Dalam sebuah pernikahan, bahkan dalam pernikahan orang Kristen sendiri kadang perpisahan tidak terhindari. Di beberapa kantong Kristen di Indonesia bahkan memiliki tingkat perceraian yang sangat tinggi. Mengapa semua ini bisa terjadi dikalangan orang percaya?
Dalam bukunya, "Finding the Way Home", Bob Steinkamp dari pelayanan Rejoice Marriage Ministries, Inc menuliskan sebuah "Surat Dari Pasangan yang Terhilang". Hal ini mungkin menggambarkan mengapa suami atau istri bisa mengambil jalan yang salah dan meninggalkan keluarganya:
Sayang,
Bagaimana bisa aku berakhir disini? Aku hanya ingin sebuah kesenangan yang polos dan semuanya tiba-tiba menjadi tidak terkendali. Hal itu mengambil lebih dan lebih lagi untuk mempertahankan rasa bahagiaku ini, hingga aku tak bisa lagi menanggung rasa bersalah ini, jadi aku pergi. Mungkin aku tidak terlalu gila seperti yang kamu pikirkan, tetapi aku tahu bahwa aku tidak layak mengarungi pernikahan bersamamu. Aku pikir jika aku pergi darimua rasa bersalah ini juga akan hilang, tetapi tidak. Aku hanya menjadi lebih merasa bersalah lagi karena meninggalkanmu. Dunia berkata bahwa bercerai itu tidak apa-apa dan bahwa aku bisa menjadi seorang 'lajang yang bahagia' lagi, tetapi hingga saat ini aku hanya jadi seorang lajang yang menderita.
Kutipan di atas mungkin bisa menggambarkan alasan dan juga kondisi dari sebagian orang yang berpisah dengan pasangannya. Sama seperti kisah anak yang terhilang, semuanya dimulai dari kesenangan, pesta, perhatian dan cinta yang semu yang kemudian berakhir hingga orang itu pada titik terendah dalam hidupnya dimana ia kembali mengingat apa yang telah ditinggalkannya.
Tahukah Anda kesimpulan dari bagian awal kisah ini? Ya, ada harga yang mahal yang harus dibayar atas setiap dosa yang dibuat! Namun kisah yang Yesus ceritakan tidak berakhir disana, anak muda itu tidak mati kelaparan di kandang babi. Sebaliknya anak itu membuat sebuah keputusan yang membawanya kepada titik balik kehidupan. Ya, anak itu kembali pulang ke rumahnya.
Bagaimana jika pasangan Anda yang telah bertahun-tahun bahkan mungkin belasan tahun meninggalkan Anda tiba-tiba mengetuk pintu rumah Anda dan meminta Anda memberinya kesempatan kedua?
Mungkin Anda berkata kepadanya bahwa kesempatan kedua itu tidak ada lagi, Anda sudah menunggunya dulu, hari berganti bulan, dan bulan berganti tahun namun dia tidak pernah pulang. Kini pintu maaf itu telah tertutup. Mana mungkin kita bisa mengampuni orang yang telah menyakiti dan meninggalkan kita selama bertahun-tahun?
Namun kisah serupa ini adalah sesuatu yang nyata, contohnya adalah Ellys Nainggolan, wanita ini menggugat cerai suaminya karena pertengkaran demi pertengkaran seperti tidak ada habisnya dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun puncaknya adalah saat sang suami yang tidak mau mengakui anak yang dikandungnya. Pada tahun 1995 perceraian itu terjadi, dan Ellys menyimpan luka hati dan kepahitan pada suaminya yang kemudian menikah lagi.
Datang kepada Tuhan
"Dua tahun masa sulit, saya mulai datang kepada Tuhan. Dan mulai saya berjalan dengan Tuhan dan belajar untuk memaafkan suami," ujar Ellys.
Dari petikan kisah nyata kehidupan Ellys Nainggolan di atas kita belajar bahwa jalan menuju restorasi itu dimulai dari pemulihan hubungan kita pribadi dengan Tuhan. Masa-masa setelah perpisahan adalah masa paling kritis dimana seseorang merasa terluka dan tak berdaya, namun itu adalah masa yang tepat dimana kita harus datang kepada Tuhan.
Tidak dipungkiri dimasa-masa itu orang yang terluka akan menyalahkan Tuhan, diri sendiri atau bahkan orang lain atas apa yang terjadi. Saat itu kondisi kita tidak jauh seperti anak yang sulung dalam kisah anak yang terhilang. Kita merasa tidak bersalah, kita merasa jadi korban, kita merasa telah melakukan segalanya namun hal buruk tetap terjadi. Karena hal tersebut kita perlu bertobat dan merendahkan hati kita dihadapan Tuhan. Ijinkan dia memeluk dan membebat hati kita yang terluka. Sebab kita tidak bisa mengampuni jika diri kita masih terluka dan merasa sakit.
Melepaskan pengampunan
Kembali pada kisah Ellys, setelah 14 tahun berpisah jalan Tuhan membawa mereka bertemu kembali , yang akhirnya membuat mereka memutuskan untuk rujuk karena saat itu sang suami telah bercerai dengan istri keduanya. Mengapa Ellys bisa menerima suaminya kembali?
"Pertama kali di 2008 ketemu, disituasi awal saya bertemu suami saya di Papua, di klinik. Waktu itu saya sedang praktek dan beliau jadi pasien kembali. Saya hanya dikasih ingat satu hal, ini kesempatan saya mengampunan. Siapa tau ngak ketemu lagi. Jadi pertama kali yang saya lakukan adalah minta maaf," ungkap Ellys. (Baca kisah Ellys selengkapnya klik disini).
Pengampunan adalah sebuah tindakan yang butuh kerendahan hati dan kebesaran jiwa. Ellys menunjukkan kualitas itu dengan tidak hanya melepaskan pengampunan namun juga meminta maaf. Jika kita sudah menerima pengampunan dan kasih dari Tuhan, tentu kita akan melakukan tindakan yang sama. Hal ini dimulai dari keputusan dan dilanjutkan dengan tindakan.
Jangan berhenti berdoa untuk dia yang pergi
Doa mengubah keadaan, itu adalah sebuah fakta yang tidak terbantahkan. Jika pasangan Anda pergi dan hidupnya berada dalam kegelapan dan menjauh dari Tuhan, jadilah pendoa syafaat bagi dia. Pegangnya firman Tuhan yang berkata, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."
Jangan menghakimi
Sama seperti saat anak yang terhilang pulang kepada bapaknya, dia tidak menghadapi penghakiman darinya. Sebaliknya, anak itu mendapatkan kasih tanpa syarat dan pemulihan.
Hal inilah yang harus dilakukan saat pasangan Anda datang kepada Anda untuk kembali. Terimalah dan kasihilah dia tanpa syarat. Pemulihan itu mungkin butuh proses, namun dengan penerimaan dan kasih tanpa syarat dari Anda dan juga anggota keluarga, hal tersebut akan membantunya bangkit.
Pada akhirnya penulis ingin kembali kepada kebenaran firman Tuhan yang tertulis dalam Matius 19:6, "Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Jika perpisahan atau perceraian terjadi, itu karena kekerasan hati manusia. Namun pemulihan bukanlah hal yang mustahil, Tuhan sanggup memulihkan hubungan yang telah retak jika Anda ijinkan Dia untuk campur tangan dan tidak putus asa dalam menantikan janji pemulihan itu.