Tuhan adalah
Bapa yang baik. Dia mau kita diberkati, sembuh dan memulihkan seburuk apapun kondisi
kita. Ingat dengan kisah si orang sakit yang berbaring di pinggir kolam Betesta sudah tiga puluh delapan tahun lamanya? (Yohanes 5: 5-9).
Di ayat 7 kita
bisa baca bahwa saat Yesus bertanya ‘Maukah Engkau Sembuh?” Si orang sakit itu justru
menjawab dengan alasan bahwa tak seorangpun yang mau menurunkannya ke dalam kolam
itu. Dia juga membela diri bahwa saat dia mulai turun ke kolam, kolam itu sudah penuh.
Ada banyak orang
yang tidak mau berubah karena sudah terbiasa dengan kehidupan lamanya. Misalnya,
terus menerus berbuat dosa, menyimpan kepahitan ke orang lain, membiarkan diri hidup
dalam satu penyakit yang semakin lama semakin bertambah parah, tak ingin mengubah
nasib karena malas bekerja atau menikmati gaya hidup yang buruk (ngegosip dan suka bicara negatif).
Salah satu
alasan kenapa si orang sakit di kolam Betesda itu berbaring selama bertahun-tahun
di sana adalah karena dia sudah menikmati hidup di dalam kelemahannya. Dia menuntut orang lain untuk peduli dan menolongnya sementara tak seorangpun mau menolong.
Namun di suatu
hari, Yesus datang dan menawarkan pertolongan. Bukannya berkata, ‘ya aku mau’ si orang sakit itu
bisa-bisanya ngomel dan menceritakan apa yang dia alami selama berbaring di pinggir kolam itu dengan kondisi sakit yang dialaminya.
Ada dua jawaban yang dia sampaikan yaitu:
Sikap ini tentu saja muncul karena kondisi emosi si sakit yang tidak sehat. Bisa saja dia saat itu benar-benar kecewa dengan orang-orang di sana karena tak seorangpun yang mau menolongnya. Tanpa disadarainya, perasaan kecewa itu justru menghambatnya untuk sembuh dari sakit yang dideritanya. Dia membiarkan dirinya dibelenggu kepahitan dan kekecewaan kepada orang lain.
Tapi tahukah
kamu sesudah Yesus mendengar keluhan orang itu, dia memilih untuk berbelas
kasihan. Sama seperti nama kolam itu Betesda yaitu rumah dari belas kasihan (house of mercy) atau rumah dari kasih karunia
(house of grace), Yesus pun berbelas kasihan dan menyembuhkan sakitnya.
Ada tiga ucapan yang disampaikan Yesus kepada si sakit itu. Katanya:
1. Bangunlah (Yohanes 5: 8). Yesus mengajak
si orang sakit itu untuk bertindak dan tak lagi melontarkan alasan-alasan yang disertai
dengan rasa kecewanya. Ucapan ini bisa kita maknai sebagai bentuk tawaran Tuhan
supaya orang itu berubah (baca kisah si anak bungsu dalam Lukas 15: 17). Lewat
perubahan itu, orang sakit tersebut diharapkan bisa membangun mimpi-mimpinya yang baru di masa depan.
2. Angkatlah tilammu. Yesus meminta
si sakit untuk meneria kondisinya dan menanggung kondisi hidupnya sendiri. Dan
saat si sakit itu melakukannya, mujizatpun terjadi. Ucapan ini bisa dimaknai juga
sebagai bentuk pembersihan diri dari segala sikap atau kebiasaan yang lama serta
membaharui pikiran lamanya dengan pola pikir yang baru sesuai dengan firman Tuhan (baca Filipi 3: 8).
3. Berjalanlah. Ucapan Yesus ini adalah sebuah
perintah yang cukup radikal. Jika awalnya dia meminta supaya si orang sakit itu
bangun dan mengangkat tilamnya, maka ucapan terakhir ini adalah dengan memerintahkannya
untuk berjalan. Bagaimana mungkin seorang sakit, yang kemungkinan adalah lumpuh
bisa berdiri? Tapi Yesus mau dia melakukannya tanpa ragu. Alhasil, dia memperoleh
kesembuhan sempurna. Ucapan Yesus ini boleh kita maknai sebagai satu bentuk perintah
supaya setelah kesembuhan itu, si sakit itu segera sembuh dari segala macam penyakit
emosinya.
Nah, kalau kamu
saat ini sedang dalam kondisi yang tidak baik; keluarga berantakan, keuangan tidak
lancar atau sakit penyakit tak kunjung sembuh, jangan pernah menyalahkan orang
lain atas kondisi itu. Sebaliknya, bangunlah dan tanggung masalah itu bersama Yesus.