Natal sudah tiba, Boy
bergegas untuk pergi ke gereja. Malam itu sungguh dingin, namun Boy tetap
bersemangat merayakan Natal. Sesampainya di gereja, Boy pun duduk di bangku
baris kedua. Tiba waktunya firman, pendeta berkotbah tentang kelahiran Tuhan
Yesus Kristus. Namun, di tengah pertengahan kotbah, pendeta itu memberikan
perumpamaan.
“
Saudara-saudara saya mempunyai uang kertas seratus ribu. Ada yang mau ? “ Kata
pendeta kepada jemaatnya.
Mendengar
hal itu, jemaat bersorak “ Mau …”. Pendeta pun menyambut sorakan jemaat dengan
berkata, “ Jika, uang ini saya remukkan di tangan saya, masih ada yang mau?”.
Dengan sorakan yang lebih keras, jemaat pun bersorak “Mau..”. Namun,pendeta itu
pun melanjutkan perumpamaan tersebut “ Jika, uang ini saya injak, lalu saya
ludahi, masih ada yang mau?” Terdengar jemaat bersorak sangat kencang, “ Mau, Saya Mau ….”. Pendeta pun heran dan berkata, “ Saya heran mengapa saudara-saudara tetap
menginginkan uang ini walaupun saya sudah meremukkannya, menginjaknya, bahkan
meludahinya? Alasannya pasti karena anda membutuhkan uang ini, bukan?”.
Mendengar penjelasan
pendeta, maka jemaat pun mulai heran, dan berpikir apa sebenernya arti
perumpamaan itu. “ Sama seperti Tuhan
yang sangat mencintai saudara semua. Walaupun saudara sudah sangat berdosa,
sudah tak berharga, bahkan anda berada pada posisi yang terbawah, tapi Tuhan
tetap membutuhkan dan mencintai anda. Saudara
akan menerima uang ini, lalu anda membetulkan uang ini sehingga dapat halus
lagi dan dipakai untuk membeli sesuatu yang berharga. Ketika Tuhan menciptkan
saya dan saudara, dan saat kita jatuh ke dalam dosa, Dia tetap menerima kita
apa adanya. Dia menebus kita di kayu salib dan membayarnya dengan darahNya.
Kiranya saudara paham dengan arti perumpamaan ini. Bahwa anda begitu sangat
berharga ( Baca : Hanya Anugerah). Jangan pernah rendah diri, karena rendah diri adalah kesombongan yang
terpendam dan tidak menghargai penciptaNya. Mari hargai Tuhan sebagai pencipta
kita, dan percayalah saudara berharga di mata Tuhan”, jelas pendeta sambil
menutup kotbahnya.
Suasana begitu hening
dan mengharukan. Jemaat seakan begitu mencerna apa arti perumpamaan yang
dikatakan pendeta itu. Boy pun seketika meneteskan air mata. Hatinya pun tersentuh
oleh arti perumpamaan itu. Suasana natal menjadi sangat bermakna kala itu.
Kisah ini hanyalah
salah satu dari seribu cerita inspiratif di dunia. Ketika kehidupan anda sudah
di ujung jurang, anda bingung mau melakukan apa? Seakan tidak ada jalan keluar.
Hidup anda begitu hancur dan merasa sangat tidak berharga. Hanya ada dua yang
dapat anda lakukan, anda jatuh, dan Tuhan menangkap anda. Atau anda terbang
bersamaNya. Semoga setelah membaca perumpamaan ini, anda menjadi pribadi yang
semakin dimurnikan. Seperti sebuah bejana yang dipecahkan dan dibentuk lagi.
Ketika anda melewati proses yang begitu berat, sesungguhnya anda semakin
mendekati kesuksesan.
Jangan
menyerah pada keadaan. Percayalah pada sang pencipta, Dia membuat anda begitu berharga di mataNya.