Apa kamu salah satu orang yang selalu sibuk sepanjang hari?
Bahkan untuk duduk ngobrol dengan orang lain di sekitar ruang kerja pun tampaknya jadi momen yang langka.
Selalu ada banyak hal yang harus dilakukan, ide-ide yang
harus diwujudkan dan proyek yang harus ditangani. Tapi sebagai pemimpin, memilih
menjadi produktif daripada terlalu sibuk akan jauh lebih baik bukan hanya untuk
dirimu sendiri tapi juga untuk kepentingan bisnis, pekerjaan dan orang-orang yang kamu pimpin.
Ada lima hal penting yang perlu dilakukan seorang pemimpin saat jadwal pekerjaan terlalu ketat.
1. Bekerja bertujuan untuk melayani orang lain
Ini adalah kunci dari menjadi produktif dan bahkan membuatmu lebih
bijaksana. Kepemimpinan bukan hanya bicara soal dirimu. Tapi tentang melayani orang lain, membangun dan mendorong mereka jadi lebih efektif.
Kita harus memimpin dengan cara ini karena itulah yang disampaikan dalam firman Tuhan.
“Kamu tahu,
bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan
besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka
di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;sama seperti Anak Manusia datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20: 25-28)
Akan jauh lebih menyenangkan untuk membantu orang lain
berkembang dan tumbuh daripada menyusun rencana untuk kemajuan pribadi kita sendiri.
Karena saat orang lain tahu pemimpinnya berinvestasi kepada kepentingan mereka, mereka akan mempercayaimu. Itulah sigat alamiah manusia.
2. Libatkan tim untuk mengerjakan pekerjaanmu
Kamu tak bisa memberikan perhatian kepada tugastugas kepemimpinan
yang sebenarnya kecuali membiarkan tim ikut membantu dan mengerjakanpekerjaan-pekerjaan bersama.
Tugas utama seorang pemimpin adalah menetapkan arah,
menyelaraskan dan memotivasi, terutama dalam membuat rencana dan melakukan tugas kerja tertentu.
Saat pekerjaan terus menerus menumpuk, mulailah menyerahkan pekerjaan itu kepada tim.
3. Ambil waktu untuk berpikir
Seorang pemimpin perlu meluangkan waktu untuk menepi. Perlu ke
balkon dan merefleksi diri sendiri. Semua pemimpin yang baik melakukan hal ini.
Mereka memproses apa yang sedang terjadi, memikirkan cara-cara baru dan aksi-aksi
baru dan memastikan mereka mengawasi gambaran besar dengan berpikir secara jernih.
Kepemimpinan butuh waktu-waktu refleksi. Pemimpin terbaik biasanya akan menjadi pemikir terbaik.
Kamu perlu menemukan caramu sendiri untuk melakukannya. Tapi
lakukanlah refleksi ini sebagai sebuah kebiasaan yang dilakukan terus menerus. Atau
kamu bisa menggabungkan pemikiran dengan berolahraga seperti Jonathan Edwards,
berjalan-jalan sembari berdoa dan berpikir. Kuncinya adalah untuk menciptakan waktu berpikir dan melakukannya secara teratur.
Supaya pemikiran seorang pemimpin tetap jernih, ada baiknya untuk mengambil waktu entah sekali dalam enam bulan untuk pergi mengasingkand rii ke tempat terpencil, membaca dan merenungkan masalah-masalah utama dalam pekerjaan.
Baca Juga:
Lagi Nganggur dan Gak Punya Penghasilan? Begini Tips Biar Hidup Tetap Survive
12 Tanda Ini Jadi Bukti Kamu Lagi Ngalamin Fase Krisis Dalam Pekerjaan, Hati-hati Ya!
4. Tetap terhubung
Para pemimpin membutuhkan waktu bukan hanya untuk berpikir tapi
juga untuk terhubung dengan orang lain. Hal ini harus jadi prioritas utama untuk
terhubung bukan hanya dengan orang-orang di dalam pekerjaan. Tapi juga dengan
orang-orang di luar kantor, di lingkungan tempat tinggal, dari perusahaan lain atau sesama pekerjaan bisnis.
Ambil waktu untuk tetap terhubung dengan orang-orang tersebut dan kembangkan jaringan koneksi.
Sebuah event besar seperti
koferensi, seminar atau workshop adalah tempat yang tepat untuk menghabiskan
waktu berpikir dan terkoneksi dengan orang lain. Hal ini efektif untuk membagikan
ide-ide seorang pemimpin dan membangun mereka melalui orang-orang yang ditemui di sana.
5. Tetap perhatikan kondisi tubuh, pikiran dan hatimu
Karakter adalah jantung dari produktifitas dan kepemimpinan.
Tanpa karakter yang baik seseorang tidak akan bisa menjadi seorang
pemimpin yang baik. Karakter menjadi salah satu bentuk otoritas moral yang
diperlukan untuk menyatukan orang-orang yang dipimpinnya dan juga untuk membangun kemajuan sebuah bisnis atau perusahaan.
Karena itulah seorang pemimpin memerlukan hikmat dan
kebijaksanaan. Sehingga mereka dalam tindakan dan respon bisa menguntungkan semua
pihak. Pastinya hal ini hanya bisa didapatkan dengan memintanya kepada Tuhan sebagai sumber hikmat tertinggi.
Untuk dihormati dan dihargai, seorang pemimpin perlu menjadi pribadi
yang berkharisma dan memiliki kesehatan batiniah dan jasmaniah yang baik. Tak
ada yang akan menghargai seorang pemimpin yang meledak-ledak atau memiliki
temperamen yang tidak stabil.
“Karena
kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik
kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan
supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini
dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan
kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah
menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan
untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin
berbuat baik.” (Titus 2: 11-14)