Waktu masa sekolah,
aku suka ditanyai sama mama siapa temen-temenku di sekolah. Kalau ada acara di
luar, bareng siapa aku bakal pergi. Pertanyaan-pertanyaan ini pun harus aku jawab dengan jelas. Kalau perlu mama harus kenal siapa teman yang aku sebutkan.
Bagi orangtua
yang punya anak, khususnya yang sudah beranjak remaja, pasti akan merasa cemas kalau-kalau
anaknya akan terpengaruh dengan teman-teman yang kurang baik. Peduli dengan siapa
anak bergaul adalah satu cara orangtua untuk mencegah dampak buruk terjadi kepada anak.
Apalagi kalau
anak sudah beranjak remaja, dimana di usia tersebut anak sedang mengalami masa pertumbuhan
yang masih sangat labil. Orangtua harus benar-benar tahu siapa orang-orang yang
bergaul dengannya. Salah satu cara termudah untuk melakukan hal tersebut adalah
dengan membiarkan anak membawa teman-temannya ke rumah. Entah itu untuk tugas kelompok
sekolah atau untuk sekadar kumpul bareng. Biarkan teman-teman anak merasa
nyaman datang ke rumah. Sementara orangtua bisa mengawasi mereka dengan bebas dari
balik pintu kamar atau dapur untuk terus mengontrol kegiatan yang mereka lakukan.
Atau orangtua
bisa terlibat langsung di tengah-tengah obrolan mereka. Mungkin sekadar mengenal
lebih dekat teman anak satu per satu. Saat mereka sudah merasa santai dan mau ngobrol sebagai teman, orangtua bisa menguping sebagai orang dewasa.
Kapan pun
itu, orangtua bisa mengambil waktu untuk mengenal teman-teman anak lebih dekat.
Entah itu di gerbang sekolah atau saat mengantar mereka pulang ke rumahnya. Dari
hala-hal ini, orangtua bisa menilai apakah pergaulan anak tetap positif atau malah membawa anak masuk ke dalam pengaruh negatif.
Selain cara
di atas, ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan orangtua untuk mengenal teman-teman sepergaulan anak.
1. Memperlakukan anak dengan baik di depan teman-temannya
Anak akan terbuka
ke orangtua soal teman-teman mereka saat orangtua memperlakukan anak dengan baik
di depan teman-temannya. Sebaliknya, mempermalukan anak di depan teman hanya akan membuat anak malas memperkenalkan kembali teman-temannya ke orangtua.
2. Ramahlah ke teman-temannya
Sewaktu SMP,
aku dan teman-teman suka segan bermain ke rumah salah satu teman kami karena mamanya
nggak ramah sama sekali. Waktu kami datang, mamanya malah memandang sinis. Dia bahkan
bertingkah aneh untuk membuat kami cepat pulang. Dia akan mulai berteriak,
menyuruh teman kami membantu pekerjaannya. Pasti nggak ada orang yang betah berkunjung ke rumah teman yang orangtua nggak ramah.
Jadi, bersikap
ramahlah saat teman-teman anak datang berkunjung. Kalau perlu hidangkan mereka makanan atau minuman. Jangan biarkan mereka merasa ketakutan dengan sikapmu.
3. Berikan nasihat persahabatan yang membangun ke anak
Salah satu nasihat
baik yang membangun pertemanan adalah dengan menjadi teman yang baik dan murah
hati. Salah satunya jadi teman yang suka melayani teman. Misalnya, menyuguhkan makanan saat sedang kumpul bareng atau sedang mengerjakan tugas kelompok sekolah.
4. Biarkan anak bersikap selayaknya seorang anak
Sebagai orang
dewasa, orangtua pasti sedikit geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah anak remajanya
yang ababil layaknya grup girl band remaja Korea. Tapi itulah mereka. Usia remaja
adalah masa-masa pubertas dimana anak akan kelihatan overacting dan hiperaktif. Tapi
itulah mereka. Saat dia dan teman-temannya bersikap kekanak-kanakan dan sedikit aneh, biarkan saja. Jangan memaksanya bersikap seperti orang dewasa.
5. Kalau memungkinkan, buatlah satu ruang ‘ramah anak’ di rumah
Ruang ramah
anak adalah salah satu ide yang baik untuk dibuat di rumah. Karena ruang ini bisa
dijadikan anak sebagai tempat belajar bersama dengan teman-temannya atau hanya sekadar kumpul saja.
Tapi kalau
saja anak remajamu lebih suka pergi ke luar rumah atau menginap di rumah temannya,
biarkan saja. Asal tanyakan dulu dengan lengkap siapa teman yang dimaksud,
dimana rumahnya dan nomor yang bisa dihubungi di sana. Karena orangtua pasti
akan lebih lega kalau tahu dengan siapa anak mereka pergi dan bahkan bisa mengenal
orangtua dari teman-teman anak. Karena bagaimanapun mendapatkan kepercayaan dari
orangtua teman anak akan sangat melegakan.
Mengenal teman
sepergaulan anak memang penting. Tapi orangtua juga jangan sampai mengabaikan kebiasaan-kebiasaan
sehari-hari yang sangat berdampak membentuk kepribadian anak. Saat pola
pengasuhan orangtua didasarkan pada kebenaran firman Tuhan, percayalah anak pasti
akan tumbuh mengikuti trek yang benar. Mereka pasti akan lebih peka dan selektif
memilih teman karena sudah tahu membedakan mana teman yang baik dan yang buruk.