Tidak ada pernikahan yang
sempurna. Seperti pernikahan yang saya jalani. Saya selalu mencari-cari apa
yang salah dalam pernikahan ini. Mungkin ekspektasi dan harapan saya mengenai
seorang istri yang sempurna terlalu tinggi, sehingga saya merasa kecewa terhadap kehidupan pernikahan ini.
Kehilangan sosok istri yang sempurna
Saat bersamanya, saya merasa
kalau figur ibu ada di Maria. Perasaan teduh dan nyaman mampu ia berikan kepada
saya. Perjalanan pernikahan kami dimulai sejak 1991, dimana saya berpikir kalau
kehidupan surga akan nyata dalam keluarga kecil saya dengan kehadiran Maria, istri saya.
Setelah beberapa tahun bersama
Maria, kami dikaruniai anak. Tetapi entah mengapa saya merasa kalau hubungan
saya tidak lagi sedekat dahulu. Terlebih karena baik saya maupun Maria kini
sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Kesibukan ini pula yang membuat
Maria tidak lagi memperhatikan kebutuhan saya, mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti makan
hingga kebutuhan seksual.
Awalnya saya bisa maklum. Tetapi
ada keinginan dari diri saya
untuk menemukan sosok seorang istri yang sempurna sebagai pendamping hidup.
Bahkan, hati kecil saya kerap berkata kalau saya telah salah memilih seorang istri.
Pada sebuah kesempatan, saya diundang sebagai
seorang pembicara dalam sebuah perusahaan, dimana saya bertemu dengan sosok
Reni. Soal penampilan, Reni jauh lebih menarik. Apalagi sikapnya yang perhatian juga membuat saya nyaman setiap berada di dekatnya.
Setiap ada kesempatan, kami selalu menyempatkan
diri untuk bertemu. Tanpa sadar, kini fokus saya bukan lagi kepada istri,
melainkan kepada Reni. Saya sampai lupa hari jadi pernikahan kami. Dari sini, kami mulai sering bertengkar.
Keputusan saya kini bulat, saya memilih untuk bercerai
Saya menyadari kalau sosok istri yang saya mau
tidak ada pada Maria. Saya memutuskan untuk bercerai. Kami bercerai saat
pernikahan sudah menginjak usia 22 tahun. Setelah perceraian, saya memutuskan untuk menikahi Reni, sosok wanita menarik yang selalu membuat saya nyaman.
Saya bahkan telah menyiapkan diri untuk segera
menikahinya. Tetapi entah mengapa, sikap Reni bukan lagi seperti dulu. Bukannya damai sejahtera yang didapat, saya justru sering bertengkar dengannya.
Bukan semakin baik, kehidupan saya justru makin jatuh
Keadaan semakin parah ketika saya mengalami
sebuah kebangkrutan yang luar biasa. Tidak hanya dari segi ekonomi, saya juga
mengalami sakit yang cukup parah. Saat itu, sosok Reni tidak lagi ada disamping saya.
Sakit ini membuat saya tidak bisa berjalan.
Bahkan untuk melakukan 3 langkah pun saya tidak mampu. Saya sempat menyerahkan
nyawa saya agar segera diambil Tuhan. Tetapi ketika saya tertidur, saya
mendengar sebuah lagu yang menyadarkan saya kalau kuasa Tuhan adalah besar, dan pengharapan itu selalu ada.
Hati yang baru sebagai bentuk mujizat dari Tuhan
3 tahun lamanya saya dan mantan istri tidak saling berkomunikasi. Tetapi suatu hari saya mendengar suara pintu rumah di ketuk. Saya menemukan mantan istri saya datang bertamu ke rumah saya. Saya kira, ia akan kecewa, kami sudah bercerai secara hukum. Malam itu, melihat keadaan saya yang lemas dan tidak berdaya, Maria mengajak saya untuk kembali pulang.
Baca juga: Jamahan Tuhan Mengubahkan Kehidupanku Yang Dulunya Melayani Lelaki Hidung Belang - Vhyra
Maria adalah orang yang telah merawat saya. Ia bahkan
masih mengasihi saya meski saya telah menceraikannya. Ia adalah sosok penolong
yang diberikan oleh Tuhan. Cinta dan kasih yang tidak pernah menyerah dari Maria membuat saya kembali pada sebuah pernikahan yang dulu saya tinggalkan.
Roh Tuhan yang ada dalam istri saya telah
mengijinkan sebuah mujizat, dimana saya diijinkan kembali kepadanya. Padahal,
jika dilihat oleh mata manusia, siapa yang mau menerima sosok suami yang telah
meninggalkan istrinya?
Saya memutuskan untuk kembali meneguhkan
pernikahan kami. Saya percaya kalau Tuhan selalu menginginkan keadaan rumah
tangga kita bahagia. Ketika kita memutuskan untuk berada dalam jalanNya, maka
itu akan terjadi. Semua pikiran negatif telah saya buang, kemudian Tuhan
memberikan hati yang baru bagi saya.