Memilih Mengampuni Dalam Ketidaksempurnaan

Marriage / 19 January 2015

Kalangan Sendiri

Memilih Mengampuni Dalam Ketidaksempurnaan

Puji Astuti Official Writer
6279
Menikah adalah sebuah pilihan yang diambil oleh kedua belah pihak tanpa paksaan setelah mengalami masa pacaran untuk saling mengenal terlebih dahulu. Setiap pasangan yang ingin menikah memilih pasangan hidup mereka berdasarkan kriteria mereka masing-masing. Setiap kali penulis bertanya kepada pasangan yang ingin menikah kenapa mereka memilih wanita atau pria yang ada disamping mereka, jawaban mereka pada umumnya adalah karena calon pasangan hidup yang mereka pilih sangat rohani, lucu, berambisi dan menyenangkan. Jawaban ini adalah jawaban standar yang selalu penulis dengar dari calon pasangan yang ingin menikah atau dari orang-orang yang sedang mencari calon pasangan hidup, hal-hal seperti yang tertulis diataslah yang merupakan kriteria yang mereka pilih pada umumnya. Hal ini sangat menguatirkan penulis, karena penulis sadar bahwa nantinya setelah menikah banyak sekali hal-hal yang akan penulis dengar dari kedua belah pihak.
Hal-hal seperti apakah yang biasanya penulis dengar?

- Setelah menikah Johny atau Jeany jarang punya waktu untuk pasangan hidup mereka, bahkan makan malam pun sering sendirian.
- Johny sudah tidak mempunyai telinga lagi apa lagi hati untuk mendengarkan aku.
- Jeany selalu berusaha untuk mengontrol aku.
- Johny selalu menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan aku.
- Jeany terlalu sempurna dan tidak mengerti akan masalah hidup yang sedang aku gumuli.
- Johny terlalu mudah untuk membuat janji-janji namun tidak pernah ditepati.
- Jeany mudah marah dan suka memojokkan aku.
- Dihadapan teman-teman Jeany sering memberikan komentar yang merendahkan aku selaku suami.
- Aku sudah tidak dapat mempercayai Johny lagi.
- Urutanku dalam keluarga sekalipun sebagai kepala rumah tangga menduduki peringkat terakhir setelah orang tua Jeany.

Daftar ini masih panjang dan tidak berhenti sampai disini. Apakah Anda dapat melihat perbedaan yang telak antara pilihan yang diambil sebelum menikah berdasarkan kriteria yang ada pada masing-masing pihak dan kenyataan yang ada setelah menikah? Ini adalah keluhan yang sering penulis dengar baik sebagai pendeta, konselor atau sahabat dari orang-orang yang mengalami masalah dalam pernikahan mereka. Apakah perceraian timbul akibat masalah-masalah yang ada? Sebenarnya "tidak"! Karena setiap masalah selalu ada jalan keluarnya. Masalahnya adalah solusi yang diambil adalah solusi yang salah, sehingga akar masalah masih tetap bercokol dalam pernikahan tersebut.

Saat Anda mempelajari Alkitab maka Anda akan menemukan masalah yang Tuhan lihat dalam hubunganNya dengan manusia ciptaanNya, seperti: "hati manusia menjauh dari Tuhan" (Yesaya 29:13); "tidak setia" (Yosua 22:16); "tinggi hati" (Ulangan 8:14); benci (1 Yohanes 4:20); "menghakimi" (Roma 2:1). Apakah yang Anda janjikan kepada Tuhan saat Anda memilih untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat Anda? Apakah Anda juga melihat sebuah perbedaan yang telak? Itulah manusia.

Penulis dilain pihak bersyukur karena pernikahan adalah penyatuan dua orang yang tidak sempurna. Karena kedua orang yang memilih untuk menikahi pasangan hidupnya adalah orang yang tidak sempurna, maka masing-masing pihak tidak terluput dari kesalahan-kesalahan dan oleh karenanya membutuhkan pengampunan dari pasangan hidup masing-masing. Kalau salah satu pihak berpendapat dia selalu benar, maka dia adalah orang sempurna, padahal Tuhanlah yang Maha Sempurna. Apakah pasangan Anda yang menganggap dirinya selalu benar sedang memposisikan dirinya setara dengan Tuhan? Kalau tidak maka pasangan hidup Andapun dapat membuat kesalahan dan membutuhkan pengampunan dari Anda. Jika pasangan hidup Anda tidak dapat memberikan pengampunan, maka diapun tidak boleh membuat kesalahan betapa kecil sekalipun, karena pada saat itu iapun membutuhkan pengampunan. Doa yang diajarkan Tuhan Yesus adalah, "Ampunilah Kami, SEPERTI kamipun mengampuni orang yang bersalah kepada kami". Apakah Anda membutuhkan pengampunan? Jika jawaban Anda adalah "YA", maka Anda juga berkewajiban untuk mengampuni setiap orang yang bersalah kepada Anda.

Karena menikah itu adalah pilihan yang diambil atas dasar sukarela tanpa paksaan dimana kedua belah pihak menyadari bahwa tidak ada seorangpun yang sempurna kecuali Tuhan, maka penulis mengajak setiap pembaca yang membaca tulisan ini untuk hidup saling mengasihi melalui pengampunan yang tulus. Karena mengampuni itu berguna bagi orang yang memberi pengampunan tersebut agar ia dibebaskan dari penjara kemarahan; penjara sakit hati; penjara kepahitan; penjara dendam - dan seterusnya. Bebaskan diri Anda dari segala bentuk penjara dengan cara mengampuni setiap orang yang bersalah kepada Anda (suami, teman, mertua, majikan, siapa saja) termasuk mengampuni diri Anda sendiri dari kesalahan-kesalahan masa lampau. Jika hal ini Anda kerjakan dengan setulus hati Anda, Anda pasti akan dapat menikmati pernikahan Anda. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami