Presiden Amerika
Serikat Donald Trump mengundang puluhan orang korban persekusi keagamaan dari
berbagai negara ke Gedung Putih pada Rabu (17/7/2019) lalu. Hal ini
dilakukannya sebagai bagian dari usaha dari pemerintahannya untuk mendorong
kebebasan beragama di berbagai negara.
Dua puluh tujuh orang
yang terdiri dari orang Kristen yang berasal dari Birma, Vietnam, Korea Utara,
Iran, Turki, Kuba, Eritrea, Nigeria dan Sudan; orang muslim dari Afganistan,
Sudan, Pakistan dan New Zealand; orang Yahudi yang mengalami persekusi di Yaman
dan Jerman, serta penganut Cao Dai dari Vietnam dan suku Yazidi dari Irak.
Dalam kesempatan
tersebut, seorang wanita Yazidi bernama Nadia Murad berkesempatan langsung menceritakan pada Trump
bagaimana kekejaman kelompok teroris ISIS terhadap etnisnya. Hal itu juga
membuatnya terpisah kehilangan ibu dan saudara laki-lakinya yang tewas dibunuh
oleh ISIS.
“Saya minta Anda untuk
mendorong pemerintah Kurdi dan Irak untuk memberikan tempat aman untuk kaum
Yazidi bisa hidup dengan aman dan bermartabat,” demikian ungkap Nadia kepada Trump.
Selain itu hadir juga
empat orang dari China, dan satu orang Muslim Uighur mengatakan bahwa
pemerintah China saat mengurung umat Muslim Uighur di kamp konsentrasi. Komisi
Hak Asasi Manusia PBB memperkirakan ada 1 juta orang Uighur yang ditangkap oleh
pemerintah China, demikian berita yang dirilis Reuters.
Selain bertemu langsung dengan Presiden Donald Trump, orang-orang yang mengalami persekusi tersebut juga akan menceritakan apa yang mereka alami pada acara Ministerial to Advance Religious Freedom, sebuah konferensi yang mendorong kebebasan beragama yang dihadiri oleh 1000 peserta dari 100 negara.
Baca juga :
Menlu AS Klaim Acara Kebebasan Beragama Tahun 2019 Ini Terbesar Yang Pernah Ada
Menlu Amerika Mike Pompeo, Serukan Ajakan Berdoa Bagi Umat Kristen Teraniaya di Iran