Sebuah pepatah berkata kalau hidup itu ‘seperti roda yang berputar’. Dalam artian, kehidupan kita
bisa kadang di bawah dan kadang di atas. Kalau dipikir-pikir ucapan ini sama
seperti yang dituliskan dalam Pengkhotbah 3: 1-15 bahwa hidup itu kadang ada
pasang dan surutnya. Ada kalanya kita merasakan pahitnya kehidupan dan nggak ada cara yang bisa kita lakukan untuk menghindarinya.
Tapi bukankah
hal ini hanya seperti sebuah pola yang terus berulang? Daripada berfokus hanya pada
naik turunnya kehidupan, kenapa kita nggak memandang kalau hidup itu seperti menabur
benih di ladang? Karena saat kita menabur di ladang kita akan selalu melewati musim menuai.
Apa yang kamu tabur itulah yang kamu tuai. Inilah satu pepatah yang membuat kita percaya bahwa semakin banyak kita menabur maka tuaian kita akan semakin berlimpah baik dalam hal keuangan, bisnis, kesehatan, ataupun hubungan.
Sumber: Christian Rep
Tapi ada banyak
orang yang kemudian lengah dengan semua kelimpahan yang diterima. Sampai akhirnya mulai menyalahgunakan tuaian itu untuk hal-hal yang merusak dan salah.
Sementara asyik
menikmati tuaian, ladang bekas tuaian kita tinggalkan berumput. Sementara
benihnya kita simpan di gudang. Kita pikir masih ada hari esok untuk menabur dan biarkan hari ini adalah masa-masa untuk menikmati tuaian.
Karena terlalu
asyik menikmati tuaian, kita nggak sadar kalau ternyata tuaian terakhir sudah hampir
habis. Sementara kita tak lagi bisa menuai karena sudah terlalu lama tak menabur di ladang. Musim kelaparan pun menghampiri di depan mata.
Harusnya hidup
itu seperti menabur di ladang, dimana saat kita menuai hasil musim taburan pertama
kita sudah harus menabur untuk musim tuaian kedua. Dan saat kita sedang asyik
menikmati hasil tuaian kita harusnya sudah kembali sibuk menabur untuk musim tuaian
ketiga. Demikian seterusnya sehingga kita tak pernah berhenti menuai hasil yang sudah kita tabur.
Menabur di
ladang itu bisa kita aplikasikan dengan tindakan kebaikan. Misalnya, menebar kebaikan
kepada orang lain setiap hari. Mau menanam uang untuk sebuah tujuan. Berani memberi
waktu untuk hubungan yang semakin dekat. Atau berani menaruh hati untuk sebuah
harapan. Inilah yang harus kita terus lakukan tanpa henti. Walaupun hidup rasanya
sudah enak dan nyaman, tapi jangan pernah berhenti untuk menabung, berinvestasi dan melatih diri untuk bersyukur dan berkata ‘cukup’.
Menabur itu
emang nggak enak. Karena setiap hari kita harus disengat terik matahari, mencucurkan
keringat dan kelelahan. Tapi proses ini bukan berarti nggak menghasilkan. Karena
hidup itu nggak cuma bisa pasrah kayak roda yang berputar.
Jangan pernah
menerima keadaanmu apa adanya. Tapi berjuanglah untuk menjadikan keadaanmu menjadi
lebih baik. Seperti petani yang menabur benih di ladang dengan penuh peluh, dimana
pada masanya akan menuai dengan kelimpahan.