Hariku
melelahkan… Deadline kerjaan yang tak ada habis-habisnya, komplain klien yang
bertubi-tubi, negosiasi yang alot dan tak kenal ampun menguras otak, sampai
hal-hal sepele yang dilakukan temanku dan membuatku sensitif, menjadikan hariku
luar biasa jenuh dan kesal hari ini. Padahal kalo dipikir-pikir, berapa sih
gajiku sampai beberapa hari belakangan ini aku rela pulang di atas jam 9 malam terus? Rasanya lelah sekali… Semakin dipikirkan, semakin stress rasanya!
Huh…syukurlah hari ini telah berlalu. Dengan
maksud nikmat dan hemat, hari itu aku naik bis PPD regular ke rumahku. Aku
duduk persis di kursi berjajar panjang pada posisi paling belakang. Aku
menghela nafas… Memikirkan semua hal yang terjadi di kantor hari ini. Sambil
musik tetap mengalun dari radio handphoneku, aku mencoba untuk melupakan
kekesalanku sepanjang hari ini.
Memasuki tol Kebun Jeruk menuju ke Tangerang,
aku merenung tidak menentu… Memikirkan ini, memikirkan itu… Nggak jelas…
Jalanan sepi dan lancar. Maklum, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas
malam. Sampai akhirnya mataku menangkap kegalauan hati seseorang di keremangan
lampu bus. Kenek bus yang kutumpangi.
Di semburat wajah tuanya, kusam bajunya, dan
dinginnya udara dari pintu belakang bus yang sudah tidak dapat lagi tertutup
rapat, ia terduduk di tangga bus sambil tangannya memegang pintu bus. Lama ia
mencoba menembus buramnya kaca bus untuk dapat melihat keluar, sampai ketika
bus sudah melewati perbatasan Jakarta – Banten, ia pun tertidur. Dari tidurnya,
aku dapat mengetahui bahwa ia tidak tenang, karena sepanjang dia tidur aku
tidak melepaskan mataku daripadanya. Terkadang ia terbangun kaget, kemudian
dengan mata sayu, ia kembali tidur lagi. Begitu seterusnya sampai kami keluar
pintu tol Karawaci, Tangerang.
Begitu penumpang banyak turun di daerah Islamic
/ Lippo Karawaci, ia pun duduk di sampingku. Dari aroma tubuhnya, aku tahu dia
bekerja keras hari itu, melewati panas dan hujan. “Di Blok-M panas, di
Tangerang hujan”, begitu ujarnya. Dari logatnya, aku hafal benar kalau dia
orang Batak. Tidak sedikitpun ada rasa enggan di diriku untuk ngobrol
dengannya, yang ada malah aku ingin sekali dia bercerita tentang semburat
wajahnya yang menyembunyikan masalah.
Ternyata keluhnya hanya satu : “Capek kali hari
ini, tapi lebihan untuk kami masih sedikit… Kayaknya kami belum bisa pulang,
mungkin masih dapat 1 rit lagi ke Blok-M untuk nambah-nambah hidup. Bensin pun
belum diisi… Pusing!”
Sesaat aku terdiam. Jam kerjanya pasti di atas
jam kerjaku. “Keluar pool jam 5.30 sampe pool nanti bisa jam 23.30!”, tukasnya.
Delapan belas jam dia kerja, dan yang dicarinya lebihan uang dari jumlah uang
yang harus ia setor tiap harinya. “Emang biasa lebihannya dapat berapa Bang?”,
tanyaku. “Paling nggak dapatlah aku 50,000.00 ya…tapi kalo malam minggu sih
bisa lebih…segitu aja udah ngepas, kan bagi dua sama supir”. Dia cerita kalo
supir pasti dapat lebih banyak dari kenek, karenanya kalo sehari hanya dapat
lebihan 100ribu, kebayang khan kalo pembagiannya 60-40, dapet berapa kerja 18
jam…?? Dia sih cerita kalo dia digaji juga sama PPD, tapi berapa sih gaji
mereka dibanding kebutuhan hidup sekarang? Trus dia juga tanya aku apakah aku
tahu soal demonstrasi yang dilakukan supir dan kenek bus PPD beberapa waktu
yang lalu, karena gaji mereka yang tertahan. Aku biarkan dia menjelaskannya...
aku dengarkan keluh kesahnya...
Huh…begitu turun dari bus dan berjalan mencari
angkot ke rumah, aku berpikir dan merenungkan obrolan singkat kami tadi.
Obrolan singkat itu menyadarkanku, betapa aku lupa bersyukur atas hari ini…
Lupa bersyukur untuk kesehatanku, pekerjaanku, untuk lemburan yang aku dapat,
dan untuk jam kerja yang tidak sepanjang kenek tadi tetapi juga tidak
berpenghasilan di bawah penghasilan kenek tadi. Aku tahu dan hapal benar, bahwa
betapapun susahnya kurasakan hidupku, masih ada orang yang lebih susah dariku.
Tapi hari ini aku tidak bersyukur…
Tuhan tahu saat kita sudah lama tidak bersyukur
padaNya. Ia akan memberikan kita “reminder” yang tidak sengaja seperti ini. It
is called “ACCIDENTALLY REMINDER”. We call it accidentally, but God made it PURPOSELY for us.
Penulis : Winda R. Purba
Tulisan ini adalah kontribusi dari
visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan
mengirimkan kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang
isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan mengirimkannya ke alamat email : [email protected].
Sumber : Winda R. Purba