Saat orang banyak bersorak-sorai kepadanya, ia berlari dengan lambat tapi pasti. Herannya, kali ini Amy bisa menyelesaikan jarak yang harus ditempuh dan membuat semua orang takjub. Ia telah mengatasi cacat tubuhnya dan melakukan apa yang tampaknya mustahil.
Melalui kisah Amy, kita diajak merenungkan kembali mimpi-mimpi kita. Seberapa besar mimpi yang masih ita genggam. Tentu saja setiap orang boleh bermimpi, sebab Tuhan menyukai orang-orang yang bermimpi besar. Dari kisah Amy di atas, kita patut meneladani tiga poin yang ia lakukan, yaitu:
Pertama, ia diperhadapkan pada momentum yang sangat penting baginya, yaitu sebuah Olimpiade. Hanya orang-orang terpilihlah yang diizinkan membawa obor menjelang olimpiade.
Kedua, ia sangat ingin menjadi pembawa obor Olimpiade. Ia berjuang dengan gigih untuk mewujudkan hal itu, tentu saja dengan latihan dan persiapan yang matang untuk mempersiapkan fisiknya.
Ketiga meskipun dibayangi oleh kemustahilan, tetapi Amy mendapat dukungan dari ibunya dan terutama meminta pertolongan Tuhan. Sehingga ia berhasil meraih impiannya.
Di saat ita masih diberi kesempatan hidup, kita perlu memiliki tujuan atau rencana-rencana yang besar. Sebuah mimpi disebut besar jika kita dinilai tidak memiliki kemampuan memadai untuk meraihnya. Tetapi rencana kita disebut besar jika yang kita impian itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi kita. Atau yang kita rencanakan akan dinikmati oleh sebanyak-banyaknya orang. Namun akan jauh lebih mulia, apabila impian itu sungguh-sungguh dapat memuliakan Tuhan, sebab tujuan hidup kita adalah untuk selalu memuliakan Tuhan.
Apakah
artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada
banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari
berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati
oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klikdi sini