<!--[if gte mso 9]><xml>
Kuasa sentuhan dan pelukan kasih sayang kepada anak sangat mencengangkan. Menurut hasil penelitian, anak-anak yang kekurangan pelukan dan sentuhan kasih dari orangtuanya lebih mudah mengalami sakit, depresi, dan kematian dini. Hasil penelitian ini diteguhkan oleh seorang ahli antropologi bernama James Prescott. “Anak-anak yang kekurangan sentuhan kasih, cenderung melakukan kenakalan saat bertumbuh remaja.” Penelitian lain menyebutkan bahwa pelukan bisa mengurangi atau menyembuhkan depresi. “Other research found that women who were neurotic or depressed recovered much more quickly according to the number of times they were hugged, and the duration of those hugs.”
Sebagai orangtua, saya sudah banyak belajar tentang makna sentuhan dan pelukan kepada anak. Mungkin karena dulu saya mengalami defisit pelukan, saya tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Hampir setiap hari, saya berusaha memeluk anak saya sambil mengucapkan ? ?I love You”. Harus diakui bahwa saat anak menginjak remaja, terkadang mereka malu menerima pelukan orang tuanya, tetapi hal itu tidak menyurutkan kebutuhan kasih sayang dalam diri mereka.
Hal pertama yang dilakukan oleh seorang ayah saat bertemu dengan anak terhilang adalah memberikan pelukan sambil mencium untuk melepas kerinduan. “Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” Guru Agung kita juga melakukan hal yang sama saat bertemu dengan anak-anak. “Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.”
Kapan terakhir kali Anda memeluk anak-anak Anda? Jangan lupa satu hal ini: pelukan dan sentuhan kepada orang-orang yang kita cintai itu hukumnya WAJIB. Semakin banyak pelukan dan sentuhan, semakin nyaman perasaan mereka. Untuk itulah Tuhan telah menempatkan 500.000 reseptor di kulit manusia supaya bisa menikmati sentuhan. Seorang ahli atropologi pernah mengatakan bahwa anak-anak yang jarang dipeluk rawan menjadi anak nakal, sebaliknya anak-anak yang sering dipeluk hidupnya lebih sehat dan lebih bahagia waktu menjadi dewasa. “Anthropologist James Prescott, who pioneered the study of child- rearing and violence, found that societies in which children were rarely touched affectionately, had the highest rates of adult violence. Children brought up with affectionate carers usually ended up growing into better, healthier and happier adults.”
(Penulis adalah Pdt Paulus Wiratno)