Tuhan.
Sulit? Pastinya. Tapi inilah standar yang ditetapkan Tuhan kepada
para pemimpin gereja yang sudah diangkat sebagai perwakilanNya dalam menggembalakan jemaat.
2. Pertobatan harus menyeluruh
Seorang pendeta harus dengan jujur menyampaikan bagaimana posisinya setelah jatuh dalam dosa. Apakah sudah selesai atau masih bergumul.
Pemimpin gereja yang jatuh dalam dosa harus mengakui setiap dosa
yang dia perbuat, mulai dari awal sampai akhir. Karena dosa harus selesai dan tidak
ada yang bisa tertinggal. “Siapa
menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” (Amsal 28: 13)
Pemimpin yang mengakui semua dosanya akan mengalami kebebasan
total. Dan itulah awal dari sebuah pemulihan. Ingatlah bahwa pertobatan itu membebaskan kita.
3. Pertobatan harus menghasilkan pemulihan
Dalam hal ini, seorang pemimpin gereja yang jatuh dalam dosa akan
mengalami pemulihan ketika semua jemaat tidak menghakimi dan menolaknya. Sebaliknya,
saat kasus ditangani dengan cara yang disampaikan Paulus kepada Timotius, saat itulah awal pemulihan bisa terjadi.
Seorang pendeta yang mengakui seluruh dosanya di depan jemaat
dan memilih untuk pindah dari gereja tersebut kemungkinan tidak akan mengalami pemulihan.
Karena dia memilih untuk meninggalkan semua pelayanannya. Tapi memang tak semua
kasus semacam ini akan berujung pada kegagalan mengalami pemulihan. Karena ada
juga diantaranya yang memilih untuk keluar dari gereja dan menjalani proses pemulihan
dari tim konselor. Proses ini akan dijalani sampai pemimpin benar-benar mengalami kemenangan.
Yang jadi ancaman bagi gereja Tuhan adalah ketika mendapati ternyata
masih banyak pemimpin gereja yang hidup dalam dosa dan menutupinya dari jemaat.
Hal ini bukan hanya mencemarkan kekudusan pelayanan Tuhan, tapi juga merusak tubuh
Kristus.
Bagi seluruh tubuh Kristus yang ada di Indonesia secara khusus.
Mari mengambil waktu untuk berdoa bagi para pemimpin gereja kita, supaya mereka
tetap menjadi teladan iman dalam hidupnya dan dijauhkan dari berbagai godaan dosa.