Hilangkan Kebiasaan Mengucap Kata Cerai!
Sumber: Google

Marriage / 6 May 2015

Kalangan Sendiri

Hilangkan Kebiasaan Mengucap Kata Cerai!

Theresia Karo Karo Official Writer
4126
Banyak yang berpikir bahwa pernikahan merupakan akhir bahagia. Pola pikir demikianlah yang menyebabkan pasangan suami istri kecewa saat mengalami pertentangan dengan pasangannya. Sesungguhnya pernikahan adalah awal mula kehidupan yang sebenarnya.

Setiap orang diciptakan unik dan memiliki karakter yang berbeda. Dan dalam pernikahan, penyatuan dua karakter untuk mencapai tujuan bersama memang tidak mudah. Selain itu, perjuangan cinta anda dan pasangan juga semakin di uji saat hidup bersama, sehingga kemungkinan terjadinya konflik selalu ada.

Ketika pertengkaran keduanya mencapai puncak, maka emosi mengambil alih dan kata-kata menyakitkan seperti “Aku menyesal menikah dengan kamu”  dan “Kita cerai” mencuat. Jane Greer seorang penulis dan penyiar radio menganggap hal ini sebagai kondisi ‘terpaksa’. Yang mana amarah turut melemahkan logika dan menyebabkan ucapan menjadi negatif dan ‘tajam’.

Kata cerai juga bisa terlontar saat satu pihak merasa frustasi dan ingin memenangkan argumen dengan melakukan apapun, walaupun harus saling menyakiti. Sebelum menyesal, Greer menyarankan keduanya untuk rehat dan mendinginkan kepala.

“Jangan membiarkan hal sepele yang membuat Anda tidak nyaman tumbuh menjadi bukit emosional yang memuncak,” ungkap Greer.

Pertengkaran pasangan suami istri ini biasanya terjadi karena tidak adanya keterbukaan. Kekecewaan yang dipendam terhadap satu sama lain, menyebabkan keduanya kerap mengungkit kesalahan pasangan. Menurut Greer, bila kondisi ini dibiarkan maka dapat ‘membunuh’ kehangatan rumah tangga.

Kebiasaan lainnya yang kerap terjadi saat konflik adalah dengan saling mengejek karakter masing masing. Konsultan pernikahan Charlie Harary mengungkapkan bahwa mengkritik kebiasaan buruk pasangan saat bertengkar akan memicu konflik semakin ‘panas’ dan penuh amarah.

“Pasangan suami istri yang sedang bertengkar sering kali mengucapkan kalimat berupa umpatan yang sengaja dilontarkan demi menyakiti pihak lain. Namun, pernikahan itu bukan pertandingan soal siapa yang lebih unggul dan siapa yang tidak, tapi soal keseimbangan. Peran yang proporsional,” papar Harary.

Namun, bukan berarti kita tidak bisa menasehati pasangan. Perhatikan kembali timingnya! Bila ingin pasangan instropeksi diri, maka sebaiknya beritahu pasangan tentang kebiasaan buruknya saat hubungan pernikahan dalam keadaan baik.

Sumber : Kompas/Jawaban.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami