Suami Hiduplah Bijaksana Dengan Isterimu
Sumber: Poweroftwomarriage.com

Marriage / 15 June 2015

Kalangan Sendiri

Suami Hiduplah Bijaksana Dengan Isterimu

Puji Astuti Official Writer
9622
 <!--[endif]-->

Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang ( 1 Petrus 3:7 TB)

Beberapa kata kunci yang diberikan Alkitab sebagai Firman Tuhan yang hidup kepada para suami pada hari ini, yaitu: (1) Hiduplah bijaksana, (2) kaum yang lebih lemah, (3) hormati, (4) teman pewaris. Dan alasannyapun diberikan, yaitu: supaya doamu jangan terhalang! Kenapa Tuhan memberikan nasehat yang begitu penting ini kepada para suami? Jawabannya sangat sederhana, yaitu agar doa para suami jangan terhalang. Dan apakah faktor penghalang doa suami sehingga tidak didengarkan oleh Tuhan?

Berikut ini penulis mengajak para pembaca sekalian untuk bersama-sama dengan penulis merenungkan beberapa faktor yang dapat merupakan penghalang utama, sehingga doa para suami tidak didengarkan oleh Tuhan. Dalam urutan ayat seperti yang penulis kutip diatas Tuhan menempatkan sebagai urutan pertama dalam nasehatNya kepada para suami agar para suami hidup dengan bijaksana dengan isteri mereka; dengan pengertian dari para suami dituntut untuk memperlakukan isteri mereka dengan baik, dengan penuh kasih dan tidak memperlakukan mereka secara kasar. Alasannyapun diberikan Tuhan, yaitu para isteri adalah kaum yang lebih lemah yang patut mendapatkan perlindungan dari para suami mereka. Jika Anda memperlakukan isteri Anda dengan kasar sebagai kaum yang lebih lemah, maka konsekuensi yang harus Anda tanggung adalah "doa Anda akan terhalang"; apakah ini yang Anda inginkan?

Perlindungan kepada wanita sebagai kaum yang lebih lemah telah dipupuk sejak masa kecil; anak kecil (laki-laki) telah diberikan pengertian untuk tidak boleh berlaku kasar kepada wanita tapi sebaliknya dari setiap anak laki-laki dituntut untuk dapat memberikan perlindungan kepada para wanita dan kepada setiap anak laki-lakipun diberikan pengajaran untuk dapat menghormati wanita. Dalam beberapa seminar, penulis berkesempatan untuk melemparkan pertanyaan kepada para pria, apakah yang ingin mereka lakukan jika calon teman hidup mereka diperlakukan secara kasar oleh pria lain yang bermaksud jahat terhadap calon teman hidup mereka? Kebanyakan pria walaupun tidak menyeluruh menjawab bahwa mereka ingin memberikan perlindungan kepada calon teman hidup mereka bahkan rela menyerahkan nyawa mereka demi membela calon teman hidup mereka. Pada saat penulis menunjukkan kepada para pria ini bahwa tingkah laku mereka dalam memperlakukan calon teman hidup mereka seringkali menunjukkan bahwa mereka bertindak seperti pria asing yang ingin mencelakakan teman hidup mereka sendiri, mereka menjadi kebingungan karena tidak mengerti maksud penulis. Tingkah laku seperti apakah itu?

Tidak jarang para pria mengintimidasi calon teman hidupnya untuk melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar norma-norma kesusilaan sekalipun belum sampai melakukan hubungan suami isteri atau memperlakukan calon teman hidup mereka secara kasar, mempermalukan bahkan melanggar batas-batas yang seharusnya tidak dilanggar dalam menjaga kesucian hidup (melakukan hubungan suami isteri saat pacaran). Dimanakah kegagahan yang dikatakan mereka untuk ingin melindungi calon teman hidup mereka ini? Dari mereka belum dituntut untuk mati bagi calon teman hidupnya, dari mereka hanya dituntut untuk mengalahkan nafsu kedagingan mereka. Didalam diri pria ini terdapat sijahat yang harus dikalahkan dan dihancurkan tanpa kompromi! Setiap pikiran jahat, cabul, kotor, tidak kudus, dengki, iri hati, sakit hati, kepahitan, keserakahan, kemarahan, dendam harus disingkirkan dengan segera tanpa menunda-nunda. Apapun yang Anda beri makan pasti bertumbuh, apapun yang Anda biarkan lapar terus menerus pasti mati. Jika Anda secara terus menerus memberi makan kepada pikiran cabul, pikiran kotor, nafsu birahi, sakit hati, kemarahan, dendam semuanya ini pasti bertumbuh dan menghasilkan buah. Jika Anda sebaliknya mematikan dan tidak memberi makan kepada segala karakter negatif ini, semuanya ini pasti tidak akan bertumbuh dan pasti akan mati. Bukankah kuasa untuk melakukan hal ini semuanya terletak pada Anda yang mampu melakukannya? Orang lain hanya dapat memberikan saran, pelaksanaannya terletak pada keinginan Anda! Kapankah Anda dapat melihat perubahan karakter Anda terjadi? Hal ini sangat bergantung kepada keseriusan Anda dan disiplin Anda dalam merubah pola Anda berpikir tanpa memberi makan kepada segala pikiran negatif Anda dan memupuk segala sesuatu yang positif, yang indah, yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan (lihat Filipi 4:8).

Isteri Anda adalah teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan (lihat ayat yang tertera diatas kembali), karena itu isteri Anda bukanlah pembantu Anda dan juga bukan majikan Anda, isteri Anda juga bukan pegawai Anda yang dapat dipecat, ia adalah teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan. Oleh sebab itu perlakukan isteri Anda dengan hormat dan hiduplah bijaksana dengannya. Bersediakah Anda membukakan pintu mobil bagi isteri Anda atau bagi calon isteri Anda saat Anda bepergian? Bersediakah Anda membukakan pintu pada saat Anda masuk ketoko atau kemana saja dan menahan pintu tersebut dengan mempersilahkan isteri atau calon isteri Anda masuk terlebih dahulu? Membukakan pintu serta menahannya bukan hanya dikerjakan terhadap isteri atau calon isteri, tapi bagi setiap wanita (termasuk orang tua) sebagai kaum yang lebih lemah. Namun demikian Alkitab juga berkata bahwa isteri yang suka bertengkar dengan suaminya adalah seperti tiris yang tidak henti-hentinya menitik (Amsal 19:13). Perubahan sikap dari kedua belah pihak yang bertujuan untuk membahagiakan pasangan hidupnya, pasti akan berbahagia, karena kebahagiaan pasangan hidupnya merupakan kebahagiannnya juga. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami