Yang satu melayangkan tinju. Yang satu mengamati.
Yang satu menyerang. Yang satunya hanya diam.
Yang satu mengejar. Yang satunya duduk tenang.
Begitulah perbedaan antara seorang petinju dan seorang Mediator.
Apa kamu salah satu diantaranya?
Siapa kamu? Petinju kah? Atau mediator? Atau kamu bukan kedua-duanya?
Mari mengenali siapa itu petinju dan mediator.
1. Petinju Itu Lebih Berani Sedang Mediator Memilih Diam
Seorang petinju biasanya akan masuk ring. Dia menghadapi
lawan di depan. Dia berjuang melindungi diri dengan menyerang. Dia terus maju
dan melayangkan pukulan. Dia mengeluarkan semua kekuatan demi melindungi diri. Dia berjuang untuk menang.
Sementara mediator biasanya hanya duduk di atas sofa yang
empuk. Dia gak perlu takut karena gak ada lawan yang menghadapinya. Pikirannya kadang
fokus kadang gak. Dia cenderung terbuka dengan semua hal. Dia banyak menghabiskan waktu untuk merenung.
2. Petinju Tidak Kuatir Sedang Mediator Suka Menimbang
Seorang petinju yang terampil bebas dari kekuatiran dirinya.
Dia gak punya rasa takut. Dia terus berkelahi dengan mahir. Dia menerima pukulan
dan mendaratkannya di bagian tubuh lawannya. Saat mendapatkan pukulan, seorang
petinju malah merasa jauh lebih bersemangat. Karena dia termotivasi untuk tidak mau kalah. Satu-satunya tujuannya di atas ring adalah menjadi pemenang.
Sementara seorang mediator, dia lebih bersikap tenang. Dia lebih memilih mengikuti pikirannya.
Uniknya, ada orang yang memilih untuk menjadi kedua-duanya. Dia
bisa jadi seorang mediator yang berani masuk ke dalam ring. Dia mencoba untuk membela
dirinya sendiri, entah itu di tempat kerja atau saat menghadapi kekasihnya. Tapi
di sisi lain, tindakan nekad itu membuatnya sedikit kuatir karena takut akan melukai seseorang.
Sementara ada juga tipe petinju yang terlalu agresif dimana dia
akan selalu melihat semua hal sebagai medan pertempuran. Dia akan terus meninju tanpa melihat tujuan dan situasi. Kadang dia bahkan bisa lepas kendali.
Apakah kamu seorang pria boxer atau mediator?
Siapa kamu hari ini juga sangat ditentukan oleh bagaimana kamu
menjalani masa-masa kecilmu dulu. Karena pola didikan berpengaruh besar dalam membentuk pola pikir.
Misalnya, seorang anak yang gak mendapatkan cukup kasih
sayang dari ayahnya. Atau seorang anak yang suka dicerewetin atau pusat pelampiasan
ibunya. Atau seorang murid yang suka dihukum gurunya. Anak manapun yang pernah mengalami
hal-hal semacam ini akan tumbuh dengan pola ingatan pahit di masa lalu. Sehingga
membuatnya mungkin sedikit lebih penakut, atau sedikit lebih keras atau juga lebih jahat. Dalam hal ini, anak gak punya kontrol diri.
Sebagai seorang pria, renungkanlah hal ini.
Jika kamu adalah seorang petinju, berpikirlah tentang kenapa kamu
harus meninju dan untuk apa kamu berada di atas ring. Jangan menghabiskan seluruh tenagamu untuk pertarungan yang tidak berguna.
Seorang petinju profesional, akan bermain dengan baik dimana setiap tenaga yang dikeluarkan berasal dari motivasi yang murni.
Sekalipun petinju kalah dan tidak membawa pulang pialanya, tapi
setidaknya ada pelajaran yang bisa dipetik dari pertarungan yang baru saja
diselesaikannya.
Jadi kalau kamu adalah seorang petinju, beranilah masuk ke
dalam ring dan bertarunglah dengan hati yang murni.