Mantan presiden
ke-3 Indonesia, BJ Habibie mengingatkan masyarakat pentingnya memiliki
keseimbangan antara pengetahuan, budaya dan agama. Dia menilai hal ini penting
karena ada banyak kasus yang terjadi dimana orang berpendidikan pun kadang tak memiliki
moral yang baik. Sebaliknya, orang-orang beragama menjadi lebih sensitif dengan agamanya tanpa memiliki pandangan berbeda saat menyikapi satu hal.
“Ada orang berpendidikan
hebat, tapi pembudayaan negatif, itu bahaya itu. Tapi ada juga orang yang
berpengetahuan top, budaya, pendidikan juga, kalau itu ada, baik dan bagus.
Jadi itu kita lihat ada sinergi 3 elemen yaitu agama, pendidikan dan budaya,”
kata Habibie saat menghadiri acara peluncuran ‘The Habibie IInstitute of Public
Policy and Governance (HIPPG) di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Selasa (25/6).
Dia menjelaskan
hal ini penting bagi kehidupan bernegara. Karena di dalam demokrasi, perilaku
manusia dan sumber daya manusia (SDM) harus dibarengi dengan pengetahuan,
budaya dan agama. Sehingga dalam kehidupannya sehari-hari setiap orang bisa sama-sama menguntungkan.
“Demokrasi kaitannya dengan manusia. Manusia itu kalau mau berkembang, mau tingkatkan produktivitas maka dia mau tidak mau harus berperilaku sesuai dengan budayanya. Jadi SDM itu kita harus kembangkan, agar supaya perilakunya dalam budaya, dan bersinergi dengan agamanya masing-masing, itu bari benar-benar menguntungkan bagi manusia,” terangnya.
Baca Juga:
Whatsapp Bakal Diawasi Pemerintah, Komnas HAM Malah Gak Setuju. Ini Sebabnya…
Penutupan Warung Anjing di Karanganyar Bukan Soal Agama, Bupati Sebut 2 Alasan Ini...
Dengan memiliki
kekayaan budaya, masyarakat diyakini akan mudah menerima perbedaan yang ada. Sebagaimana
halnya perbedaan yang ada di Indonesia. Dengan tetap menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika, masyarakat juga menghormati UUD dan Pancasila.
“UUD dan
Pancasila adalah aset bangsa, dan kita tidak mengenal SARA dan tidak mengenal perbedaan
suku dan ras. Lalu, demokrasi pembangunan dan governasi itu harus kita perbaiki,”
katanya.
Ya, sebagai
umat beragama kita tak bisa puas hanya dengan mendalami pengajaran agama kita. Keyakinan
harus ditopang oleh pengetahuan atau wawasan yang luas. Sehingga kita menjadi orang-orang
beragama yang cerdas dan gak mudah disulut oleh api permusuhan.