Dalam
sebuah khotbah dikatakan bahwa ternyata ada jenis orang Kristen yang bermental ‘Kapal
Pesiar’. Mereka ini digambarkan sebagai orang-orang yang hanya terbuai mencari gereja
yang hanya membicarakan soal berkat dan mujizat. Inilah yang disajikan di dalam
sebuah kapal pesiar yang megah, dimana para penumpangnya hanya akan menikmati pertunjukan
yang memukau, menghibur, nyaman dan pelayanan yang maksimal. Tak ada satupun fasilitas yang kurang menyenangkan di sana.
Orang-orang
percaya bermental kapal pesiar ini sama sekali tak tertarik dengan firman Tuhan
yang membahas soal realita ‘penderitaan dan peperangan rohani’. Akibatnya, mereka
mudah sekali terserang badai kehidupan, mudah putus asa, mudah tersinggung, mudah mundur dari komunitas dan mudah pindah-pindah gereja.
Padahal, realitanya
firman Tuhan dengan gamblang membeberkan bahwa gereja itu ibarat kapal perang untuk
berperang. Kita adalah prajuritnya yang siap diutus ke medan perang. Setiap prajurit
dilatih dengan penuh disiplin mulai dari bangun tidur sampai bagaimana mereka memegang senjata dengan benar.
Kita mungkin
tak menyadari kalau sebenarnya orang-orang percaya sedang berperang di tengah
dunia yang kacau ini. Tanpa disiplin, latihan, seragam dan senjata kita tidak akan
pernah bisa memenangkan peperangan rohani yang tak terlihat yaitu melawan para pemerintah-pemerintah,
penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini dan melawan roh-roh
jahat di udara (Efesus 6: 12). Dan gereja seharusnya menjadi pusat pelatih dan bukan sebagai tempat untuk liburan seperti di kapal pesiar.
Di kapal
perang, Yesus berperan sebagai komandan. Dia adalah pemimpin tertinggi dalam peperangan
ini. Dia ingin supaya melalui gereja kita bisa siap menjadi seorang prajurit yang tangguh dan siap bertempur, saling mendukung dan menopang sebagai satu tim.
Di medan perang,
para prajurit ini diutus dengan satu tujuan yaitu untuk membawa orang-orang
yang terhilang kepada Tuhan. Mereka juga tak segan untuk mengorbankan dirinya demi
menolong orang lain. Mereka maju tak gentar sampai titik darah penghabisan, dalam baik maupun buruk keadaan. Mereka bermental pejuang yang tangguh.
Bukanlah ini
adalah gambaran pelayanan yang dilakukan Paulus dan rasul-rasul terdahulu dalam
pelayanannya? Di dalam surat-suratnya yang ditulis kepada jemaat gereja, Paulus
secara gamblang menuturkan tentang penderitaan dan penganiayaan yang dialaminya.
Hal ini menggambarkan bahwa gereja itu sama sekali tak menyenangkan. Gereja itu ibarat kapal perang yang harus siap setiap waktu menghadapi serangan.
Jadi jawaban
untuk memenangkan pertempuran adalah bukan dengan mengikuti serangkaian ibadah yang
menghibur, pujian dan penyembahan yang sempurna, mengikuti seminar yang menarik
atau konferensi motivasi diri tapi untuk memenangkan pertempuran kita harus berakar
penuh di dalam firman Tuhan dan menyadari bahwa gereja adalah tempat untuk mempersiapkan
prajurit Tuhan yang siap bertempur.
Jadi, putuskanlah
apakah kamu mau jadi penumpang di Kapal Pesiar atau Kapal Perang.