Masa SMA adalah masa
yang paling menyenangkan dalam hidup saya. Dimana saya dapat dengan bebas
berkumpul dengan teman – teman saya. Ketika itu orang tua saya sangat mengekang
pergaulan saya. Pada dasarnya saya tidak suka di kekang. Apabila di kekang saya
akan segera memberontak.
Saat itu saya suka
keluar malam dengan teman-teman saya. Saya minum-minuman alkohol, pesta narkoba, bahkan saya sudah tidak peduli
dengan keluarga. Di sekolah saya suka membuat kegaduhan, sehingga orang tua
saya sering dipanggil oleh wali kelas. Suatu kali saya keluar malam oleh teman-teman
saya untuk pesta narkoba dan mabuk-mabukkan. Setelah saya melakukan demikian
dengan teman-teman saya, saat saya sampai rumah, ayah saya mendapati saya dan
menampar pipi saya. Ketika itu saya tidak merasakan kesedihan, tetapi saya
cuek. Saya bisa demikian karena efek obat yang saya pakai. Namun, itu membuat
saya semakin membenci ayah saya.
Ibu saya sudah lama
mengalami gagal ginjal. Karena penyakitnya ini, mengharuskan dirinya untuk
mencuci darah setiap hari. Karena sudah terjebak dengan narkoba dan pergaulan
bebas, saya sampai tidak mempedulikan ibu saya yang sedang sakit. Sampai suatu
saat teman-teman sekolah saya, menyuruh saya untuk menegok ke rumah sakit.
Namun, saya ragu untuk melakukan itu. Tetapi teman-reman saya tetap memaksa.
Sampai kami tiba di rumah sakit dan saya mendapati kakak saya sudah membereskan
baju-baju ibu saya yang tertinggal. Teryata ibu saya sudah di pindahkan ke
rumah duka. Perasaan saya ketika itu campur aduk. Saya sedih namun saya juga
merasa senang tidak akan ada lagi yang melarang saya untuk pergi malam dengan
teman-teman saya.
Setelah ibu saya
meninggal,ayah saya menikah lagi. Dan ini semakin membuat saya semakin bebas dan
tidak ada yang memperhatikan saya. Saya semakin sering untuk memakai narkoba.
Sampai suatu kali saya over dosis. Ketika itu saya masih setengah sadar dan
tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya. Setelah saya bangun, saya sudah
berada di kamar. Ketika bangun, saya mendengar suara yang berkata, “ Anakku, anakku sampai berapa lama lagi aku
menunggumu?”. Suara itu sangat jelas di telinga saya. Lalu saya menanyakan
kepada kakak saya, siapakah suara itu?. Dan dia menjelaskan bahwa suara itu
adalah Tuhan Yesus. Lalu saya menguji suara itu, saya berdoa kepada Tuhan. Saya
juga membaca alkitab dan ketika saya membukanya, Tuhan memberikan sebuah ayat
yang meneguhkan hati saya. Ketika saya membacanya, saya merasa sangat berharga
di mata Tuhan.
Yesaya
41:9 : “ Engkau yang telah Ku ambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Ku
panggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: “ Engkau hambaKu, Aku
telah memilih engkau dan tidak menolak engkau”.
Ketika Tuhan menjamah
hati saya, saya memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat
saya. Dan saya bertekad untuk meminta maaf kepada keluarga besar saya. Saya
mengumpulkan mereka, dan saat itu juga keluarga kami dipulihkan dengan kasih
Kristus. Semenjak saat itu saya benar-benar hidup dalam kasih Bapa. Beberapa
kali ada godaan masa lalu, namun Tuhan selalu menjaga setiap langkah saya. Saya
memutuskan untuk mengambil sekolah alkitab dan sekarang saya hidup sepenuhnya
untuk melayani Tuhan.
Saya bersyukur dengan proses hidup yang Tuhan izinkan dalam hidup saya. Kini saya dapat bersaksi bahwa Yesus adalah sumber pengharapan yang kekal.
Untuk menonton video lengkapnya silahkan klik disini