Sudahkah Kamu Mengampuni Musuhmu?

Our Impact / 20 January 2016

Kalangan Sendiri

Sudahkah Kamu Mengampuni Musuhmu?

Lusiana Official Writer
11211
Hari itu aku tidak bisa memejamkan mata. Sudah setahun lebih sejak suamiku meninggal, aku mengalami gangguan tidur. Tapi di saat itulah Tuhan menjamah hatiku melalui sebuah program televisi Solusi. Layanan Konseling Center CBN menjadi tempatku menceritakan kisah ini.

Tahun 1969, saat itu usiaku baru 18 tahun, namun aku sudah memutuskan menikah. Setelah beberapa bulan menikah baru ketahuan kalau suamiku ternyata menderita alergi debu sejak kecil, sehingga sering kambuh dan kondisi kesehatannya sangat menguatirkan. Suamiku tidak memiliki banyak uang karena gajinya sebagai pegawai negeri sipil sangatlah pas-pasan. Walaupun demikian kondisi ini justru membuatku makin mengasihi dan menyayanginya. Ikrar janji setia yang terucap di gereja, aku perlihatkan dengan kesetiaanku merawat suamiku.

Dukungan penuh terhadap suamiku juga aku tunjukkan dengan membantu dari sisi financial. Aku memutuskan untuk membuka usaha catering kecil-kecilan. Tujuannya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga tapi juga untuk membiayai pengobatan suamiku. Aku tidak pernah memikirkan kondisiku sendiri, semua perhatianku terfokus pada suamiku. Tiap hari aku naikkan doa untuk kesembuhannya. Ketekunanku menghasilkan jawaban doa. Pada ulang tahun pernikahanku yang ketiga puluh, dokter menyatakan suamiku sembuh total dari alergi debunya, terbukti dengan kondisinya yang semakin sehat juga. Oleh karenanya aku ingin mengadakan ucapan syukur atas kesembuhan suamiku.

Tak disangka, dua hari menjelang acara syukuran  aku kedatangan tamu. Dia mengaku bahwa dia adalah adik ipar suamiku. Mengingat kondisi suamiku yang selama ini sakit-sakitan, aku tidak percaya dengan apa yang disampaikannya. Tapi karena ada bukti surat nikah yang sah, disitulah aku baru menyadari bahwa sesungguhnya suamiku sudah menikah lagi dengan perempuan lain. Setibanya suamiku di rumah, aku menanyakan tentang kebenarannya. Suamiku hanya menjawab dengan santai, bahwa semua yang dilakukan itu tanpa sadar dan tidak tahu asalnya bagaimana, tahu-tahu sudah menikah. Antara marah, kecewa dan sakit hati aku menerima kenyataan ini. Tapi aku memilih untuk mengampuni suamiku.

4 Mei 2001, Tuhan memanggil pulang suamiku. Pengampunan sudah aku lepaskan tapi hingga kini seperti ada yang mengganjal di hatiku. Seperti ada kekosongan dalam jiwaku. Oleh karena itu aku menghubungi Konseling Center CBN. Setelah menceritakan perjalanan hidupku, mereka mengingatkanku satu hal yang membuatku terhentak. “Sudahkah ibu mengampuni wanita yang dinikahi suami ibu?” Saat itu aku menolak dengan keras. Tapi setelah mereka memberikan firman Tuhan dan menjelaskan tentang pengampunan, hatiku luluh juga. Aku lepaskan pengampunan terhadap wanita yang diam-diam dinikahi suamiku. Dua belas tahun terpendam, kini beban itu terangkat. Terima kasih Solusi, terima kasih Konseling Center CBN. Kini aku menemukan kebahagiaan yang sejati di dalam Tuhan. Pengampunan menyembuhkan luka hatiku.

Kisah di atas dikirim oleh ibu Ira yang menetap di daerah Surabaya, Jawa Timur. Tanpa kita sadari, di luar sana masih banyak orang-orang yang jiwanya hampa seperti yang dialami Ibu Ira. Bersyukur Tuhan mengingatkannya mengenai pengampunan melalui Konseling Center CBN.  Oleh karena itu mari dukung Konseling Center CBN agar lebih maksimal lagi melayani dengan menjadi Mitra CBN dengan melengkapi data diri Anda dengan mengisi form berikut. Tersedia hadiah menarik bagi Anda yang pertama kali bergabung jadi Mitra CBN!
Halaman :
1

Ikuti Kami