Ecodoe: Brand Green Souvenir Asli Indonesia
Sumber: Ecodoe.com

Profile / 17 November 2015

Kalangan Sendiri

Ecodoe: Brand Green Souvenir Asli Indonesia

Theresia Karo Karo Official Writer
7792

Tanaman akar wangi biasanya dipakai untuk menghasilkan minyak yang dicampurkan dalam kosmetik, pelumas senjata, obat-obatan, dan lainnya. Akar wangi segar dapat diketahui dari bau harumnya yang khas dan tahan lama. Meski begitu, disayangkan pengolahannya menyisakan banyak limbah.

Berangkat dari sini, Tatang Gunawan merasa tertantang untuk memanfaatkan tanaman yang banyak tersebar di garut, kota asalnya tersebut dalam sebuah usaha. Dia kemudian mencoba mengolah akar wangi dengan tidak menyisakan limbah. 

Selama di tingkat pertama kuliah, ide pengolahan akar wangi ini kemudian direalisasikan Tatang dalam bentuk souvenir. “Selama masih ada manusia, pasar souvenir pasti ada,” ujarnya yakin, seperti yang dilansir dari Swa.co.id (4/11)

Empat tahun berlalu, dia kemudian mengajak rekannya di IPB untuk mengkombinasikan akar wangi dengan bulu domba. Hal ini dilakukan Tatang karena kepeduliannya terhadap lingkungan. Bila bagi Australia dan Selandia Baru, yang dikenal sebagai negara penghasil wol, bulu domba tentu berguna. Namun tidak demikian dengan Tanah Air, karena bulu domba dianggap sebagai limbah. Dan bila dibuang begitu saja, senyawa keratin di dalamnya berpotensi mencemarkan lingkungan. 

“Kami kemudian mengumpulkan bulu domba itu dan mengolahnya menjadi Ecodoe. Misi kami ingin menjadi brand green souvenir andalan Indonesia yang dikenal dan dipasarkan ke seluruh dunia,” paparnya. 

Minimnya modal tidak menghalangi niatan mereka mengembangkan usahanya. Sadar akan manfaat media sosial sebagai media pemasaran, dua penggawa Ecodoe ini giat berjualan lewat Facebook, Instagram, dan website dengan nama yang serupa. 

Kini penjualan tidak hanya dilakukan secara online, melainkan secara offline. Sebab Tatang berhasil mendapat investor yang bersedia membuka toko bagi Ecodoe di Bogor. Tidak hanya itu, mereka juga menggandeng SMESCO Jakarta dan Kaliunda Gallery di Bali untuk bermitra dan menyasar wisatawan lokal maupun mancanegara. 

“Kami juga ikut bermacam-macam kompetisi bisnis untuk tambah modal, hingga yang kemarin di Singapura. Intinya, masalah modal karena minim jaringan,” ungkap Tatang. 

Masalah lainnya adalah terganjal restu keluarga. Saat merintis Ecodoe, keduanya sempat ditentang oleh orang tua. Akan tetapi hal ini tidak menghentikan langkah mereka. Perlahan, mereka memberi pengertian kepada orang tuanya mengenai bagaimana usaha ini tidak hanya sekedar untung, namun juga dapat membantu masyarakat sekitar. 

Niat tulus ini juga yang kemudian direalisasikan hingga saat ini. Sehingga dapat memberdayakan peternak di Wonosobo untuk mengumpulkan bulu domba. Termasuk kumpulan ibu-ibu yang menjadi pengrajin akar wangi di Garut, dan warga Bogor yang bertugas membantu pemasangan bulu dan pengemasan. 

“Jadi, banyak pihak yang terlibat. Kami menghasilkan keuntungan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Ada benefit buat masyarakat sekitar,” ujar Tatang. 

Untuk harga, Ecodoe mematok harga bervariasi, mulai dari Rp 12.000 hingga Rp 150.000. Bukan hanya wangi yang memikat, souvenir ini juga memiki bentuk yang indah, sehingga digemari oleh banyak konsumen. Hal ini terbukti dari pesanan yang datang dari berbagai kota besar di Indonesia, hingga luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, dan Italia.

Kini tim Ecodoe tengah berencana melebarkan bisnis akar wangi ini. “Kami akan ekspansi bisnis pada beberapa pekan ke depan. Reseller belum berjalan meski tawaran yang masuk banyak sekali. Kami sedang menyiapkan sistemnya. Kami punya cita-cita, turis asing yang datang ke Indonesia tak lengkap kalau tidak membawa pulang oleh-oleh souvenir Ecodoe,” terang Tatang. 

Atas inovasi mereka, Tim Ecodoe berhasil menuai beragam penghargaan untuk bisnis sosialnya. Mulai dari medali emas untuk poster dan perak untuk presentasi pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di Universitas Diponegoro yang digelar DIKTI pada Agustus 2014. Kemudian, Juara I Sociopreneur Expo di UIN Syarif Hidayatullah, Desember 2014. Terakhir, mereka menjadi juara di Program Young Social Enterpreneur dari Singapore International Foundation, pada Oktober 2015 lalu.

Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik disini.

Sumber : Kontan/Swa.co.id
Halaman :
1

Ikuti Kami