Masa Kecil Tidak Bahagia Sebabkan Perilaku Seks Dini?
Theresia Karo Karo Official Writer
6067
Perilaku seks bebas semakin mencekam kehidupan masyarakat Indonesia. Bukan hanya kalangan dewasa, fenomena ini juga sudah merambat ke kehidupan para pelajar SMP dan SMA. Di mana ini seharusnya adalah saat mereka belajar dan memupuk cita-cita, namun sepertinya sebagian remaja memilih jalan yang berbeda.
Berbagai media belakangan menyoroti kasus para pelajar yang terkena razia oleh polisi dan Satpol PP saat bolos. Mulai dari pesta minuman keras hingga seks bebas, menjerat kehidupan mereka saat ini. Dilansir dari Merdeka.com, sebagian pelajar yang terjaring menganggap bertukar pasangan dan melakukan seks bebas adalah hal lumrah dalam mencari kesenangan.
Di lain pihak, salah satu penelitian menyatakan bahwa seorang anak yang memiliki pola asuh yang buruk cenderung memiliki kepribadian yang bebas. Mereka dinilai lebih suka melakukan apapun tanpa peduli sekitar. Tidak hanya itu, faktor lainnya adalah masa lalu buruk. Hal ini turut memicu perilaku menyimpang, seperti seks sebelum waktunya.
Para peneliti mengungkapkan bahwa, anak laki-laki dan perempuanyang mengalami masalah dengan masalah saat kecil akan lebih mungkin untuk berhubungan seks sebelum usia 16 tahun. Ditemukan pula hasil, bahwa anak laki-laki dengan kecemasan sosial juga cenderung melakukan seks di usia yang masih tergolong muda.
Studi ini dilakukan terhadap 2.900 anak-anak di Australia. Ditemukan hasil bahwa 45 persen anak laki-laki dan 51 persen anak perempuan berusia 17 tahun mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks. Dan sebagian besar dari mereka, melakukannya saat menginjak usia 15 tahun.
Pola perilaku tertentu saat usia muda muncul untuk menunjukkan anak-anak yang cenderung melakukan hubungan seks sebelum usia 16 tahun. Anak laki-laki berusia 5 dan 8 tahun dengan perilaku agresif terbukti dua kali lebih mungkin melakukan hubungan seks saat usia muda.
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan para orang tua lebih memperhatikan dan memberikan kasih sayang kepada anak. Agar mereka tumbuh menjadi anak yang bahagia dan terhindar dari perilaku menyimpang. Sebaiknya, ajak anak berdiskusi dan bantu mereka untuk menemukan keputusan yang tepat dalam menghadapi masalah mereka.
Demi kenyamanan Anda selama mengakses Jawaban.com, kami menggunakan cookie untuk memastikan situs web kami berfungsi dengan lancar serta memberikan konten dan fitur yang relevan untuk Anda, dan meningkatkan pengalaman Anda di situs web kami. Data Anda tidak akan pernah diperjualbelikan atau digunakan untuk keperluan pemasaran. Anda dapat memilih untuk Setuju atau Batalkan terhadap penggunaan cookie dalam situs web ini. Learn more