Senin (19/11) ini, terjadi
setidaknya 8 kali gempa. Gempa pertama terjadi pukul 3 dini hari (19/11) di
Mamasa, Sulawesi Barat dengan besar magnitudo 3,3. Selanjutnya disusul oleh
gempa berkekuatan magnitudo 3,4, dengan pusat gempa berada di darat 21 km tenggara Mamasa.
Gempa ketiga berpusat di darat 23
km timur laut Mamasa, terjadi pada sekitar pukul 5 subuh dengan magnituro 2,9. Gempa
berkekuatan magnitudo 3 juga dirasakan kembali oleh warga Mamasa pada pukul
6.12 WIB. Gempa ke-lima
terjadi pada pukul 14.19 WIB tadi, terjadi gempa susulan bermagnitudo 3 yang berpusat di darat 19 km Tenggara Mamasa.
5 kali gempa tersebut belum
termasuk gempa yang terjadi sebelum-sebelumnya. Sudah lebih dari dua pekan Desa
Rambusaratu, Kecamatan Mamasa, Sulawet Barat mengalami gempa beruntun. Hal ini
membuat ratusan warga pengungsi terpaksa harus menggelar Ibadah Minggu di tenda darurat di lapangan, Minggu (18/11) kemarin.
Ibadah dilaksanakan di
tenda-tenda darurat. Hal ini dilakukan karena gedung-gedung gereja di desa
mereka banyak mengalami kerusakan dan retak-retak. Baik pihak pengurus gereja
maupun jemaat khawatir kalau gedung gereja yang sudah retak tersebut akan ambruk sewaktu-waktu, terlebih mengetahui kalau gempa masih terus berlangsung.
Salah satu tempat yang dijadikan
sebagai tempat ibadah adalah titik pengungsian di Lapangan Bola Rambusaratu
Mamasa. Suriady yang merupakan majelis jemaat di Rantebuda mengatakan kalau
ibadah di lapangan ini terpaksa dilakukan karena semua pihak menganggap tempat ini jauh lebih aman dibandingkan di dalam gedung.
“Ibadah terpaksa digelar di tenda
karena warga merasa lebih aman menggelar ibadah di lapangan daripada di gereja
yang kondisinya rusak dan retak-retak,” ungkap Suriady, dikutip dari Kompas.com.
Walau gempa terjadi dalam
hitungan skala yang kecil, jemaat masih diliputi suasana panik dan khawatir akan gempa-gempa susulan.
Meskipun ibadah Minggu ini
berlangsung di lapangan dna tenda darurat, Suriady mengaku kalau kebaktian
tetap berlangsung dengan khidmat. Ibadah tetap berjalan seperti biasa, dengan
pujian, penyembahan yang diberikan pada Tuhan, juga khotbah yang dibagikan oleh Pendeta.
Mari kita ikut mendoakan saudara kita yang saat
ini sedang mengalami rasa khawatir akan bencana gempa ini. Kiranya Tuhan
memberikan penghiburan, damai sejahtera dan sukacita tetap berada bersama
mereka meski dalam kondisi bencana ini.