Apakah kamu
orangtua yang merasakan kecemasan kalau-kalau anak-anakmu tumbuh dengan tidak mengikuti
warisan keyakinan orangtuanya? Atau apakah kamu selalu cemas membayangkan apakah anak-anakmu kelak saat dewasa akan jadi orang Kristen yang baik atau tidak?
Pasangan pendeta
muda rata-rata akan mengalami tekanan semacam ini saat anak-anak mereka terus
tumbuh. Untuk mengatasi kondisi ini, gereja-gereja pun mulai melakukan berbagai
upaya pencegahan. Mulai dari mengadakan seminar, worshop, camp, sampai training
bagaimana cara untuk menjaga anak-anak mereka supaya tetap jadi seorang
Kristen. Tapi, alasan sebenarnya kenapa banyak anak yang meninggalkan keyakinan orangtuanya sama sekali tak berkaitan dengan pendidikan mereka.
Ada 5 alasan umum kenapa hal ini terjadi, diantaranya:
1. Orangtua kerap memakai agama untuk mengendalikan anak-anak dari rasa bersalah dan rasa malu
"Yesus mengawasimu!” Inilah frase yang selalu
disampaikan orangtua untuk mengendalikan tindakan anak-anaknya. Tanpa disadari,
cara ini hanya sebagai bentuk intimidasi buruk bagi anak-anak. Naturalnya, kondisi
pemikiran anak yang belum dewasa belum sanggup memahami peran Tuhan yang sesungguhnya.
Dengan polosnya, anak akan berpikir kalau Tuhan itu adalah sosok yang sangat kejam
dan beringas. Kedua, anak akan kehilangan kepercayaan dengan orangtuanya karena pemahaman mereka akan Tuhan juga sudah salah.
Solusi:
Supaya hal
ini gak terjadi, didiklah anakmu dengan tidak melibatkan ancaman atas nama Tuhan.
Sebaliknya, sampaikanlah pengertian yang logis kenapa mereka harus melakukan hal
yang benar sesuai dengan pemahaman yang bisa mereka terima. Misalnya, Tuhan menganugerahkan
kamu di tengah keluarga ini. Jadi tugas mama dan papa untuk menghargai karunia itu dengan membesarkanmu sesuai dengan caranya Tuhan.
2. Orangtua suka menakut-nakuti anak soal dunia yang jahat
Setiap orang
yang percaya kepada Yesus memang sudah tak lagi serupa dengan dunia ini. Tapi gak
seharusnya kamu memakai fakta ini untuk mengatakan kalau dunia ini jahat dan mengerikan.
Apalagi orangtua terus menerus menyampaikan soal hukuman yang akan Tuhan lakukan
bagi setiap orang yang masih serupa dengan dunia. Tolong jangan pernah menyampaikannya karena hal ini hanya akan membuat pemahaman anak soal Tuhan jadi salah.
Solusi:
Ucapkanlah kata-kata
penyemangat yang sederhana. Misalnya, Nak kita sebagai orang Kristen diajarkan untuk
mengasihi. Jadi, sekalipun banyak orang yang menjahatimu, jangan pernah membalasnya dengan hal yang sama. Berbelas kasihlah atas orang lain.
3. Orangtua gak mengidupi sukacita dan damai sejahtera dari Tuhan
Orangtua adalah
role model anak! Camkan hal ini. Jadi, saat orangtua menghidupi sukacita, damai
sejahtera dan kasih dalam hidup mereka sehari-hari maka secara otomatis anak mengikutinya
juga. Bagaimana perilaku orangtua dalam iman jauh lebih penting daripada apa yang
anak dengarkan tentang iman orangtua mereka. Istilahnya, tindakan lebih berbicara daripada ucapan semata.
Solusi:
Belajar menjadi orangtua Kristen sejati. Memberi teladan kepada anak lebih dulu. Karena orangtua yang berhasil mempraktikkan imannya jauh lebih berhasil membuat anak-anaknya jadi orang Kristen sejati daripada orangtua yang hanya berkata-kata tentang iman tapi dalam perbuatan malah jadi batu sandungan.
Baca Juga :
10 Cara Biar Keluarga Kompakan ke Gereja, Yang No. 1 Paling Wajib Dilakukan!
Cegah Anak Jadi Korban Perdagangan, Rumah Faye Fokus Lakukan 3 Program Ini
4. Anak dibiarkan mencari jawaban dari pertanyaan mereka sendiri
Alaminya, anak-anak
punya segudang pertanyaan soal kekristenan yang berharap bisa dijawab oleh orangtuanya.
Tapi sering kali orangtua menghindar dari pertanyaan-pertanyaan membingungkan anak-anak mereka dan memaksa anak untuk mencari jawaban sendiri di luar sana.
Solusi:
Sekalipun pertanyaan
anak sulit dan orangtua gak tahu harus menjawab apa, jangan pernah menolak atau
mengabaikan mereka. Tapi jawablah dengan jujur. Misalnya, “Mama atau Papa sebenarnya
kurang tahu juga soal itu. Tapi pertanyaanmu menarik sekali nak. Mungkin kita bisa mencari tahu jawabannya dari Alkitab, atau menanyakannya kepada pendeta.”
5. Orangtua hanya memaksa anak ikut dalam beragam kegiatan rohani tanpa mau membantu mereka
Banyak
orangtua yang terlibat dan aktif dalam komunitas gereja selalu memaksa anak-anak
mereka untuk terlibat juga dalam komunitas. Sayangnya, ada banyak anak yang tak
paham betul kenapa mereka harus masuk komunitas dan melakukan sesuatu bersama orang
lain. Tahukah kamu akibat dari tindakan orangtua ini, lambat laun anak akan mulai
frustrasi, tertekan dan akhirnya memberontak. Mengelak dari semua kegiatan berbau kerohanian dan kabur mencari komunitas yang membuatnya menjadi dirinya sendiri.
Solusi:
Kalau anakmu
hanya merasa mereka hanya melakukan sesuatu karena disuruh atau karena ikut-ikutan
saja, segeralah menolong mereka. Sebelum memasukkan mereka ke dalam sebuah komunitas
gereja, bantulah mereka memahami lebih dulu esensi dasar dari apa yang hendak dia
lakukan di sana. Kalau ternyata dia tak suka dan gak punya ketertarikan di dalam
komunitas atau kegiatan itu, jangan memaksa. Berikan dia waktu untuk menemukan potensi dan kesenangannya.
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,
maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Amsal 22:
6
Di jaman ini,
orangtua diperhadapkan dengan tantangan besar atas anak-anak mereka. Ada banyak
pemahaman dan ideologi salah yang disebarkan oleh kelompok tertentu. Jangan sampai
anak-anakmu jadi salah satu korban ideologi salah ini dan yang membuatnya jauh
dari Tuhan dan menolak kekristenan.