Di sekolah, siswa mengikuti ujian bukan untuk kepentingan guru atau kepala sekolah. Tapi ujian adalah untuk kepentingan siswa sendiri.
Seorang guru mengajukan pertanyaan kepada siswanya karena dia
mau tahu apa jawaban yang disampaikan siswanya. Hal serupa juga berlaku antara kita
dan Tuhan. Tuhan menetapkan ujian dalam hidup setiap orang, bukan untuk kepentinganNya sendiri tapi untuk membuat kita terlatih.
Ujian yang kita lewati sampai hari ini tak jauh beda dengan ujian yang dilewati oleh orang-orang di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Dari beragam ujian yang dialami para tokoh Alkitab, kita bisa mendeteksi 3 jenis ujian yang Tuhan ijinkan untuk kita lewati, diantaranya:
1. Ujian Diagnostik
Dalam dunia medis, tes diagnostik ini perlu dilakukan untuk tahu
persis jenis penyakit apa yang diderita oleh pasien. Seperti tes inilah Tuhan juga menguji kita untuk mengungkapkan kondisi rohani kita.
Hal inilah yang dilakukanNya kepada bangsa Israel.
“Ingatlah
kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di
padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan
mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.” (Ulangan 8: 2)
Ujian empat puluh tahun bangsa Israel di padang gurun mengungkapkan
berapa mudahnya orang-orang itu melupakan Allah yang sudah membawa mereka keluar
dari Mesir. Ujian yang kita alami hari ini juga akan mengungkapkan apakah kita adalah pribadi yang akan kembali pada kehidupan lama kita seperti halnya hidup dalam:
- gosip
- suka mengeluh
- malas
- emosional
- egois dan sebagainya
Tuhan memberitahu kita kalau Dia tidak pernah menggoda kita untuk
berbuat dosa (Yakobus 1: 13). Ujian yang kita hadapi tidak dirancang untuk
menuntun kita pada dosa. Melainkan untuk mengungkapkan dosa yang sudah mengintai di dalam hati kita dan siap untuk dibersihkan oleh Tuhan.
Saat kamu sedang diuji, entah itu soal konflik dengan orang yang kamu kasihi, kehilangan orang terkasih, atau carut marut lalu lintas dan bereaksi dengan cara yang tidak benar, ingatlah kalau Allah menetapkan ujian tersebut untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam hatimu. Jadi, untuk menunjukkan bahwa kita butuh Tuhan, kita harus menyerahkan diri kita pada belas kasihanNya.
Baca Juga :
Hampir Meninggal Karena Infeksi, Bocah Ini Alami Mujizat Lewat Lagu Pujian
Dua Alasan Dasar Kenapa Orang Kristen Harus Berdoa Secara Korporat
2. Ujian Pendidikan
Sama seperti guru yang paham betul jika ujian bisa jadi latihan
bagi siswa untuk belajar lebih gigih. Kita juga akan jadi semakin gigih saat kita berada di tengah badai kehidupan (Matius 8: 23-26).
Para pengikut Yesus adalah nelayan berpengalaman. Tapi saat badai
mengamuk, hampir semua diantaranya malah ketakutan. Mereka melihat ombak yang
menjulang, tapi mereka gagal melihat ujian iman di sana. Mereka bisa lulus
ujian seandainya mereka ingat kalau orang yang menciptakan badai itu ada
bersama-sama dengan mereka di perahu itu. Saat Yesus melihat ketakutan mereka, Dia
pun sontak menegur mereka. “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” (Matius 8: 26)
Kita menghadapi ujian yang sama saat kita berada dalam krisis
keuangan yang tak terduga, diagnosa penyakit yang parah, atau kecewa karena dihianati.
Dalam kasus-kasus ini, Tuhan Yesus adalah guru yang sempurna. Dia bisa dipercaya
untuk mempersiapkan dan membawa kita melewati krisis itu. Saat kita gagal melewatinya, kita bisa mengandalkan Yesus untuk menangani badai tersebut.
3. Ujian Sertifikasi
Kadang-kadang ujian diperlukan oleh kandidat untuk disertifikasi
dalam bidang tertentu. Seperti mengikuti ujian mengemudi, ujian masuk perguruan
tinggi, ujian lisensi profesional dan banyak lagi. Setiap ujian punya standar penilaian apakah kandidat layak lulus ujian atau tidak.
Begitu juga dengan Tuhan, Dia tahu persis siapa yang benar-benar
mengasihi Dia. Dia pribadi yang sabar dan pengampun (2 Petrus 3: 9). Tapi ada masanya ketika Dia akan menguji pikiran dan hati seseorang.
“TUHAN
mengadili bangsa-bangsa. Hakimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas.” (Mazmur 7: 9)
Hanya mengandalkan kemampuan kita sendiri, ujian kebenaran ini
tidak akan mungkin bisa kita lewati. Tapi berkat pengorbanan Yesus, kita akhirnya
beroleh kasih karunia. Yesus bersedia menukarkan tempatNya demi kita. Dia menanggung dosa kita sehingga di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Korintus 5: 21).
Tidak semua ujian dirancang untuk tujuan yang sama. Namun semua
ujian diijinkan Tuhan terjadi untuk kebaikan kita.
Karena itu, dalam menghadapi setiap ujian, mari ingat Roma 8:
32, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya
sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia
tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”