Brewster mengeluarkan suatu teori yang dikenal sebagai lingkaran warna. Di dalam teori ini, setiap warna yang berseberangan dengan warna lainnya merupakan warna komplementer dari warna tersebut. Sebagai contoh, warna komplementer dari kuning adalah warna ungu. Dalam dunia kedokteran, kita semua tahu bahwa seragam operasi yang dipakai oleh dokter biasanya berwarna hijau, bukan? Sebenarnya, pada awalnya para dokter mengenakan seragam putih ketika mengoperasi pasiennya, karena warna putih melambangkan kesucian dan kebersihan.
Namun, mengapa sekarang semua dokter yang melakukan operasi diwajibkan memakai seragam berwarna hijau? Hal itu disebabkan oleh prinsip ilusi noda. Tahukah Anda bahwa ketika kita melihat suatu warna secara terus-menerus dalam waktu yang lama, maka warna komplementer dari warna tersebut akan tertinggal dalam pandangan kita? Warna komplementer dari merah adalah warna hijau, karena itu prinsip ini digunakan pada seragam operasi. Ketika para dokter menatap darah terus-menerus, maka ilusi noda berwarna hijau akan muncul dalam pandangan mereka, sehingga akan sangat berbahaya dan dapat mengganggu konsentrasi sewaktu mengoperasi pasien. Hal inilah yang menyebabkan mereka memakai seragam hijau, agar sewaktu mereka mengalihkan pandangan dari darah pasien, mereka dapat menatap satu sama lain sehingga warna komplementer dari merah, yaitu hijau, dapat diringankan efeknya.
Dokter memiliki misi menolong orang yang sedang dioperasinya. Tetapi ilusi noda dapat mengganggu misi tersebut, sehingga ‘pengganggu’ itu harus diatasi dengan seragam hijau. Jika kita aplikasikan hal ini kepada kehidupan pelayanan kita, sesungguhnya kita pun juga sering kali diganggu oleh ilusi noda dalam bentuk yang lain, yakni rasa malas dan jenuh dengan pelayanan, sakit hati dan dendam kepada rekan pelayan Tuhan dan gembala sidang, dan yang paling berbahaya adalah mulai pudarnya iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan.
Sadarilah bahwa semua hal ini dapat mengganggu pelayanan yang sudah kita kerjakan sedari awal! Misi kita adalah untuk melaksanakan pelayanan yang sudah dipercayakan kepada kita dengan sebaik mungkin, apa pun jenis pelayanan itu. Walaupun kita hanya sebagai singer, pemimpin pujian, pemain musik, atau hanya sekadar bertugas memberi salam di gereja, semua itu adalah tugas pelayanan yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh! Apalagi, jika kita adalah para penginjil yang diutus ke berbagai daerah, jangan sampai kejenuhan merusak pelayanan yang sangat berharga itu! Karenanya, ketika ada ‘ilusi noda’ yang mengganggu pelayanan kita, pergunakanlah firman Tuhan sebagai senjata yang dapat mengurangi efek ilusi noda pelayanan itu, sehingga kita bisa fokus pada tujuan pelayanan. Jadilah seperti Paulus yang tidak tawar hati dalam pelayanan, yang berjuang menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya, karena hidupnya dipenuhi firman Tuhan.
<!--[if gte mso 9]><xml>