Melihat dari Perspektif Anak

Parenting / 23 January 2015

Kalangan Sendiri

Melihat dari Perspektif Anak

Theresia Karo Karo Official Writer
4301
Salah satu ketakutan yang anak-anak rasakan saat ini dari orangtua mereka adalah menjadikan urusan anak sebagi pekerjaan temporer atau sekunder. Karena semakin jarang orangtua yang mau menghabiskan waktunya bersama-sama keluarga sebagai akibat kesibukan pekerjaan, akibatnya kita seringkali terfokus pada perilaku anak-anak dan tidak pada perilaku yang kita miliki. Mengapa tidak melihat perilaku anda dari persfektif anak-anak?

Dalam sebuah survei yang dilakukan terhadap 100.000 anak-anak di ibukota, apa yang mereka paling inginkan dari orangtua mereka? Berikut 10 jawaban yang dapat dijadikan evaluasi bagi para orangtua:

1. Anak-anak ingin orang tua mereka tidak bertengkar di depan mereka.
Anak-anak cenderung melakukan apa yang orangtuanya lakukan, tidak pada apa yang mereka katakan. Bagaimana kita mengatasi perbedaan ini?

Apakah anda tidak setuju melihat pertengkaran anak
anda? Menyerang orang lain atau mempertahankan diri sendiri? Hati-hati apabila orang tua melakukannya, kemudian anak-anak akan belajar bagaimana mengatur marah dan menyelesaikan konflik dengan cara yang orangtua contohkan.

2. Anak-anak ingin orang tua memperlakukan setiap anggota keluarga sama.
Memperlakukan anak sama bukan berarti memperlakukan mereka sama rata. Setiap anak memiliki keunikan dan masing-masing membutuhkan kasih sayang dan pengertian yang sama. Evaluasi hubungan orang tua dengan setiap anak.

3. Orang tua yang jujur.
Pernahkah anda para orang tua mengatakan sesuatu yang tidak jujur pada anak-anak? Orang tua mungkin tidak menyadari apa yang ia tengah contohkan pada anak-anaknya. Jadi jangan heran bila anak mengikuti apa yang telah orang tuanya lakukan.

4. Orang tua yang toleran pada orang lain.
Ketika orang tua toleran pada orang lain, anak-anak akan belajar sabar dengan siapa aja yang berbeda dengan mereka. Dalam cara apa orang memberi contoh toleransi pada anak?

5. Orang tua yang ramah pada teman-teman mereka ketika berkunjung ke rumah.
Jika pengelompokan terjadi di rumah, kemudian orangtua akan tahu di mana anak-anak berada. Pererat kebijakan pintu terbuka untuk mengenal teman-teman mereka.

6. Orang tua yang membangun semangat bersama dengan anak-anak.
Ketika anak-anak masuk dalam usia remaja, orang tua yang memperat semangat bersama akan memiliki pengaruh lebih besar pada anak mereka.

7. Orang tua yang mau menjawab pertanyaan anak.
Pernahkah orangtua merasa bersalah ketika mengatakan, "sekarang papa/mama sibuk, kita bicaranya nanti saja." Kemudian nanti juga tidak pernah. Sisihkan waktu untuk menjawab pertanyaan anak dan ketika orangtua tidak mengetahui jawaban, akui dan menawarkan untuk mencari jawabannya.

8. Orangtua yang menanamkan disiplin ketika dibutuhkan tetapi tidak dihadapan orang lain.
Maksudnya di sini adalah jangan menanamkan disiplin dihadapan orang lain terutama teman-temannya. Anak-anak menginginkan batasan tetapi jarang orangtua yang mau mengerti. Orangtua sebenarnya harus tahu kapan dan di mana menanamkan disiplin yang tepat.

9. Orangtua yang konsentrasi pada hal yang baik alih-alih sesuatu yang lemah.
Lihat anak-anak sebagai puzzle potongan gambar yang tidak komplit. Fokuslah pada tujuan membangun gambar yang indah, alih-alih menghilangkan potongan gambar tersebut. Buat daftar kelebihan-kelebihan anak anda dan cari waktu yang tepat untuk menunjukkannya pada mereka.

10. Orangtua yang konsisten.
Orangtua seringkali tidak konsisten. Evaluasi dan mulai sekarang berusahalah untuk konsisten. Keadaan tidak konsisten dapat merusak anak-anak. Anak-anak harus tahu cinta dan batasan yang konsisten, sehingga akan muncul rasa percaya pada orang tua.

Sumber : Berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami