Desakan agar gereja menerima kelompok LGBTQ (Lesbian, gay, biseksual, transgender dan query) semakin kuat. Baru-baru ini Federasi Gereja Protestan Swiss, sebuah asosiasi gereja Reform yang menyatukan 26 gereja anggota dan hampir 1.000 jemaat, melakukan pemungutan suara pada pertemuan nasional untuk memungkinkan pernikahan sesama jenis di lingkungan sinode gereja mereka.
Delegasi yang hadir dalam pertemuan
tersebut memberikan suara 46 berbanding 11 suara, sehingga suara
dukungan proposal "pernikahan untuk semua" yang
diperkenalkan awal tahun ini mendapatkan suara mayoritas, demikian siaran pers gereja tersebut yang dirilis oleh Christianpost.com.
"Para delegasi merekomendasikan
bahwa gereja-gereja anggota dimungkinkan membuka pernikahan untuk
pasangan sesama jenis di tingkat hukum sipil, serta kemungkinan
konsep baru pernikahan sipil untuk pernikahan gereja," demikian kutipan yang diambil dari rilis berita tersebut.
Delegasi juga memilih untuk mendukung
rekomendasi bahwa gereja-gereja anggota menghormati kebebasan hati
nurani para pendeta dan memungkinkan masing-masing pendeta membuat
keputusan sendiri apakah mereka akan memimpin pernikahan sesama jenis atau tidak.
Pemungutan suara yang dilakukan pada
minggu lalu itu dilakukan setelah Dewan Federasi Gereja Protestan
Swiss pada bulan Agustus menyetujui proposal untuk membuka pernikahan
sipil untuk pasangan sesama jenis dan memperlakukan mereka dengan
"perayaan liturgi yang sama" yang digunakan dalam pernikahan pasangan heteroseksual.
“Gereja-gereja anggota yang berkumpul
bersama di Federasi Gereja-Gereja Protestan Swiss setuju bahwa
kepenuhan tindakan penciptaan ilahi tercermin dalam berbagai orientasi seksual,” bunyi rancangan undang-undang itu berbunyi.
Pada bulan Juni 2019 lalu, majelis
delegasi federasi mengadopsi pandangan resmi yang menyatakan bahwa "Tuhan menginginkan kita seperti kita diciptakan."
"Kita tidak dapat memilih
orientasi seksual kita," pernyataan pandangan majelis itu. "Kami melihatnya sebagai ekspresi dari kelimpahan yang diciptakan."
Meskipun majelis memberikan suara yang
sangat mendukung pernikahan sesama jenis, hasil pemungutan suara tersebut menimbulkan perdebatan, demikian menurut laman Livenet.ch.
Outlet berita Swiss melaporkan bahwa
beberapa delegasi ingin menyerahkan keputusan untuk mengakui
pernikahan sesama jenis kepada paroki-paroki lokal sementara yang
lain ingin menunda pemungutan suara tentang masalah ini secara keseluruhan.
Suara afirmasi oleh delegasi federasi
tersebut dikritik oleh Peter Schneeberger, presiden Asosiasi VFG Free Churches Switzerland.
Schneeberger berpendapat bahwa
pandangan yang diadopsi oleh federasi tersebut berada di luar norma
badan-badan gereja terkemuka lainnya di seluruh dunia termasuk Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks.
"Pernikahan adalah antara pria dan
wanita, karena potensi mereka, memiliki status istimewa dalam
pandangan kita dan didasarkan pada tatanan ciptaan Tuhan," kata Schneeberger kepada Livenet.ch.
Di tingkat politik, debat tentang masalah ini juga akan dilakukan di Parlemen Swiss.
Swiss telah mengizinkan pasangan sesama
jenis untuk melakukan kemitraan terdaftar sejak 2007 tetapi RUU untuk
melegalkan pernikahan sesama jenis di Swiss baru diselesaikan awal tahun ini.
Menurut Swissinfo.ch, sebagian besar
partai politik di Swiss mendukung pengesahan pernikahan sesama jenis
kecuali untuk Partai Rakyat Swiss sayap kanan dan Partai Protestan
yang memiliki pandangan lebih moderat. RUU pernikahan sesama jenis tersebut rencananya akan dibahas pada tahun 2020.
Badan-badan gereja di seluruh dunia
telah bergumul dengan pertanyaan mengenai pernikahan sesama jenis
dalam beberapa tahun terakhir.Walau banyak organisasi gereja yang
akhirnya kompromi menerima pernikahan sesama jenis, namun tetap ada
gereja-gereja yang mempertahankan bahwa pernikahan dalam rancangan
Allah adalah persatuan antara pria dan wanita.
Di Indonesia sendiri, tekanan terhadap
lembaga gereja untuk menerima pasangan sesama jenis juga sudah mulai
nampak. Salah satu riak yang terlihat adalah saat munculnya surat pastoral mengenai LGBT dari PGI tahun 2017 lalu dan hingga pihak PGI
tidak pernah menyatakan menarik surat pernyataan tersebut.
Mari terus berdoa agar gereja dan juga lembaga-lembaga yang menaungi gereja tetap mempertahankan pandangan dan ajaran yang benar dan Alkitabiah. Sehingga umat tidak dibingungkan atau bahkan disesatkan karena gereja kompromi dan hanyut dalam pandangan serta nilai-nilai dunia.
Baca juga :
- PGI Bantah Tuduhan Surat Pastoral LGBT Ditulis Orang Luar
- Inilah Rilis Resmi Pesan Pastoral Dukungan PGI Terhadap LGBT
- Gereja Kuba Protes Akan Dilegalkannya Pernikahan Sesama Jenis Dengan Cara Ini!
- Setelah Voting, Gereja Anglikan Kanada Akhirnya Tolak Pernikahan Sesama Jenis!
- Apakah Akan Merembet?! Taiwan Jadi Negara Asia Pertama Legalkan Pernikahan Sesama Jenis