Belakangan saya
banyak membaca mengenai seorang penginjil asal Jerman bernama Reinhard Bonnke.
Dalam sebuah KKRnya, ada banyak orang yang datang dengan berbagai sakit
penyakit. Ia menanggapinya dengan sebuah pernyataan, 'Tidak semua orang disini
akan disembuhkan, namun beberapa di antara mereka yang lumpuh akan berjalan, yang buta akan melihat, dan berbagai penyakit akan disembuhkan.'
Tentu saja,
sukacita akan terjadi pada mereka yang telah sembuh dan menerima mujizat.
Sekaligus beberapa ada yang kecewa ketika mereka harus pulang kerumah masih dalam kondisi yang sama saat mereka datang pada KKR tersebut.
Dalam Alkitab, kita bisa menemukan sebuah cerita mengenai janda di Israel. Dari banyaknya janda yang ada, Tuhan memilih serang janda di Sarfat untuk menerima mujizat Tuhan. Dari antara banyaknya tangis kematian, Tuhan memilih Dorkas dan Lazarus untuk beroleh sukacita kebangkitan.
Baca juga: Dari Bunga Mawar Hingga Liger, Ketika Yang Beda Disatukan Bisakah Berdampak Positif?
Demikian juga
terjadi pada Bartimeus diantara pengemis-pengemis buta lain di Israel. Kita
tidak pernah tahu dan mengerti mengapa Tuhan tidak menyembuhkan semua orang.
Namun, mujizat-mujizat di atas mengantarkan kita pada sebuah pertanyaan,
'Apakah Tuhan memilih-milih orang dalam memberikan berkatNya?' 'Apa benar Tuhan memiliki anak emas diantara kita?'
Kathryn Kuhlman
merupakan seorang hamba Tuhan pernah menjawab pertanyaan ini. Ia mengatakan,
'Saya bukan orang yang spesial dihadapan Tuhan, apa pun yang Tuhan berikan
untuk saya, Ia dapat memberikannya untuk kita. asal kita tahu bagaimana membayar harganya.'
Kita harus
mengerti kalau di hadapan Tuhan, kita adalah sama. Tidak ada anak emas bagi
Tuhan. Tetapi ini adalah tentang bagaimana kita mampu menyediakan diri bagi Tuhan sebagai sebuah wadah atau bejana yang siap untuk dipakai Tuhan.
Saya percaya kalau setiap
kesempatan yang Tuhan berikan bagi kita itu sama. Semuanya tergantung dari
seberapa besar kita berani untuk membayar harga untuk Tuhan. Bagaimana kita bisa menempatkan Tuhan dalam kehidupan kita.
Mungkin itu artinya kita harus mati.
Disini, mati berarti kita harus kuat menahan ego dan meninggalkan manusia lama
kita. Bisa jadi hal ini adalah ketika kita harus menahan diri terhadap godaan iblis yang ada di sekeliling kita.
Bisakah kita tetap menjadi menjaga kekudusan yang telah Tuhan berikan kepada kita ditengah-tengah dunia yang kian hari kian membawa kita jauh dariNya?
Masihkah kita berpegang pada kebenaran firman Tuhan dan memberikan waktu untuk
bisa bersekutu denganNya sebelum memulai hari ini?
Kita adalah pewaris tahta Allah. Hidup
kita telah dikuduskan oleh Tuhan, hal ini telah dituliskan dalam Efesus 1:3-4,
‘Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah
mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam
Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak
bercacat di hadapanNya.