Ada satu kekuatiran yang menyelinap di hati manakala mendengar sapaan 'shalom' dari para sahabat atau pengkhotbah. Adakah mereka memahami makna kata itu atau hanya sekedar bahasa klise pemanis kata? Jangan sampai kata yang penuh makna itu terucap dengan sia-sia karena tidak dipahami dengan semestinya.
Salam damai sejahtera sering dipakai oleh penulis kitab suci sebagai kalimat pembuka sekaligus sebagai doa agar pembacanya benar benar mengalami damai sejahtera. Untuk itu tidak ada salahnya meluangkan waktu untuk membaca renungan ini demi mamahami arti kata salam itu.
'Shalom' dalam bahasa Ibrani mengandung banyak 'muatan'. Di dalamnya ada "selamat, bebas dari perang, pikiran yang tenang, sehat, hingga hidup berkelimpahan." Kalau bisa dirangkum, orang yang memiliki 'shalom' atau damai sejahtera hidupnya pasti; tenang, senang, menang dan kenyang.
Mari kita telaah bagian yang pertama yaitu safe atau aman. Rasa aman artinya bebas dari perang. Sebuah negara dinyatakan aman kalau di dalamnya tidak ada peperangan. Gencatan senjata itu atau mengakhiri perang adalah syarat mutlak untuk hidup dalan damai. Lalu apa aplikasinya bagi hidup kita saat ini? Bukankah di negeri ini sudah tidak ada perang sejak menjadi negara merdeka di tahun 1945? Ya, namun realita membuktikan masih ada peperangan di dalan pikiran kita. Perang melawan rasa takut, rasa bersalah, kuatir, curiga, iri hati, nafsu jahat dan lainnya.
Lalu bagaimana caranya supaya kita bisa bebas dari semua peparangan dalam batin ini? Hentikanlah permusuhan! Buatlah gencatan senjata dengan Tuhan.
Untuk itulah Sang Raja Damai turun ke dalam dunia. Misi utamanya adalah mendamaikan manusia dengan penciptanya. Permusuhan yang terjadi sudah terlalalu lama dan membuat manusia kehilangan sukacita dan damai sejahtera. Dosa telah merusak hubungan antara mansuia dengan Allah, diri sendiri dan sesamanya.
Di musim ini, ada baiknya kita melakukan instropeksi diri. Sudahkah kita hidup dalam 'shalom' atau kata itu hanya sekedar pemanis hidup. Percuma saja bilang 'shalom' kalau hati ini diliputi rasa cemas, benci, galau dan dikejar kejar rasa bersalah. Sudah saatnya untuk datang pada Raja Damai dan bikin 'gencatan senjata'. Lebih baik menyerah kepada-Nya dan hidup dalan kasih karunia-Nya. Maka 'shalom' itu akan menguasai hidup, keluarga, usaha dan pelayanan Anda. Datanglah kepada-Nya, minta ampun dosa, dan berjalanlah dalam firman-Nya. Maka 'shalom' bisa menjadi milik Anda.
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada- Nya."