Kasih
setiap orangtua memang gak terkira bagi anak-anaknya. Mulai dari dilahirkan,
orangtua akan berjuang untuk membesarkan, mencintai dan mencurahkan segenap
hidup mereka demi anak-anaknya. Tapi, tanpa dikira saat beranjak dewasa ada saja diantara anak yang malah suka membuat hati mereka kecewa dan terlukai.
Anak bisa melukai
hati orangtua karena berbagai faktor, mungkin kenakalannya di sekolah yang suka
bikin onar atau tawuran dan akibatnya orangtua harus dapat surat panggilan.
Atau tingkah keras kepala anak yang gak mau nurut sama orangtua. Atau mungkin dia
sudah berubah dan tak lagi jadi anak yang takut akan Tuhan dan bersikap penuh kasih.
Orangtua adalah
pribadi yang paling mengenal anaknya. Saat anak berubah menjadi lebih buruk,
mereka akan merasa sangat sedih. Tapi bagaimanapun mereka lebih banyak memilih untuk tetap mengasihi anaknya.
Apakah kamu
sedang berada dalam situasi ini sekarang? Ada kalanya kamu pasti akan menjerit di
hadapan Tuhan dan menyayangkan sikap dan tindakan anakmu. Tapi bagaimanapun itulah
tindakan satu-satunya yang bisa orangtua lakukan bukan? Tapi selain terus berdoa
dan meminta pertolongan dari Tuhan, kamu juga bisa melakukan 7 hal ini ketika disakiti oleh anak sendiri.
1. Ambil nafas panjang-panjang dan tenangkan pikiran
Sikap anak yang
mengakitkan hati pasti membuat orangtua sedih. Tapi daripada menguras pikiran dengan
tingkahnya, ambillah waktu untuk menarik nafas sejenak dan rilekskan pikiran. Hal
ini membantu untuk mencegah munculnya emosi yang memuncak dan yang merugikan.
Akan lebih baik menolak respon yang negatif dan mulai menenangkan pikiran setelah itu baru mencari cara untuk mengatasi tindakan anak.
Berdoalah supaya
kamu bisa mengontrol emosi. Karena si iblis bisa saja memakai kondisi itu untuk semakin merusak hubunganmu dengan anak.
2. Responi sikapnya dengan kasih
Saat hati
orangtua hancur karena perilaku anak, sangat mudah tentunya untuk marah. Tapi,
kita tidak boleh lupa kalau kita adalah orangtua yang Tuhan titipkan untuk membesarkan
anak-anak kalian. Kembalilah pada pemahaman alkitabiah bahwa anak adalah milik Tuhan dan bukan milik kalian.
Di Galatia 5:
19-21, Paulus memberitahu kita bahwa kemarahan adalah dosa dan dosa ini bisa menghalangi
kita untuk mendapatkan bagian warisan kerajaan Allah. Karena itulah orangtua harus selalu bisa mengasihi anak-anaknya, bukan malah memusuhinya (Matius 5: 43-48).
Orangtua harus mengingatkan anak tentang kebenaran firman Tuhan bahwa kita semua adalah orang berdosa. Kita semua kerap jatuh dalam dosa. Dan hanya lewat pengorbanan Yesus saja kita dipulihkan dan diampuni.
Baca Juga :
Setiap Guru Berharap Semua Orangtua Lakukan 5 Hal Ini Sebelum Antarkan Anak ke Sekolah
Anak-anakmu Suka Ngucapin Kata-kata Jelek? Ajari Mereka dengan 5 Langkah Ini
3. Ajarkan anak untuk mau menanggung konsekuensi dari perbuatannya
Dalam hal
ini, orangtua bukan balas mengutuki atau berharap supaya anak mendapat karmanya.
Tapi sebagai orangtua, ketika sanka tak lagi mau mendengarkan nasihat, biarkanlah
dia mengambil pilihannya. Karena dalam setiap pilihan, akan selalu ada
konsekuensi yang datang baik cepat atau lambat. Hal ini bisa jadi metode pendisiplinan
yang baik bagi anak. Kita bahkan tak perlu menghukum mereka. Apalagi kalau anak sudah dewasa, orangtua hanya perlu mengambil langkah yang penuh dengan kasih.
4. Jangan menghukum anak
Saat anak menyakiti
hati kita, sangat mungkin bagi orangtua untuk memberi mereka hukuman yang
setimpal. Entah itu kekerasan fisik atau tindakan lainnya. Orangtua tidak
berperan untuk bersikap otoriter. Tapi selalulah ingat tentang kisah anak yang
hilang di Lukas 15. Sang ayah malah menyambut anak bungsunya yang sudah menyakitkan hatinya dengan hati yang sukacita. Bukankah itu tindakan yang luar biasa?
Ingatlah bahwa
Tuhan juga mengasihi anak-anak kita. KasihNya bahkan jauh lebih besar dari
kasih yang dimiliki orangtua. PengorbananNya di kayu salib adalah bukti kasih
yang nyata atas anak-anakNya di dunia. Karena itu jadilah orangtua yang memilih
untuk mengampuni dan menyambut anak dengan sukacita bahkan setelah dia sudah begitu melukaimu.
5. Berdoalah tanpa henti supaya Tuhan mengubah hidup anakmu
Seorang wanita
dengan setia berdoa untuk [utrinya selama lebih dari 10 tahun. Dia meminta
supaya Tuhan mengubahkan hati putrinya. 10 tahun bukanlah waktu yang singkat. Tapi pada akhirnya semua doa yang dia panjatnya menghasilkan buah yang manis.
Di Keluaran
32, Musa berduka atas keputusan Allah untuk menghancurkan Israel setelah mereka
menyembah anak lembu emas yang mereka bangun. Dia pun memohon kepada Tuhan supaya tak menimpakan murkaNya. Pada akhirnya, hati Tuhan pun luluh dan membatalkan murkaNya.
Doa adalah senjata
yang sangat ampuh. sTuhan benar-benar berdaulat dan Dia tahu rencana-Nya atas
kita. Karena itulah dalam segala sesuatu yang kita alami, Dia rindu supaya kita
menyampaikan permohonan kita dengan hancur hati dan memandang seberapa serius hati kita untuk menyaksikan anak kita bisa berubah.
6. Buktikan kasihmu yang tak terkira kepada anak
Anak perlu tahu
kalau kita mengasihi mereka tanpa syarat. Sama seperti Kristus mengasihi kita dan mati bagi kita orang berdosa (Roma 5: 6).
Ya, memang kadang
orangtua pasti sulit mengungkapkan kasihnya kepada anak. Saat hal ini mulai sulit
diungkapkan, mulailah untuk menghancurkan batas itu dengan berdoa dan meminta supaya Tuhan memberanikan kita untuk menyampaikan kasih kita kepada anak (1 Korintus 13: 7).
7. Jangan pernah tinggalkan anak dalam kesesatannya
Banyak hubungan
orangtua dan anakbenar-benar rusak setelah anak melakukan tindakan menyakitkan.
Orangtua pun tak mampu menerima perlakuan itu dan memutuskan untuk memutus hubungan
darah. Komunikasi dan interaksi tak lagi ada sampai bertahun-tahun lamanya.
Anak tetap hidup dalam kesesatannya dan orangtua hanya bisa memendam amarah selama bertahun-tahun.
Ini bukan
ide yang baik saat anak melukai hati orangtua. Yang perlu dilakukan adalah berusaha
untuk membawa anak kembali ke jalan yang benar dan menyadarkan mereka bahwa apa
yang mereka lakukan itu salah.
Jadi orangtua
memang gak mudah ya. Selain mmebesarkan dan memenuhi kebutuhan anak, orangtua juga
harus bisa mengasihi anak dalam kondisi apapun itu. Sekalipun disakiti, tak ada
alasan bagi mereka untuk membalas menyakiti. Itu sebabnya sebuah ungkapan berkata
‘punya
mantan istri bisa tapi punya mantan anak atau orangtua itu sama sekali gak pernah
bisa’.