Alat Musik dan Alunannya
Theresia Karo Karo Official Writer
Terdapat seorang kakek yang hidup sederhana dan tinggal di desa terpencil. Satu-satunya relasi yang masih berhubungan darah dengannya adalah seorang anak yang telah pindah ke kota dan menetap di sana. Selama hidupnya, belum pernah sekalipun si kakek mengunjungi suatu kota maupun mengetahui bagaimana kota itu, karena si kakek tidak mempunyai televisi maupun radio.
Suatu hari, anak kakek ini datang kembali ke desa terpencil tersebut untuk mempertemukan ia dengan mantu dan cucu-cucunya. Anaknya kemudian mengutarakan kerinduannya untuk membawa sang ayah yakni kakek tersebut ke kota dimana mereka tinggal. Mereka berpikir bahwa akan sangat menyenangkan apabila si kakek menghabiskan sisa usianya tinggal di kota bersama anak dan cucu-cucunya.
Mendengar hal tersebut, kakek merasa gembira. Dan dia pun diajak pulang ke rumah anaknya. Setibanya di kota, kakek ini melihat banyak hal baru yang belum pernah dilihatnya seumur hidupnya. Berbagai pertunjukan menarik dan bangunan–bangunan megah terdapat di kota.
Setelah beberapa hari, kakek sedang bosan dan berjalan-jalan sendirian ke luar rumah. Tiba–tiba ia mendengar bunyi yang sangat tidak menyenangkan telinganya. Dia merasa bunyi alat musik tersebut sangat mengganggu pendengarannya. Segera ia mencari sumber bunyi tersebut, ternyata suara itu berasal dari seorang anak yang sedang belajar memainkan alat musik biola. Kakek itu kemudian berpikir bahwa alat musik itu adalah alat musik terburuk yang pernah ada, “Aku tidak mau lagi mendengar alat musik itu”, gerutunya.
Hari yang berbeda, kakek diajak jalan-jalan bersama anaknya. Mereka pergi untuk menikmati Acara Natal dan Tahun Baru di pusat kota. Dan pada saat itu, datanglah seorang artis dengan alat musik yang persis sama seperti yang ia temui beberapa hari yang lalu.
Anak dan mantunya sangat ingin untuk berlama-lama di acara tersebut untuk menyaksikan pertunjukan alat musik biola, namun sang kakek menjadi tidak senang melihat hal tersebut. Namun ketika artis itu menggesek biolanya, nada-nada lembut dan indahlah yang terdengar. Kakek tersebut kemudian menjadi heran.
Dia lalu berpikir lagi, “oh rupanya aku telah salah menilai, bukan biolanya yang buruk, melainkan cara memainkannyalah yang menentukan.” Kakek pun memejamkan matanya dan menikmati alunan gesekan biola tersebut.
Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran, bahwa ternyata kurangnya pengetahuan menyebabkan seseorang cepat mengambil kesimpulan dan penilaian. Dan anehnya, yang menilai dan mengambil kesimpulan seperti tadi seringkali salah dan cenderung menyesatkan.
Sumber : Berbagai sumber by tk
Halaman :
1