Menurut catatan sejarah, ia telah menikahi sepuluh wanita demi melanggengkan kekuasaan. Tanpa ragu ia mempersunting wanita dari dinasti Hasmonean, dinasti penguasa yang mulai kehilangan pamor. Semua itu dilakukan demi memperoleh pengaruh semata. Semua wanita yang dinikahi melahirkan anak laki laki, dan setiap anak laki berkeinginan menjadi pewaris tahta kerajaan. Masalah suksesi menjadi persoalan utama yang mendera kehidupan istana. Konon sang raja pernah berusaha bunuh diri karena depresi.
Di tengah masalah perebutan kekuasaan, tiba-tiba ada kabar kalau ada 'raja orang Yahudi yang baru dilahirkan'. Kabar itu membuat seluruh istana terkejut. Diam-diam sang raja menjadi penasaran. Dalam hati muncul kembali rasa tidak aman. Beberapa tahun sebelumnya ia telah tega membunuh ketiga anaknya yang dianggap mengancam kelanggengan tahtanya. Orang yang terancam, akan mengancam siapa saja yang dianggapnya sebagai ancaman. Maka tanpa ragu ia segera mencari kepastian berita dari orang Majus yang datang dari Timur itu.
Nampaknya penjelasan orang Majus telah membuatnya semakin terancam, maka dengan kelicikannya ia mengatakan "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia." Ucapan sang raja tidak bisa dipercaya. Ia tidak akan pernah menyembah raja yang baru dilahirkan, ia akan membinasakannya, seperti ia membunuh ketiga anaknya. Buktinya, setelah itu ia mengeluarkan fatwa untuk membunuh semua bayi laki-laki dibawah umur dua tahun.
Satu-satunya orang yang paling tidak bahagia dengan kelahiran Yesus adalah raja Herodes. Alasannya sangat sederhana, ia tidak mau ada raja lain dalam hidupnya. Selama ini ia telah menjadi raja dan tuhan untuk dirinya sendiri. Tempat sandarannya adalah tahta, kuasa, harta dan wanita. Itulah yang telah memberikan rasa aman dalam hidupnya. Herodes tidak pernah menyadari bahwa mengandalkan barang yang sementara membuat hidup ini menderita. Maklum ia tidak membaca Kitab Suci yang mengatakan 'terkutuklah orang yang mengandalkan manusia'.
Apa artinya punya kuasa jika tidak mampu menguasai suasana hati? Apa gunanya menikahi sepuluh wanita jika tidak ada yang mencintainya. Apa faedahnya memiliki segalanya namun kehilangan sukacita dan nikmat kehidupan di dunia? Inilah paradoks kehidupan, memiliki tetapi tidak pernah menikmati. Berkuasa namun tidak bisa menguasai keinginan hati. Disanjung banyak orang namun dikhianati oleh anak-anaknya sendiri. Apa untungnya memperoleh seluruh dunia ini jika jiwamu binasa?
Seandainya, ia percaya kepada bayi itu dan datang menyembah seperti orang Majus, pasti cerita hidupnya akan berubah. Seandainya Herodes bersedia merendahkan hati dan sujud serta menyerahkan semua pergumulan hidupnya kepada Yesus, ia akan mengakhiri hidupnya dengan baik. Sayang sekali semua itu sudah terlambat. Ia mati sebelum berjumpa Yesus. Tragis!
Namun belum terlambat bagi Anda semua yang sedang membaca tulisan ini. Lipat tanganmu, buka hatimu, dan ucapkanlah doa, terimalah Dia sebagai raja, dan biarkan Ia bertahta dalam hatimu. Maka hari ini akan menjadi hari istimewa buat Anda semua. Jangan ragu atau gengsi! Ayo lakukan sekarang!
Penulis adalah Pdt Paulus Wiratno