Bangsa Israel telah bebas
dari perbudakan Mesir, namun tidak berarti sudah terbebas dari proses Tuhan. Untuk
mencapai Tanah Perjanjian yang berlimpah susu dan madunya, mereka masih harus
menghadapi tantangan berikutnya yang sudah menanti di depan mata, yakni
melewati
Sebenarnya perjalanan dari Mesir ke tanah Kanaan dapat ditempuh selama 10
hari dengan berjalan kaki. Seperti yang pernah dilakukan oleh anak-anak Yakub
sewaktu mereka hendak bertemu Yusuf di Mesir, dalam rangka membeli makanan
untuk menghindari keluarga mereka dari bencana kelaparan (Kejadian 42:3).
Namun, karena sikap bangsa ini yang tegar tengguk dan selalu bersungut-sungut,
sehingga Tuhan harus membawa mereka berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun.
Perjalanan puluhan tahun ini dimaksudkan untuk memproses orang-orang Israel
agar benar-benar menganggap bahwa perjalanan mereka dapat berhasil sampai di
Tanah Kanaan semata-mata hanya karena pertolongan Tuhan, bukan karena kuat dan
gagah mereka. Seperti yang diberitakan dalam Yeremia 17:5 ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan
kekuatannya sendiri, dan hatinya menjauh dari daripada Tuhan!”. Namun
sayangnya, dari sekian banyak orang yang keluar dari Mesir, tidak ada seorang
pun yang bisa sampai di Kanaan, kecuali Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune.
Bahkan Musa sendiri tidak diijinkan menginjakkan kakinya di negeri perjanjian tersebut. Dia hanya diperbolehkan melihat dari kejauhan saja.
Meski demikian, selama perjalanan tersebut bangsa Israel banyak mengalami
pertolongan Tuhan. Beberapa kali mereka mengalami mukjizat Tuhan. Mukjizat
pertama, di mulai dari terkuaknya air laut Teberau, sehingga terbelah menjadi
dua bagian. Sehingga bangsa Israel bisa berjalan melewatinya dan terhindar dari
kejaran tentara Mesir (Keluaran 14: 21-22). Mukjizat kedua, bahwa kasut mereka
selama puluhan tahun tidak menjadi rusak, sehingga tidak perlu mengganti kasut.
Bila dibandingkan dengan kondisi sekarang, untuk perjalanan selama 40 tahun,
diperlukan sedikitnya 10-15 pasang kasut. Mukjizat ketiga hingga kelima, Tuhan
memberikan kepada bangsa Israel air yang terpancar dari gunung batu, menurunkan
hujan manna (roti dari surga) untuk di makan, serta menurunkan hujan burung-burung bersayap seperti pasir di laut (Mazmur 78: 20, 24, 27).
Kehidupan orang percaya terkadang diijinkan Tuhan untuk melewati berbagai proses yang tidak enak bagi daging. Terkadang mesti melewati padang
gurun yang gersang dan penuh tantangan menghadang. Tak jarang harus mengalami
peperangan rohani melawan daging, melawan dunia, dan melawan roh-roh jahat.
Belum lagi kondisi yang tidak mendukung, seperti keuangan yang defisit, anak
sakit, televisi rusak, cacian dan olokan tetangga, dan hal lainnya yang membuat daging ini ingin menjerit dan menyerah kalah.
Apabila Saudara sedang mengalami hal seperti ini, jangan kuatir dan takut. Sebab
Tuhan berjanji bahwa meski di padang gurun sekalipun, Dia akan tetap menyertai
ke manapun kita berada. Tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam
hari. Hal ini menandakan bahwa Tuhan tetap menopang hidup kita. Bahkan Dia juga
sudah menyediakan kejutan demi kejutan berupa mukjizat-Nya yang akan membuat
kita terkagum-kagum akan kebesaran Tuhan Yesus.
Hal yang harus tetap dijaga adalah agar kita tetap konsisten berpegang teguh kepada Tuhan Yesus. Jangan bimbang dan meragukan Dia. Percayalah bahwa semua itu diijinkan untuk kita alami dengan tujuan untuk mendewasakan rohani kita. Dan apabila sudah menang menghadapi ujian padang gurun ini, maka akan ada hadiah indah menanti di depan. Ingatlah bahwa peperangan atau ujian kecil yang sudah kita lewati maka kemenangannya yang diperoleh juga kecil. Semakin besar peperangan atau ujiannya, maka semakin besar juga berkat kemenangan yang akan diperoleh.
Jadi, jangan berkecil hati dan menyerah kalah di tengah jalan. Bila
sudah merasa tidak kuat, mintalah pertolongan Tuhan. Niscaya Dia akan
menguatkan kembali keletihan kita sehingga mampu menghadapi peperangan rohani
berikutnya.