Darlan Pangaribuan: Niat Membunuh Pendeta, Preman Bertobat
Theresia Karo Karo Official Writer
27560
Berkelahi dan memukuli orang hingga babak belur menjadi gaya hidup seorang Darlan Pangaribuan. Sejak SMA Darlan membentuk geng yang bernama kelompok 17. Geng ini sering berbuat onar di luar sekolah, menganggap diri sebagai preman, kelompok ini tidak perlu membayar ongkos, justru bis yang harus bayar, terkadang penumpang juga turut menjadi sasaran untuk dipalak. Uang yang terkumpul dihabiskan untuk foya-foya dan mabuk sepanjang malam. Tidak memikirkan apapun dan tidak menakuti apapun kelompok ini ingin semakin hebat dan semakin terkenal.
Setelah lulus SMA, otomatis kelompok 17 juga bubar. Sehingga Darlan mulai berpikir untuk menaklukkan terminal dan hal tersebut berhasil dilakukannya. Satu masa di mana Darlan temannya menyampaikan bahwa bapak, orangtua dari Darlan rindu untuk bertemu. Darlan langsung menepisnya dan menganggap kerinduan tersebut itu sudah terlambat.
Sekilas ingatannya kembali ke masa kecil dan mengingat betapa kasar orangtua Darlan mengajarnya. Darlan mengatakan, “kenapa baru sekarang mengakui saya sebagai anaknya?” Perlakuan tersebut yang menurutnya turut andil sehingga ia menjadi pribadi yang kasar. Kemudian saya kembali berpikir dan berkata dalam hati, “apa saya sama seperti bapak saya?” Teguran mengenai orangtua terus berlanjut saat, seorang teman mengatakan akan mengirimkan uang ke kampung halaman untuk bapaknya.
Kehidupannya yang masih sama berlanjut hingga Darlan menikah dengan Risma Hutahayan. Setelah menikah Darlan berjanji untuk membahagiakan istrinya, ternyata tidak. Setiap hari ia habiskan waktu untuk berjudi, mabok dan tidak pulang ke rumah. “Saat dia pulang itu dalam keadaan mabuk. Pulang berjudi, ia tidak menghiraukan istri, tidak menghiraukan anak-anak. Bertanya apapun, apakah sudah makan apa belum tidak pernah,” ungkap Risma.
Keadaan menjadi semakin sulit saat anak kedua Darlan sakit. Saat itulah ada seorang hamba Tuhan yang setia datang, membesuk anaknya dan selalu berdoa. Kebetulan Pendeta datang saat Darlan tidak ada dirumah, karena sebelumnya Darlan pernah mengatakan pada istrinya kalau Pendeta datang maka akan dibunuh. Satu waktu Darlan pulang dan bertemu dengan Pendeta yang sedang mendoakan anaknya, dalam hati ia sudah mau membunuh hamba Tuhan tersebut. Keanehan mulai terjadi, saat Darlan ingin mengambil pisau dan ia tidak mampu untuk mengangkat pisau, berulang kali hal tersebut dicobanya tetapi hasil yang sama didapatnya. Akhirnya Darlan datangi Pendeta tersebut, seketika juga pendeta tersebut berkata “Tuhan mengasihi kamu pak Darlan”. Mata yang tidak pernah mengeluarkn air mata itu seketika lagsung menangis, walaupun ia ingin menahannya tetapi tidak bisa.
Setelah kejadian itu kebiasaan mabuk masih tetap berlangsung. Siang hari saat sedang mabuk, seorang teman mendatanginya dan memberitahukan kalau anaknya sedang sekarat di rumah. Darlan langsung sadar dan berlari ke rumah. Anak pertamanya langsung memanggilnnya dan mengajaknya untuk memanggil Hamba Tuhan. Darlan sampai di depan rumah Pendeta tersebut dan memanggil, tiba-tiba dari dalam rumah itu berkata, “pulang aja, pasti anakmu sembuh, kami akan datang!” Darlan dan anaknya pulang dan disusul dengan kedatangan Pendeta tersebut. Sebelum mendoakan anaknya, Pendeta tersebut menantang Darlan dengan pertanyaan, “Pak darlan, apakah bapak percaya dia bisa sembuh?” Pertanyaan tersebut diulang hingga tiga kali dan Darlan dengan segenap hati berkata, “saya percaya, saya percaya Engkau bisa sembuhkan anak ini Tuhan.” Tidak lama, anaknya dapat membuka mata dan berangsur pulih dari sakitnya. Mujizatinilah yang menjadi titik balik Darlan Pangaribuan untuk mempercayai kebesaran Tuhan Yesus. “Kenapa segala kekuatan dan uang tidak bisa sembuh? Kenapa hanya dengan aku percaya, anak saya bisa sembuh?” Ini yang membuatnya kagum dan mengubahkannya. Akhirnya Darlan datang ke Pendeta yang sebelumnya ingin dibunuh dan meminta bimbingan untuk diajarkan tentang Yesus dan Alkitab. “Satu-satunya yang mengubah hidup saya adalah Roh Tuhan, adalah Yesus. Hidup saya diubahkan dan punya hati yang tenang, dan sangat takut berbuat jahat.”
Hal ini juga berdampak dalam keluarganya, Darlan pulang ke kampung halaman dan menemui kedua orang tuanya, di situ ia mengampuni bapaknya yang sudah bertindak kasar. Hidupnya terasa damai dan bebas. Perubahan ini pun disambut gembira oleh anak dan istrinya, Darlan yang dulu seorang preman dan galak, tetapi sekarang lebih sayang pada keluarga, bahkan bisa mengasihi, peduli dan berkorban bagi orang lain.
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klikdi sini.
Demi kenyamanan Anda selama mengakses Jawaban.com, kami menggunakan cookie untuk memastikan situs web kami berfungsi dengan lancar serta memberikan konten dan fitur yang relevan untuk Anda, dan meningkatkan pengalaman Anda di situs web kami. Data Anda tidak akan pernah diperjualbelikan atau digunakan untuk keperluan pemasaran. Anda dapat memilih untuk Setuju atau Batalkan terhadap penggunaan cookie dalam situs web ini. Learn more