Seberapa
pintarkah kamu? Yang setidaknya cukup pintarlah ya! Apakah kamu cukup pintar
untuk menginginkan hikmat? Cukup pintar untuk menimbang apakah hikmat itu
membawa manfaat? Kalau demikian, apa manfaat hikmat? Apakah kamu setuju kalau hikmat
memang menolong kita untuk mengatasi masalah yang kita hadapi? Kalau begitu yuk belajar dari Raja Salomo soal manfaat hikmat.
Terlihat pintar dan hidup secara pintar
Apa artinya
menjadi berhikmat (baca Pengkhotbah 8:1)? Menurut ayat ini salah satu manfaat
hikmat adalah mampu menjelaskan “perkara-perkara”. Bisakah kita membedakan antara
orang yang berhikmat dengan orang yang tidak punya hikmat? Menurut Salomo, hikmat
akan tercermin dari wajah orang yang memilikinya. Dia juga menuturkan kalau hikmat
mengurangi kesan keras dari wajah kita dan membuat wajah lebih “berseri”. Kalau
dalam The New Bible Commentary, “wajah berseri” diartikan sebagai pertanda bahwa seseorang itu baik budinya.
Pernahkah kamu
menemukan seseorang dengan wajah berhikmat seperti yang dimaksudkan Raja Salomo? Menjadi seorang yang berhikmat berarti orang itu pertama-tama adalah sosok yang:
Taat kepada penguasa dunia
Kita semua
pasti pernah atau sedang berada di posisi menjadi bawahan bukan? Misalnya, kamu
adalah seorang pengacara, maka kamu pasti akan mengangkat sumpah untuk
menegakkan undang-undang negaramu. Atau sebagai pejabat pemerintah, kita pasti harus
mengangkat sumpah untuk melakukan tugas kenegaraan dengan sebaik-baiknya. Jadi sebagai
orang yang berhikmat, seseorang itu pasti adalah sosok yang taat kepada sumber hikmat itu sendiri, yaitu Tuhan, sang penguasa dunia.
Sementara mereka
yang tidak mempunyai hikmat digambarkan sebagai pribadi yang pembangkang, tidak
taat dan pemberontak. Memang akan ada kasus ketika kita memiliki pemimpin yang
kompromi dengan kejahatan. Tapi sebagai bawahan, kita membutuhkan hikmat untuk menghadapinya.
Adalah kebodohan jika kita secara langsung menentang orang yang memiliki wewenang.
Orang-orang
berhikmat tahu waktu dan cara yang tepat untuk menghadapi para pemimpin yang semena-mena.
Dalam Pengkhotbah 8: 5-6, Salomo jelas mengatakan bahwa, “Siapa yang mematuhi perintah tidak akan mengalami perkara yang mencelakakan,
dan hati orang yang berhikmat mengetahui waktu pengadilan, karena untuk segala sesuatu ada waktu pengadilan, dan kejahatan manusia menekan dirinya.”
Mengakui keterbatasan diri
Dalam
Pengkhotbah 8: 7-8, Salomo memaparkan bahwa aspek kehidupan orang yang
berhikmat adalah hidup dengan benar. Orang-orang berhikmat menyadari
keterbatasannya dalam menentukan masa depan. Karena itu, dia sangat berhati-hati
dalam menggunakan masa hidupnya. Karena itulah orang berhikmat terhindar dari jebakan si iblis yang hanya berusaha mencelakakan saja.
Hidup secara benar
Di Amerika Serikat, hukuman pidana sangat jarang dilaksanakan dengan segera. Diperbolehkan untuk berkali-kali mengajukan banding. Orang-orang yang dijatuhi hukuman mati karena melakukan pembunuhan sadis kadang kala hidup bertahun-tahun lamanya di “death row” (deretan orang-orang yang menunggu pelaksanaan hukuman mati atas diri mereka). Bagaimanakah pengaruhnya pada tingkat kriminalitas, menurut Salomo?)
Sekalipun
orang jahat tidak ditangkapi, atau tidak dihukum dengan segera, apakah
kejahatan ada ganjarannya? Salomo menegaskan bahwa pada umumnya orang yang
takut akan Allah memiliki kehidupan yang lebih baik. Dalam Pengkhotbah 8: 15, Salomo
mengatakan kalau orang-orang yang hidupnya benar akan memperoleh kehidupan yang
lebih baik. Dengan kata-kata sederhana ayat ini bisa kita jabarkan seperti ini,
“Percayalah pada Allah, lakukanlah hal yang benar, makan, minum dan
bersukacitalah atas kehidupan dan kesempatan yang Allah telah berikan di sepanjang usia yang Allah telah karuniakan.”
Menjadi pintar,
cerdas, dan berhikmat pun tidak cukup. Seseorang harus terlebih dulu hidup di
dalam Tuhan. Sebab hikmat yang berasal dari Allah itulah yang akan membuat
hidup kita lebih baik. Sebagian dari hikmat Allah dikaruniakan-Nya kepada kita.
Sebagian lagi, berada di luar jangkauan kita.
Jadi
pertanyaannya, maukah kita mencari hikmat Allah dan dengan senang hati percaya kepada
Dia sekalipun hikmat yang kita miliki tidak cukup untuk memahami dan memecahkan
semua masalah dalam hidup?