Maria
merupakan wanita terpilih. Ia mendapatkan kabar dari malaikat bahwa ia akan
mengandung dan melahirkan Anak Allah. Hal ini merupakan satu berita yang sangat
mengejutkan bagi Maria. Ia tidak pernah bermimpi atau berpikir akan mengandung
tanpa menikah. Dalam kebingungnya dengan ketulusan hati ia mengatakan bahwa ia
adalah hamba Tuhan dan ia mau taat dalam menjalani keputusan yang Tuhan tetapkan.
Sebagai manusia biasa Maria tetap
mengalami ketakutan, kesedihan, dan perasaan lainnya. Bagaimana ia mengatakan
kepada orangtuanya dan kepada tunangannya. Ia mungkin saja akan diusir dari
rumah, diputuskan tunangannya, bahkan dihukum oleh masyarakat. Ia juga harus
mengalami pergumulan serta kesakitan – kesakitan saat mengandung. Dalam kesedihannya ia pergi ke
rumah Elisabet sanaknya (istri Zakharia).
Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah
anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus”, demikian
Lukas 1:41 mencatat. Bahkan dalam kandungan pun, bayi Elisabet mengalami
kegirangan besar. Konfirmasi dari Elisabet kepada Maria bahwa Anak yang
dikandungnya adalah dari Roh Kudus memberikan sukacita besar baginya. Selama 3
bulan ia menumpang di rumah Zakharia (ay. 56). Melihat anugerah yang Tuhan
berikan kepada Elisabet yang mengandung di hari tuanya, Maria mendapatkan
keyakinan bahwa keadaan yang dialaminya saat ini adalah merupakan kehormatan,
dan bukannya musibah. Di rumah Elisabet, Maria mendapat dukungan. Elisabet
pasti menasihati Maria dan menguatkannya untuk menjalani hari-harinya yang
terasa berat. Kebersamaan ini memberikan keyakinan kepada Maria untuk
melanjutkan tugasnya, mengandung Sang Juruselamat.
Kesadaran diri Maria bahwa ia mengandung Raja atas segala raja mendatangkan sukacita. Sukacita yang berasal dari Roh Kudus. Inilah natal, hadirnya sukacita di bumi telah lahir Juruselamat. Sukacita bukan karena keadaan, hadiah, pakaian baru, pesta pora, tapi karena kehadiran Tuhan Yesus di bumi di hati semua manusia yang percaya kepadaNya. Tuhan memberikan sukacita, sekalipun kita berada di tengah kesulitan. Sukacita itu berasal dari Roh Kudus. Sukacita yang melebihi apapun masalah yang sedang dihadapi. Mungkinkah kita dapat bersukacita saat menghadapi kesulitan? Ya! Bila kita menerima kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Dia akan memberikan sukacita penuh dalam hidup kita. Hidup yang bersukacita bukan berarti hidup yang penuh tawa. Sukacita merupakan kesadaran penyertaan Tuhan membuat kita yakin bahwa Tuhan pasti menolong, menguatkan, dan memberikan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi. Itulah sebabnya kita bersukacita dalam menyambut natal.
Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.