Memukul anak masih sering dilakukan oleh orangtua dengan
tujuan untuk memberi hukuman atau menjadikan anak lebih disipilin. Dan sampai
hari ini, orangtuaku sendiri masih melakukan hal itu. Apakah kamu salah satu
orangtua yang mendidik anak dengan cara demikian?
Curahan hati seorang ibu ini
wajib kamu dengarkan :
Mary
Katherine seorang ibu sekaligus blogger menuliskan curahan hati ibu di laman
Scarry Mommy, dia mengaku berhenti memukul anaknya karena sebuah alasan yang
sangat tegas.
Saya tumbuh di lingkungan yang menerapkan pukulan pada anak
sebagai bentuk hukuman. Saat kecil, saya tahu kalau berbuat nakal, saya harus
bersembunyi atau memilih alat untuk dipukulkan pada saya. Saya jarang dipukul
oleh orangtua, tapi kenangan saya dipukul masih terbayang jelas.
Saya ingat berjalan di lorong rumah menuju kamar, menutupi
pantat saya dengan tangan sambil berteriak agar hukuman ditangguhkan. Jujur
saja, mengingat kenangan itu membuat saya merasa sedih.
Saya tidak pernah memikirkan dampak pemukulan terhadap diri
saya, hingga setelah saya menjadi seorang ibu.
Malam pertama membawa bayi pulang ke rumah, saya melihatnya
sebagai seorang manusia yang tak berdaya, dan betapa menjadi seorang ibu adalah
tanggung jawab yang luar biasa.
Saya menitikkan air mata, berbisik di telingan putraku, "Ibu tidak akan pernah memukulmu, ibu
janji."
Tiga
tahun kemudian, saya memukul anak untuk pertama kalinya.
Hal itu terjadi pada suatu
hari, reaksi saya terjadi karena dia lari ke
jalan, saya segera menarik tangannya dan memukul pantatnya. Saya ingat jelas
ekspresi di wajahnya, bingung, marah dan terkhianati. Saya langsung membenarkan
tindakan tersebut di dalam kepala saya, walaupun dalam
hati saya merasa ini adalah salah.
Namun, meskipun benci pada diri sendiri karena menyakiti putra
saya, saya terus memberikan hukuman fisik untuk mendisiplinkannya. Perilakunya
tidak membaik dengan pukulan, justru bertambah buruk. Bahkan suatu hari dia
memukul adik perempuannya.
Saya sangat marah dan membentaknya, " Kita tidak memukul keluarga sendiri, Nak. Kau tahu itu!"
Dengan airmata di wajahnya, ia membalas membentak,"Tapi, Bu, Kau juga memukulku!"
Kebenaran dalam ucapannya, meluluh lantakkan perasaan saya.
Itu adalah pertama kalinya saya dihadapkan dengan alasan logis mengapa memukul
anak adalah hal yang salah.
Saya berusaha menenangkannya, tapi dia berpaling dan kembali
bermain. Sepanjang hari itu, saya merasakan beban berat di hati dan pikiran.
Karena saya sadar telah melakukan hal yang salah pada anak saya. Sangat salah.
Malam harinya, ketika suami pulang kerja kamipun mengobrol
panjang lebar. Dan ternyata, meskipun kami berdua sama-sama dibesarkan dengan
hukuman pukul sebagai bentuk pendisiplinan, kami tidak pernah berniat
melakukannya pada anak kami.
Kami tidak pernah merasa bahwa tindakan itu benar, kami melakukannya karena itulah yang kami pelajari
dari orangtua kami. Meskipun kami benci melakukannya.
Malam itu, kami juga mencari beberapa dampak jangka panjang
dari pola disipilin dengan cara memukul anak. Dan kami menemukan fakta ilmiah
bahwa memukul anak selain nggak efektif untuk mendisiplinkan, juga sangat
merugikan anak.
Saya selalu merasa bahwa memukul anak sebagai hukuman tidak
benar, namun hanya itu yang saya tahu. Dan orangtua saya juga melakukannya
terhadap saya. Malam itu, saya dan suami sepakat untuk memutuskan mata rantai
kebiasaan buruk ini.
Malam itu juga, saya berjalan pelan ke kamar anak laki-laki
saya dan mencium keningnya. Dia sudah tidur, meski pipinya sudah menirus, namun
ia masih memiliki tampilan tembam seperti saat dia masih bayi baru lahir.
Ku usap rambutnya dan berbisik di telinganya." Ibu janji padamu, Nak. Ibu nggak
akan pernah memukulmu lagi."
Dan kali
ini, janji itu saya tepati.
Curahan hati Mary ini semestinya menjadi pelajaran bagi kita
sebagai orangtua, apa yang selama ini menjadi kebiasaan di masyarakat bukan
berarti kita harus menirunya.
Setiap orangtua memiliki hak untuk menerapkan pola pengasuhan yang
terbaik untuk anak-anaknya. Ikutilah insting kamu sebagai orangtua, jika kamu
merasa ada yang salah, ayo! Ubahlah.
Yang pasti, usahakan jangan pernah melakukan kekerasan fisik
maupun emosional sebagai bentuk hukuman atau cara mendisiplinkan.
Semoga bermanfaat ya!