Kejujuran, Investasi Terbaik dalam Bisnis
Sumber: 212mediastudios.com

Investment / 21 December 2014

Kalangan Sendiri

Kejujuran, Investasi Terbaik dalam Bisnis

Lori Official Writer
5887
Barangkali Anda pernah mendengar kalimat diatas diucapkan oleh seorang teman atau mungkin malah oleh kita sendiri? Atau Anda mungkin bahkan pernah merasakan dibohongi habis-habisan oleh seorang penjual? Atau mungkin Anda pernah membeli sebuah produk yang ternyata memiliki kemampuan yang tidak sesuai dengan promosi sang penjual? Jika jawaban Anda adalah ya, maka Anda tidak sendirian.

Apakah dengan demikian seorang penjual selalu identik dengan seorang jago berbohong? Tentu saja tidak! Ada satu hal yang perlu saya tegaskan di sini. Memang benar, ada beberapa penjual yang suka berbohong. Memang benar, ada beberapa penjual yang suka menipu pelanggan mereka. Tapi mereka semua bukanlah penjual yang baik! Para penjual yang baik biasanya justru tidak suka berbohong. Mereka sangat memegang tinggi kejujuran dalam hal berhubungan dengan para pelanggan mereka. Mengapa demikian? Berikut adalah beberapa alasan mengapa seorang penjual yang baik sebaiknya tidak membohongi pelanggannya.

1. Cepat Atau Lambat Kebohongan Pasti Akan Terbongkar
Serapat apa pun kita menutupi sebuah bangkai, cepat atau lambat bau busuknya pasti akan tercium juga. Hal yang sama juga berlaku bagi para penjual yang suka berbohong. Sehebat apa pun mereka menutup kebohongan mereka, cepat atau lambat kebohongan mereka akan terbongkar juga. Dan bila saat tersebut tiba, maka dipastikan mereka akan kehilangan kredibilitas mereka, minimal terhadap pelanggan yang membongkar kebohongan mereka.

Kita semua tahu, betapa sulitnya menjual sesuatu kepada seseorang yang tak lagi mempercayai kita. Sebagus apa pun produk tersebut dan sebagus apa pun kita mempromosikannya, orang tersebut tetap tak bersedia membelinya, hanya karena alasan yang sederhana. Mereka tak lagi mempercayai kita. Ironisnya, orang akan tetap menganggap kita membohongi mereka bahkan pada saat kita berbicara jujur. Kepercayaan adalah salah satu dari beberapa hal yang tidak ternilai di dunia ini. Kita bahkan tak bisa membelinya dengan uang. Begitu kita kehilangan kepercayaan dari seseorang, niscaya akan sulit bagi kita untuk memulihkannya.

2. Kita Harus Terus Berbohong Untuk Menutup Kebohongan Sebelumnya
Seringkali terjadi pada saat seseorang berbohong, ia akan terpaksa terus menerus berbohong untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Ilustrasi berikut barangkali bisa memberikan gambaran kepada Anda: Seorang penjual packaging bernama A sedang melakukan pendekatan terhadap seorang calon pembeli dari sebuah pabrik snack. Berhubung A sangat menginginkan order dari calon pembeli tersebut, ia akhirnya menjanjikan akan sanggup memenuhi pesanan si calon pembeli dalam waktu dua minggu setelah menerima order. Padahal normalnya dibutuhkan waktu sebulan setelah menerima order.

Ketika pabrik snack itu lalu memberi order, akhirnya A masih bisa membohongi rekannya di bagian produksi bahwa order pertama ini sifatnya sangat mendesak sehingga perlu dikirimkan dalam waktu dua minggu, dan berjanji bahwa hal seperti ini tak akan terjadi lagi untuk order selanjutnya. Dengan susah payah akhirnya bagian produksi bisa menyelesaikan order pembeli dari A dalam waktu dua minggu. Puas dengan pengiriman pertama yang tepat waktu, pembeli tersebut langsung memberikan order berikutnya. Berhubung A ini telah berbohong sejak awal, maka kini ia hanya punya dua pilihan menghadapi situasi tersebut.

Pilihan pertama, ia akan membohongi pembelinya dengan mengarang seribu satu alasan bahwa kali ini ia membutuhkan tenggang waktu pengiriman yang lebih lama. Sedang pilihan kedua, ia akan kembali membohongi bagian produksi perusahaannya, bahwa pembelinya kembali terdesak oleh kebutuhan yang mendadak. Sekarang coba bayangkan apabila A melakukan kebohongan pada lebih dari separuh pelanggannya. la akan terpaksa menghabiskan sebagian besar waktu dan pikirannya, hanya untuk mengarang kebohongan-kebohongan berikutnya, entah kepada pelanggannya, entah kepada rekan-rekannya sendiri. Satu hal yang pasti, ia akan mengalami stres berat, yang ironisnya terjadi bukan karena ia tidak mendapatkan order, akan tetapi justru karena ia mendapatkan banyak order.

3. Produk Tak Bisa Berbohong
Seorang penjual mungkin bisa dengan mudah berbohong, akan tetapi produk yang mereka jual jelas tak bisa berbohong. Misalnya kita membohongi para calon pembeli kita dengan mengatakan bahwa mesin yang kita jual memiliki daya tahan sampai belasan tahun, padahal mungkin dalam kenyataannya mesin tersebut hanya memiliki ketahanan sekitar satu atau dua tahun.

Bisa jadi awalnya para calon pembeli itu akhirnya memutuskan untuk membeli karena terpikat oleh promosi palsu kita. Akan tetapi dapat dipastikan sekitar setahun kemudian, orang-orang yang sama akan mendatangi dan mencaci maki kita karena mesin mereka tersebut sudah tak bisa lagi mereka gunakan, karena usia ketahanannya memang sudah lewat. Kita harus berhati-hati dalam memberikan penjelasan mengenai produk kita. Jangan sesekali melebih-lebihkan kemampuan, fitur, atau daya tahan produk Anda. Pada gilirannya, hal itu pasti akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri, karena kita tak bisa meminta produk kita untuk ikut berbohong bersama kita.

Lantas muncul pertanyaan berikutnya yang cukup menarik. Bagaimana bila kita sudah bersikap jujur, dan ternyata kita tetap gagal memenuhi janji kita pada pembeli kita, yang disebabkan oleh kelalaian rekan kita? Apakah kita tetap harus jujur mengatakan alasan yang sesungguhnya pada pembeli kita apabila mereka menagih janjinya? Apakah kita tetap harus jujur dengan resiko mempermalukan diri kita atau perusahaan kita sendiri? Jawabnya tetap ya. Kita sebaiknya tetap berbicara jujur. Kita tak perlu merasa malu apabila sekali waktu kita melakukan suatu kesalahan. Itu adalah sesuatu yang normal, dan dapat terjadi pada siapa saja. Saya yakin pelanggan kita akan bisa memaklumi bila terkadang kita melakukan suatu kesalahan sehingga kita gagal memenuhi janji kita. Kalaupun pelanggan tersebut sampai marah, ingatlah bahwa resiko dimarahi oleh pelanggan tetap lebih ringan daripada resiko kehilangan pelanggan itu untuk selamanya hanya karena ia mengetahui kebohongan kita.

Sumber : Invew/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami