Dalam bahasa Yunani, kata Hamba disebut doulos yang memiliki arti orang yang sedang dalam status sebagai pelayan atau budak. Tugas utamanya adalah mengerjakan dan menyelesaikan segala pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya, dan tidak ada istilah malas atau ogah-ogahan lalu meninggalkan tugasnya di tengah jalan manakala sedang dalam situasi tidak nyaman atau sedang bermasalah sekalipun
Jadi tugas hamba sejati adalah membaktikan hidupnya bagi kesejahteraan dan kepentingan orang lain, dengan tidak memaksakan kebenarannya sendiri atau menuntut persamaan hak, tapi menerima segala sesuatu yang diberikan kepadanya dan berterima kasih atas hal itu. Suatu sikap penyerahan segala hak pribadi secara utuh diatur oleh tuannya.
Seringkali terjadi salah pemahaman di antara orang Kristen ketika mereka mendengar kata 'hamba' Tuhan, di mana pikiran langsung tertuju kepada para pendeta, penginjil atau fulltimer di gereja. Karena merasa diri sebagai jemaat awam kita pun menganggap bahwa kita bukanlah hamba Tuhan. Namun sebagai pengikut Kristus kita ini adalah hamba-hamba Tuhan. "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." (1 Korintus 4:1).
Kualitas hidup yang harus dimiliki oleh seorang hamba supaya berkenan kepada Tuhan adalah: 1. Kesetiaan. Arti umum setia adalah: berpegang teguh pada janji atau pendirian, patuh dan taat di segala situasi. (Amsal 20:6 dan19:22). Terhadap hamba yang melayani dengan setia sampai akhir Tuhan tidak pernah menutup mata, Ia menyediakan upah-Nya. (Wahyu 2:10b). 2. Ketekunan, berarti bersungguh-sungguh dan konsisten. (Ibrani 10:36).
Sampai kapan kita harus setia dan tekun melayani Tuhan, yang adalah Tuan kita? Yaitu sampai nafas kita berhenti berhembus. Jadi tidak ada istilah pensiun atau cuti dalam melayani Tuhan. Kualitas hidup lain yang harus dimiliki hamba adalah kerendahan hati. Hamba melakukan tugasnya bukan untuk mempromosikan diri, mencari popularitas atau pujian. (Lukas 17:10).
Kristus telah memberikan teladan bagaimana Ia tidak mempertahankan reputasi-Nya, melainkan mengosongkan diri untuk melayani manusia (Filipi 2:6-8). Tidak perlu sakit hati dan kecewa jika pelayanan kita tidak dianggap dan tidak dihargai manusia, sebab Tuhan tidak pernah melewatkan pelayanan sekecil apa pun yang kita lakukan untuk-Nya, semua diperhitungkan-Nya.
Kualitas hidup yang juga diharapkan si tuan dari hambanya adalah senantiasa menantikan kepulangan tuannya dengan siap sedia dan berjaga-jaga. (Lukas 12:35). Pinggang yang berikat adalah tanda kesiapan bekerja dan melayani; pelita yang menyala menunjukkan semangat yang tidak pernah padam meski tuannya pulang larut atau bahkan dini hari. Yesus mengilustrasikan tuan itu pulang dari pesta perkawinan yang menurut tradisi Yahudi berlangsung pada malam hari. Malam hari menegaskan waktu kedatangan Tuhan yang tidak diduga-duga (di mana umumnya malam hari banyak orang tertidur pulas dan lengah), sehingga banyak hamba tidak lagi berjaga-jaga menantikan kedatangan tuannya; hal itu membuat mereka tidak lagi bersungguh-sungguh bekerja, dan kemudian berubah menjadi hamba yang jahat.
Hari-hari ini adalah hari menjelang kedatangan Tuhan, sudahkah kita siap sedia menyongsong kedatangan-Nya? Karena (Lukas 12:40). Cepat atau lambat Tuhan pasti segera datang! Tetaplah setia menantikan kedatangan-Nya dan terus mengerjakan tugas yang dipercayakan kepada kita dengan penuh tanggung jawab.
Tetap setia, tekun, rendah hati, siap sedia dan selalu berjaga-jaga adalah kualitas hidup hamba sejati!