Ratusan perwakilan jaringan gereja telah duduk bersama dalam perhelatan
World Evangelical Alliance General Assembly (WEA GA) 2019 yang digelar di Sentul International Convention Center (SICC) pada 7-13 November 2019.
Sejak hari pertama, sudah banyak hal yang dibukakan terkait perjalanan
pemberitaan injil di berbagai belahan negara. Dan inilah momen bagi WEA untuk kembali
menyatukan kembali langkah gereja dan para pemimpin injili dalam mengerjakan amanat agung yang tertulis dalam Matius 28: 18-20.
Dengan itu, perhelatan WEA ini menjadi momen yang tepat dalam
menyusun strategi dan langkah yang harus dilakukan gereja untuk beberapa tahun ke depan.
Ada 3 hal penting yang nantinya akan dikerjakan oleh jaringan gereja global secara bersama-sama.
1. Fokus dalam menjalankan visi pemuridan
Setelah memaparkan hasil pekerjaan yang dilakukan WEA selama
beberapa tahun terakhir, Sekretaris Jenderal WEA GA Bishop Efraim Tendero kemudian
mendorong semua gereja untuk bersama-sama menjalankan visi dan fokus WEA untuk 2020-2030 yaitu ‘PEMUDIRAN YANG DISENGAJA, LINTAS GENERASI DAN HOLISTIK’.
Dia memaparkan visi ini bisa dilakukan dengan menitikberatkan pada beberapa hal seperti:
Dengan semakin banyaknya jumlah anggota WEA, dia berharap organisasi ini bisa mendukung gereja-gereja lokal sebagai kesatuan tubuh Kristus.
2. Fokus Memuridkan Lintas Generasi
Sekretaris Jenderal Aliansi Injili Asia, Dr. Bambang Budijanto menekankan pentingnya ‘Pemuridan Lintas Generasi’.
Hal ini dianggap penting karena krisis pemuridan di lingkungan kekristenan, dimana sebanyak 20% orang Kristen rupanya tidak terlibat dalam pemuridan.
Hal ini membuktikan bahwa ternyata sebagian besar orang Kristen
tidak memenuhi Amanat Agung. Karena banyak dari orang Kristen berpikir kalau pemuridan adalah tugas pendeta atau karena mereka takut ditolak.
Karena itu, Dr Bambang mendorong setiap orang Kristen mulai bangkit untuk memuridkan dimanapun dan kapanpun. Bahkan saat sedang mengadakan perjalanan ke luar negeri, dia mendorong setiap orang mencetak murid.
Baca Juga :
3. Advokasi Kebebasan Beragama yang Semakin Kuat
Bishop Efraim sekali lagi menekankan kalau advokasi agama ini
penting. Karena dengan itulah kabar inji bisa diberitakan di seluruh dunia. Hal
inilah yang sudah dilakukan oleh WEA terhadap satu kelompok evangelis regional di Yerusalem.
Selama bertahun-tahun, Dewan Gereja-gereja Injili Lokal di Israel
ini telah beroperasi tanpa pengakuan dari pemerintah. Akhirnya dengan bantuan advokasi WEA, pemerintah Palestinasecara resmi memberikan pengakuan hukum.
Di hadapan para peserta WEA, Ketua Dewan Gereja Injili Lokal Munir Kakish mengumumkan bahwa organisasi mereka sudah resmi secara hukum.
Namun, ini hanyalah segelintir dari persoalan advokasi kebebasan
beragama yang terjadi di negara-negara Timur Tengah. Karena orang-orang Kristen
yang tinggal di perbatasan jalur gaza sendiri masih terjebak diantara permusuhan
antara Palestina dan Israel. Bahkan tak sedikit diantaranya harus menghadapi penganiayaan berat.
Dengan ini, kesatuan tubuh Kristus sangat diperlukan sehingga
amanat agung bisa dikerjakan bersama-sama. Tanpa harus takut ditolak atau membiarkan
hanya dikerjakan oleh segelintir orang.
Mari dukung pemuridan yang semakin radikal di jaman ini.
Karena masa-masa kesukaran akan segera tiba dan kita perlu mempersiapkan semua orang
percaya untuk siap menghadapinya.