Jika
seseorang bertanya kepada Anda tentang apa makna dari kata 'cukup', kira-kira
apa jawaban yang bisa Anda sampaikan? Kata Cukup tentu saja sudah sangat sering
kita lontarkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Tetapi benarkah kita sudah
mengartikannya dengan pengertian dan pemahaman yang tepat? Mungkin kita bisa belajar dari kisah yang satu ini.
Alkisah
terdapat seorang petani di sebuah desa. Dia menemukan sebuah mata air ajaib
yang bisa mengeluarkan kepingan uang emas dalam jumlah yang tak terhingga.
Tentu saja si petani akan menjadi kaya raya karena mata air uang emas itu hanya akan berhenti apabila dia mengucapkan kata 'cukup.
Uang emas
pun mulai berjatuhan tepat dihadapannya. Sang petani segera menampung harta
karun tersebut dengan beberapa ember. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke
gubuk mungilnya untuk disimpan di sana. Uang emas masih terus berkucuran deras.
Setelah ember-ember penuh, dia lalu menampung karung-karung, tempayan dan bahkan sejumlah peralatan rumahnya yang kosong.
Belum puas
dengan uang emas yang sudah memenuhi rumahnya, dia pun mulai menggali lubang
besar untuk menimbun emas tersebut. Sementara air uang emas itu terus mengalir.
Setelah itu dia menampung kembali uang hingga lubang tersebut penuh. Sayangnya,
si petani mati tertimbun uang-uang emasnya karena mata air ajaib itu terus
dibiarkan mengalir. Dia mati karena ketamakan yang membuatnya lupa mengatakan kata 'cukup.
Kata yang
paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata 'cukup'. Kapan kita
bisa berkata cukup? Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan
sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan
perusahaannya masih dibawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.
Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua orang selalu merasa hidupnya kurang dan terus kurang.
Lalu kapan kita harus berkata cukup?
'Cukup' bukan berbicara soal berapa jumlahnya.
'Cukup' bukan soal kepuasan hati.
'Cukup' juga bukan hanya diucapkan oleh orang yang bisa bersyukur.
Lalu apakah
kita perlu takut berkata cukup? Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita
berhenti berusaha dan berkarya. 'Cukup' jangan diartikan sebagai kondisi
stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat
apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan
kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah mencukupkan diri
dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.
Jadi, mari belajar berkata 'cukup'!
Sumber : last-inspiring.blogspot.com