Alasan Utama Istri dan Mertua Kerap Berselisih
Sumber: familyparenting.perempuan.com

Marriage / 27 April 2015

Kalangan Sendiri

Alasan Utama Istri dan Mertua Kerap Berselisih

Theresia Karo Karo Official Writer
7679
Dalam pernikahan bukan hanya dua individu yang bersatu, termasuk juga penyatuan dua keluarga. Oleh sebab itu untuk menghindari konflik keluarga, penting bagi kita untuk tidak hanya memperhatikan pasangan namun juga keluarga dari pasangan dan berlaku hal sebaliknya.

Meskipun begitu, dalam perjalanannya kita melihat konflik yang kerap terjadi antara istri dan ibu mertua. Hal ini bukan sekedar omongan, namun terbukti secara ilmiah. Survei oleh University of Wisconsin-Stevens Point (UWSP) di Amerika Serikat mengungkapkan satu dari sekian alasan konflik keluarga ini. Menurut studi, hubungan wanita dan ibu mertua kerap diwarnai ketegangan dan kekhawatiran, karena keduanya bersaing dalam merebut perhatian dari anak lelaki atau suami.

Pemimpin penelitian sekaligus asisten professor ilmu komunikasi di UWSP, Dr Sylvia L Mikucki-Enyar mengungkapkan bahwa seorang ibu akan jauh lebih cemas dengan pernikahan anak lelaki dibandingkan dengan anak perempuannya.

Dilansir dari Daily Mail, studi melibatkan lebih dari 133 pengantin baru wanita. Hasil survei menunjukkan bahwa setelah menikah kebanyakan dari mereka cemas akan hubungan dengan ibu mertuanya kelak. Kebanyakan dari mereka cemas bila sang mertua berbicara hal-hal buruk tentangnya kepada suami atau terlalu mencampuri urusan pernikahannya.

Tidak hanya itu, dalam penelitian ini Dr Sylvia juga melakukan survei terhadap 89 ibu, guna mengetahui kekhawatiran terbesar mereka terhadap pernikahan putranya. Hasilnya adalah, kebanyakan ibu mencemaskan kesejahteraan anaknya. Mereka takut bila anak yang sejak kecil dibesarkan dengan kasih sayang akan melupakannya setelah menikah dan mereka juga takut menantunya akan merubah anaknya menjadi orang lain. Alasan lainnya adalah mereka khwatir bila yang menjadi pendamping anaknya tidak bisa masak, anaknya tidak bahagia dengan pernikahannya, hingga tidak terlalu diandalkan karena sudah ada wanita lain dalam kehidupannya.

Ketegangan semakin ‘memanas’ karena hadirnya jiwa kompetisi dalam diri keduanya. Sebab istri dan ibu mertua sama-sama bersaing untuk menjadi sosok yang lebih baik dalam mengurus suami/anak mereka. Menurut Dr Sylvia, hal ini wajar, karena wanita memang secara natural mempunyai jiwa kompetitif yang kuat di kalangannya.

Hubungan antara istri dan ibu mertua ini akan semakin buruk manakala keduanya tidak tahu bagaimana harus bersikap antara satu sama lain. Masalah ini ternyata juga menyebabkan stres terhadap suami atau anak mereka. Saat kedua terlibat perselisihan, insting pria mengatakan bahwa dia harus sembunyi atau menghindari konflik.

Untuk mengatasi hal ini, Dr.
Sylvia menyarankan para suami sebagai penengah. “Suami harus bisa jadi penengah. Dia harus bisa memprioritaskan istrinya dan itu yang harus orang lain tahu. Di sisi lain, wanita sebaiknya tidak menjadikan ini sebagai sebuah kompetisi (dengan ibu mertua). Keduanya mencintai pria yang sama tapi dengan cara yang jauh berbeda,” jelas Sylvia.

Sebelumnya di tahun 2008, penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh psikolog Terri Apter dari Cambridge University. Studinya mengungkapkan bahawa 60 persen wanita mengakui adanya ketegangan dengan ibu dari pasangan mereka, sedangkan pada pria hanya sebesar 15 persen.

Sumber : Wolipop/Jawaban.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami