Seperti yang sudah
kita ketahui bersama beberapa bulan lalu bahwa pendiri Facebook Mark Zuckerberg
terdorong untuk membangun komunitas online yang akan meniru model komunitas sel
(komsel) gereja. Keinginan itu sepertinya mulai dikerjakan sendiri oleh Mark sebagaimana disampaikannya dalam suatu pernyataan baru-baru ini.
Mark
mengatakan bahwa perusahaannya akan mengalihkan misinya untuk fokus membangun komunitas yang membantu menghubungkan orang-orang sama seperti gereja dan klub liga kecil.
“Yang aku pikirkan
untuk kita perlu lakukan sekarang adalah bekerja mendekatkan orang-orang. Dan
aku berpikir hal ini sebenarnya sangat penting sehingga kita akan mengubah keseluruhan
misi di Facebook sebagai perusahaan yang fokus pada hal ini (mendekatkan orang-orang
satu sama lain),” ucapnya saat menghadiri pertemuan Komunitas Facebook perdana di Chicago, Illinois, Kamis 22 Juni 2017 lalu.
Dia menjelaskan,
selama satu dekade terakhir, Facebook yang kini sudah mendekati 2 miliar pengguna
sudah berupaya membuat dunia lebih fokus dan terhubung. Tapi pada nyatanya masyarakat terlihat masih terkotak-kotak.
Karena itulah
dirinya berinisiatif untuk mengubah Facebook sebagai tempat untuk membangun sebuah
komunitas di dalam gereja. “Komunitas kita memberi kita perasaan bahwa kita adalah
bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Kita tidak
sendirian dan kita punya sesuatu yang lebih baik di masa depan. Kita semua mendapat
manfaat dari komunitas itu dan baik itu gereja atau tim olahraga atau kelompok masyarakat,
mereka memberikan kita kekuatan untuk memperluas cakrawala dan peduli dengan isu-isu yang lebih luas,” ucapnya.
Mark menyakini
bahwa semakin terhubungnya orang-orang maka semakin bahagia pula orang-orang
tersebut. Kebahagiaan yang dirasakan secara otomatis akan mendukung kesehatannya.
“Orang-orang yang pegri ke gereja lebih cenderung menjadi sukarelawan dan memberi
amal, bukan hanya karena mereka religus tetapi juga karena mereka adalah bagian dari sebuah komunitas,” ucapnya.
Sebagaimana
yang telah dia pelajari dari setiap pertemuan yang dilakukannya dengan para pemimpin
gereja, Mark menyadari bahwa orang-orang di gereja tidak hanya berkumpul. Tapi sebuah
gereja punya seorang pendeta yang peduli dengan kesejahteraan jemaatnya dan memastikan
kalau mereka memiliki makanan dan tempat tinggal. Demikian halnya seperti tim
liga kecil, dimana mereka memiliki seorang pelatih yang terus memotivasi anak
buahnya dan membantu mereka mencapai hal yang lebih baik. “Pemimpin menetapkan budaya, mengilhami kita, memberi kita jaring pengaman, dan melihat keluar untuk kita,” terangnya.
Lewat komunitas
online baru ini, Mark berharap bisa membawa orang-orang menemukan tujuan dan dukungan
dari orang-orang sekitar. Dia juga berharap komunitas ini bisa menjadi langkah awal untuk membangun dunia yang lebih dekat.
Meskipun sempat
menyatakan diri sebagai seorang ateis sejak usia 13 tahun, tapi CEO Facebook ini
kemudian menyatakan bahwa dirinya tidak lagi menganut posisi yang abu-abu. Hal
ini diungkapkannya saat perayaan Natal di tahun 2016 silam, walaupun dirinya tak
mengungkapkan secara gamblang soal agama baru yang dianutnya.
“Aku
dibesarkan sebagai seorang Yahudi dan kemudian aku mengalami masa dimana aku mempertanyakan
banyak hal. Tapi sekarang aku yakin agama itu sangat penting,” ucapnya seperti dalam
sebuah komentar yang ditulisnya di Facebook.